Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Kenakan Tarif 100 Persen pada Film Produksi Luar Negeri  

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif. (The Trump White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif. (The Trump White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan pengenaan tarif 100 persen pada film yang diproduksi di luar AS. Pengumuman tersebut disampaikan melalui platform media sosialnya, Truth Social pada Minggu (4/5/2025). Kebijakan ini dilatarbelakangi kekhawatiran Trump terhadap industri perfilman Amerika yang diklaim sedang sekarat.

Trump menyebut produksi film asing sebagai ancaman keamanan nasional bagi AS. Dia juga mengklaim bahwa negara-negara lain menawarkan berbagai insentif untuk menarik pembuat film dan studio Amerika keluar dari negaranya.

Trump telah menginstruksikan Kementerian Perdagangan AS dan Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) untuk segera memulai proses penerapan tarif tersebut. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengonfirmasi bahwa mereka sedang mengerjakan instruksi tersebut, namun tidak memberikan detail lebih lanjut tentang implementasinya.

1. Industri film AS mengalami penurunan

Berdasarkan data dari FilmLA, produksi film di Los Angeles telah menurun hampir 40 persen selama satu dekade terakhir. Namun, menurut perusahaan riset industri film ProdPro, AS masih menjadi pusat produksi film utama secara global meskipun menghadapi tantangan.

AS mencatat pengeluaran produksi hingga 14,54 miliar dolar AS (sekitar Rp239 triliun) tahun lalu. Namun, angka tersebut memang turun 26 persen jika dibandingkan tahun 2022.

International Alliance of Theatrical Stage Employees melaporkan sekitar 18 ribu pekerjaan penuh waktu telah hilang dalam tiga tahun terakhir, terutama di California. Pendapatan bioskop AS juga belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemik COVID-19.

"Ini adalah upaya terkoordinasi oleh negara-negara lain, karenanya, menjadi ancaman keamanan nasional. Ini adalah propaganda! Kami ingin film dibuat di Amerika, lagi!" tulis Trump di Truth Social.

2. Mekanisme tarif belum jelas

Melansir CNN, detail penerapan kebijakan tarif film Trump masih belum jelas, termasuk apakah akan diterapkan pada rumah produksi AS yang membuat film di luar negeri. Selain itu, film adalah kekayaan intelektual atau jasa, bukan barang fisik, sehingga secara teknis tidak tunduk pada mekanisme tarif tradisional.

Melansir The New York Times, sebagian besar film yang ditayangkan di bioskop AS diproduksi secara lokal mulai dari penulisan naskah, perencanaan praproduksi, pemilihan aktor, hingga proses editing.

Namun, proses pengambilan gambar memang sering dilakukan di luar negeri karena biaya yang jauh lebih murah. Beberapa film baru yang diproduksi oleh studio AS di luar negeri, seperti Deadpool & Wolverine, Wicked, dan Gladiator II.

Sebelum pengumuman tarif, Trump telah menunjuk tiga aktor Hollywood terkenal sebagai duta khusus untuk mempromosikan peluang bisnis di Hollywood. Mereka adalaha Jon Voight, Mel Gibson, dan Sylvester Stallone yang ditugaskan pada Januari lalu.

3. Australia dan Selandia Baru akan lawan tarif Trump

Pemerintah Australia dan Selandia Baru telah menyatakan akan membela industri film mereka dari kebijakan tarif Trump. Australia telah menarik banyak produksi film besar dalam beberapa tahun terakhir berkat insentif pajak yang kompetitif.

"Kami akan membela industri perfilman Australia dengan sungguh-sungguh. Saya sudah berbicara dengan pimpinan industri film Australia tentang rencana tarif ini," kata Menteri Dalam Negeri Australia, Tony Burke, dalam pernyataan yang dilansir The Guardian.

Pengumuman tarif film ini juga muncul di tengah perang dagang yang dipicu Trump, terutama dengan China. Trump telah menerapkan tarif hingga 145 persen pada barang-barang dari China.

Melansir BBC, China telah mengurangi kuota film Hollywood yang diizinkan masuk ke negara tersebut sebagai respons terhadap peningkatan tarif. China sendiri merupakan pasar film terbesar kedua di dunia setelah AS. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us