Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Ingin Segera Bertemu Putin untuk Akhiri Perang di Ukraina

Presiden AS Donald Trump (Gage Skidmore, CC BY-SA 2.0 , via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Donald Trump ingin bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sesegera mungkin untuk mengakhiri perang di Ukraina.
  • Trump siap bertemu dengan Putin dan Ukraina untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung sejak 2022.
  • Pada Forum Ekonomi Dunia, Trump juga menyatakan keinginannya untuk mengurangi senjata nuklir, dengan harapan Rusia dan China akan mendukungnya.

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan bahwa ia ingin bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sesegera mungkin untuk mengakhiri perang di Ukraina.

“Saya benar-benar ingin bisa segera bertemu dengan Presiden Putin untuk mengakhiri perang tersebut,” kata Trump dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada Kamis (23/1/2025), melalui tautan video.

"Dan itu bukan dari sudut pandang ekonomi atau apa pun. Ini dari sudut pandang jutaan nyawa yang terbuang. Ini adalah pembantaian. Dan kita benar-benar harus menghentikan perang itu," tambahnya.

Rusia menginvasi negara tetangganya, Ukraina, pada Februari 2022. Sejak saat itu, keduanya terus berperang hingga saat ini.

1. Trump sebut Zelenskyy siap berunding dengan Rusia

Berbicara di Gedung Putih pada hari yang sama, Trump, yang dilantik pada Senin (20/1/2025), menyatakan siap bertemu dengan Putin sesegera mungkin untuk mengakhiri apa yang disebutnya sebagai perang konyol.

“Dari apa yang saya dengar, Putin ingin bertemu dengan saya, dan kami akan berangkat sesegera mungkin. Saya akan menemuinya segera. Setiap hari kami tidak bertemu, tentara-tentara terbunuh di medan perang," ujarnya, dilansir dari Reuters.

Ia menambahkan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga telah memberitahunya bahwa ia siap membuat kesepakatan untuk mengakhiri perang tersebut.

Selama kampanye pemilu, Trump berulang kali menyatakan bahwa ia akan mengakhiri konflik antara Ukraina dan Rusia pada hari pertamanya menjabat, atau bahkan lebih awal. Para penasihatnya kini mengakui bahwa penyelesaian perang tersebut dapat memakan waktu berbulan-bulan.

2. Moskow nyatakan siap lakuan dialog

Awal pekan ini, Trump mengancam akan memberlakukan tarif impor yang lebih tinggi dan sanksi tambahan terhadap Rusia jika Putin tidak kunjung mencapai kesepakatan terkait perang di Ukraina.

Menanggapi ancaman tersebut, Kremlin mengatakan bahwa mereka siap untuk melakukan dialog yang setara dan saling menghormati.

“Kami menunggu sinyal yang belum tiba,” kata juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov. Ia menambahkan bahwa ancaman Trump tersebut bukanlah hal baru.

"Ia menyukai metode-metode ini, setidaknya dia menyukainya selama masa kepresidenannya yang pertama," tambahnya.

Dilansir dari BBC, Putin telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk melakukan perundingan guna mengakhiri perang, namun Ukraina harus menerima kenyataan bahwa Rusia telah menguasai sekitar 20 persen wilayahnya. Ia juga menolak menerima keanggotaan Ukraina dalam NATO, aliansi militer negara-negara Barat.

Sementara itu, Kiev enggan menyerahkan wilayahnya, meskipun Zelenskyy mengakui bahwa ia mungkin harus menyerahkan sebagian wilayah yang saat ini diduduki untuk sementara waktu.

3. Trump dukung pengurangan senjata nuklir

Dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Trump juga mengungkapkan keinginannya untuk mengurangi senjata nuklir. Ia mengatakan bahwa Rusia dan China juga mungkin mendukung pengurangan kemampuan senjata mereka sendiri.

"Kami ingin melihat denuklirisasi, dan saya akan katakan, Presiden Putin benar-benar menyukai ide untuk mengurangi penggunaan nuklir. Dan saya rasa, seluruh dunia, kami akan berhasil membuat mereka mengikuti, dan China juga akan bergabung," ujar Trump.

Putin sebelumnya telah mengancam akan menggunakan senjata nuklir dalam perangnya melawan Ukraina. Presiden Rusia itu telah memodernisasi kekuatan nuklirnya dan menolak pembicaraan dengan Washington mengenai penggantian New START, pakta pembatasan senjata terakhir AS-Rusia, yang akan berakhir pada 5 Februari 2026.

Pada November 2024, para pejabat AS mengatakan bahwa Putin masih mematuhi batasan yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut, meskipun ia telah menangguhkan perjanjian itu pada 2023.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us