Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Pangkas Bantuan Kesehatan, WHO: Penyakit Bisa Makin Meningkat

Ilustrasi bendera Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (dok. laman resmi WHO/www.un.org)
Ilustrasi bendera Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (dok. laman resmi WHO/www.un.org)
Intinya sih...
  • Trump memotong bantuan luar negeri AS, mengakibatkan lonjakan kematian akibat malaria, HIV, dan penyakit lainnya.
  • Gangguan pada pasokan obat-obatan sangat parah dan akan sangat memukul, terutama di Afrika yang sedang berjuang dengan jumlah kasus HIV yang tinggi.
  • Penangguhan pendanaan AS juga berdampak pada upaya anti-malaria di subwilayah Mekong di Asia Tenggara.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa dampak dari pemotongan bantuan luar negeri yang secara drastis oleh Amerika Serikat (AS) dapat mengakibatkan lonjakan kematian akibat malaria, HIV, dan penyakit-penyakit lannya. 

Presiden AS Donald Trump telah memangkas pengeluaran kesehatan, termasuk menangguhkan bantuan luar negeri yang diberikan melalui Badan Pembangunan Internasional AS (USAID). Hal ini juga akan menghentikan sekitar 80 persen proyek USAID, dilansir NHK News pada Selasa (18/3/2025).

Tedros menuturkan, gangguan pada pasokan obat-obatan sangat parah dan akan sangat memukul. Sebab, Afrika sedang berjuang dengan jumlah kasus HIV yang tinggi. Menurutnya, pemangkasan tersebut dapat menyebabkan 3 juta kematian terkait HIV, itu berarti lebih dari tiga kali lipat dari jumlah tahun lalu.

Sementara itu, terkait Malaria, Tedros mengatakan bahwa gangguan pada pasokan kelambu dan perlengkapan lainnya dapat membalikkan kemajuan yang telah dicapai selama bertahun-tahun. Hal ini menyebabkan 107 ribu kematian akibat malaria.

1. WHO minta AS pertimbangkan kembali dukungannya untuk kesehatan global

Tedros mengatakan AS memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa jika mereka menarik dana langsung untuk negara-negara, hal itu dilakukan dengan cara yang tertib dan manusiawi yang memungkinkan mereka untuk menemukan sumber pendanaan alternatif. Ia juga meminta AS untuk mempertimbangkan kembali tingkat dukungannya untuk kesehatan global.

"Pemerintah AS telah memberikan bantuan yang sangat besar selama bertahun-tahun, dan merupakan haknya untuk memutuskan apa yang akan didukungnya dan sejauh mana," kata Tedros dalam unggahannya di X pada 18 Maret 2025.

"Kami meminta AS untuk berdialog dengan negara-negara yang terkena dampak sehingga rencana dapat dibuat untuk beralih ke solusi yang lebih berkelanjutan, tanpa gangguan yang mengorbankan nyawa," sambungnya.

Tedros juga menyerukan kepada pendonor lain dan negara-negara yang bergantung pada pendanaan AS untuk ikut membantu semampu yang mereka bisa.

2. Penangguhan USAID berimbas pada pemberantasan malaria di Mekong

Ilustrasi parasit plasmodium. Malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi parasit plasmodium. (unsplash.com/National Institute of Allergy and Infectious Diseases)
Ilustrasi parasit plasmodium. Malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi parasit plasmodium. (unsplash.com/National Institute of Allergy and Infectious Diseases)

Penangguhan pendanaan AS juga berdampak pada upaya anti-malaria di subwilayah Mekong di Asia Tenggara. Mekong merupakan sungai sepanjang 4.900 km yang mengalir dari China barat daya melalui Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, dan Vietnam. Wilayah tersebut telah lama dilanda penyakit yang ditularkan melalui nyamuk.

Hampir 229 ribu kasus yang dilaporkan di satu negara, yakni Myanmar, tempat penyakit itu meledak seiring pecahnya perang saudara pada 2021 dan pengungsian jutaan orang. Para pekerja kesehatan kini khawatir bahwa kemajuan yang telah dibuat di Mekong akan hilang.

"Kami mengerahkan seluruh sumber daya kami di (Myanmar), tetapi dengan menghentikannya, malaria akan menyebar kembali ke Asia Tenggara dan sub-wilayah Mekong," ujar Alexandra Wharton-Smith, yang bekerja pada program USAID di Myanmar hingga diberhentikan oleh pemerintahan Trump, dikutip dari Al Jazeera.

Meski pemerintah Myanmar memperkirakan kasus telah meningkat 300 persen sejak dimulainya perang saudara, namun Wharton-Smith mengungkapkan bahwa penelitian independen menunjukkan angka sebenarnya lebih dari dua kali lipat.

"Kasus-kasus baru juga muncul di beberapa wilayah Thailand yang telah bertahun-tahun tidak dilanda malaria saat para pengungsi dan migran dari Myanmar melintasi perbatasan, dan kemungkinan akan terus meningkat menyusul penghentian program pemberantasan penyakit tersebut," Wharton-Smith menambahkan.

3. Sebanyak 5.200 program USAID akan dipangkas

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio. (x.com/Secretary Marco Rubio)
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio. (x.com/Secretary Marco Rubio)

Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan USAID yang pernah menjadi sumber bantuan internasional terbesar di dunia, akan memangkas 5.200 dari sekitar 6.200 programnya. Kontrak yang tersisa akan diawasi oleh Departemen Luar Negeri AS.

"5.200 kontrak yang kini dibatalkan menghabiskan puluhan miliar dolar dengan cara-cara yang tidak melayani, (dan dalam beberapa kasus bahkan merugikan) kepentingan nasional inti AS," ujarnya.

Pengumuman ini merupakan puncak dari kekacauan yang terjadi selama enam minggu di lembaga tersebut yang dimulai pada 20 Januari, ketika Trump mengeluarkan penangguhan sementara selama 90 hari atas bantuan pembangunan AS.

Tidak jelas pula bagaiman proyek-proyek besar AS, seperti Rencana Darurat Presiden untuk Penanggulangan AIDS (PEPFAR) dan Inisiatif Malaria Presiden akan berjalan di masa mendatang. Program tersebut didirikan oleh Presiden George W Bush 20 tahun yang lalu. Menurut Program Gabungan PBB tentang HIV/AIDS (UNAIDS) dan data USAID, proyek tersebut diyakini telah menyelamatkan lebih dari 32 juta jiwa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us