Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Thailand Gunakan Jet Tempur F-16 Untuk Bom Target Militer Kamboja

ilustrasi jet tempur F-16 (Pexels.com/Inge Wallumrød)
ilustrasi jet tempur F-16 (Pexels.com/Inge Wallumrød)
Intinya sih...
  • Thailand menggunakan jet tempur F-16 untuk menyerang target militer di Kamboja.
  • Bentrokan yang terjadi menewaskan 12 orang, termasuk warga sipil dan anggota militer.
  • Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat menjadi bentrokan bersenjata setelah sengketa perbatasan memanas.

Jakarta, IDN Times - Thailand menggunakan jet tempur F-16 untuk mengebom sejumlah target di Kamboja. Hal ini terjadi usai ketegangan selama berminggu-minggu akibat sengketa perbatasan meningkat menjadi bentrokan pada Kamis (24/7/2025).

Bentrokan ini yang menewaskan sedikitnya 12 orang, termasuk 11 warga sipil.

Dari enam jet tempur F-16 yang disiapkan Thailand untuk dikerahkan di sepanjang perbatasan yang disengketakan, salah satunya menembaki Kamboja dan menghancurkan sebuah target militer, kata militer Thailand. Kedua negara saling tuduh memulai bentrokan pada Kamis pagi itu.

“Kami telah menggunakan kekuatan udara terhadap target militer sesuai rencana,” kata wakil juru bicara militer Thailand, Richa Suksuwanon, kepada para wartawan, dikutip dari Korea Herald. Thailand juga menutup perbatasannya dengan Kamboja.

Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan bahwa jet-jet tempur tersebut menjatuhkan dua bom di sebuah jalan. Mereka mengutuk keras ‘agresi militer yang sembrono dan brutal dari Kerajaan Thailand terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Kamboja’.

Bentrokan terjadi setelah Thailand menarik duta besarnya untuk Kamboja pada Rabu malam dan mengatakan akan mengusir utusan Kamboja di Bangkok, usai dua tentara Thailand dalam kurun waktu seminggu kehilangan anggota tubuhnya akibat ranjau darat yang diduga Bangkok telah dipasang baru-baru ini di wilayah yang disengketakan.

Menteri Kesehatan Thailand mengatakan, 11 warga sipil, termasuk seorang anak, dan seorang tentara tewas dalam penembakan artileri oleh pasukan Kamboja, sementara 24 warga sipil dan tujuh personel militer terluka. Belum ada kabar langsung mengenai korban jiwa di Kamboja.

“Tentara Thailand mengutuk Kamboja karena menggunakan senjata untuk menyerang warga sipil di Thailand. Thailand siap melindungi kedaulatan dan rakyat kami dari tindakan tidak manusiawi,” kata militer negara itu dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, Perdana Menteri Anwar Ibrahim dari Malaysia, ketua ASEAN saat ini di mana Thailand dan Kamboja juga menjadi anggotanya, mendesak agar tetap tenang dan mengatakan ia akan berbicara dengan para pemimpin kedua negara untuk menyelesaikan perselisihan mereka secara damai.

China juga menyatakan keprihatinannya atas pertempuran tersebut dan mengatakan bersedia berperan dalam mendorong de-eskalasi. Warga Thailand, termasuk anak-anak dan lansia, berlarian ke tempat perlindungan yang dibangun dari beton dan diperkuat dengan karung pasir dan ban mobil di provinsi perbatasan Surin.

"Sudah berapa kali tembakan dilepaskan? Tak terhitung jumlahnya," ujar seorang perempuan tak dikenal kepada Layanan Penyiaran Publik Thailand (TPBS) sambil bersembunyi di tempat perlindungan tersebut sementara suara tembakan dan ledakan terdengar sesekali di latar belakang.

Kementerian Luar Negeri Kamboja mengatakan, serangan udara Thailand tanpa provokasi dan meminta negara tetangganya untuk menarik pasukan. Kamboja juga meminta Negeri Gajah Putih menahan diri dari tindakan provokatif lebih lanjut yang dapat memperburuk situasi.

Selama lebih dari satu abad, Thailand dan Kamboja telah memperebutkan kedaulatan di berbagai titik yang tidak dibatasi batasnya di sepanjang perbatasan darat mereka yang panjangnya 817 km, yang telah menyebabkan pertempuran kecil selama beberapa tahun dan setidaknya belasan kematian, termasuk selama baku tembak artileri selama seminggu pada 2011.

Ketegangan kembali memanas pada Mei setelah terbunuhnya seorang tentara Kamboja dalam baku tembak singkat, yang meningkat menjadi krisis diplomatik besar-besaran dan kini telah memicu bentrokan bersenjata.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us