Trump Undang Xi Jinping untuk Hadiri Pelantikannya

- Presiden AS terpilih Donald Trump mengundang Presiden China Xi Jinping ke pelantikannya bulan depan di Washington.
- Undangan tersebut merupakan yang pertama kali terjadi dalam sejarah, menunjukkan hubungan antara kedua negara yang semakin kompetitif.
- Xi kemungkinan tidak akan menerima undangan tersebut, sementara Trump mencoba memoles citranya sebagai pembuat kesepakatan dan pebisnis cerdas.
Jakarta, IDN Times - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengundang Presiden China Xi Jinping untuk menghadiri pelantikannya bulan depan. Trump akan dilantik pada 20 Januari mendatang di Washington.
Trump mengatakan pada Kamis (12/11/2024) saat tampil di Bursa Efek New York, bahwa ia telah memikirkan untuk mengundang orang-orang tertentu ke pelantikan tanpa merujuk pada individu tertentu.
Komentarnya muncul tak lama setelah sekretaris pers Gedung Putih yang baru, Karoline Leavitt, mengonfirmasi dalam acara 'Fox & Friends' pada Kamis pagi bahwa Trump telah mengundang Xi dan para pemimpin dunia lainnya untuk menghadiri pelantikannya. Selain Xi, Leavitt tidak merinci siapa saja pemimpin yang diundang, Associated Press melaporkan.
1. Pertama kalinya seorang presiden AS mengundang pemimpin asing dalam pelantikan
Menurut catatan sejarah Departemen Luar Negeri, belum ada kepala negara yang pernah melakukan kunjungan resmi ke AS untuk pelantikan. Undangan Trump itu pun belum pernah terjadi sebelumnya, dan datang di saat sebagian besar dunia bersiap menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya di bawah kepemimpinan Trump dan pandangan dunianya yang mengutamakan Amerika kembali ke Gedung Putih.
Hal yang sama pun terjadi di Negeri Tirai Bambu, di mana belum pernah ada seorang pemimpin China yang menghadiri pelantikan presiden AS.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC News pekan lalu, Trump mengatakan ia sangat akrab dengan Xi dan bahwa mereka telah berkomunikasi baru-baru ini.
Sementara itu, presiden terpilih itu mengatakan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen pada barang-barang China, kecuali Beijing berbuat lebih banyak untuk menghentikan perdagangan narkotika fentanil yang sangat adiktif. Trump juga mengancam akan mengenakan tarif lebih dari 60 persen pada barang-barang China saat berkampanye.
Sebelumnya, media pemerintah China memperingatkan Trump bahwa janjinya untuk mengenakan tarif tambahan pada barang-barang Beijing terkait aliran fentanil dapat menyeret dua raksasa ekonomi dunia itu ke dalam perang tarif yang saling merusak.
2. China menyerukan dialog daripada konfrontasi dengan AS

Ketika ditanya dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri China pada 12 Desember tentang undangan Trump, juru bicara Mao Ning mengatakan bahwa ia tidak punya informasi apapun untuk dibagikan.
Secara terpisah pada Rabu (11/12/2024), Duta Besar China untuk AS Xie Feng membacakan surat dari Xi kepada sebuah acara gala Dewan Bisnis AS-China di Washington, di mana pemimpin China tersebut mengatakan bahwa negaranya siap untuk tetap berkomunikasi dengan AS.
"Kita harus memilih dialog ketimbang konfrontasi, dan kerja sama yang saling menguntungkan daripada permainan yang hanya menguntungkan satu pihak," ujar Xi dalam surat itu, dikutip dari Reuters.
Xie menuturkan, kedua negara tidak boleh memisahkan rantai pasokan. Akan tetapi, Duta Besar AS untuk China Nicholas Burns mengatakan sebelumnya bahwa China terkadang mencoba mempermanis hubungan yang menantang dan kompetitif. Menurutnya, tidak ada pembicaraan yang menyenangkan yang dapat mengaburkan perbedaan mendalam antara Washington-Beijing.
3. Pendapat para pakar tentang undangan pelantikan Trump ke Xi

Para ahli mengatakan Xi kemungkinan melihat undangan tersebut terlalu berisiko untuk diterima. Sementara itu, sikap Trump mungkin tidak banyak berpengaruh pada hubungan yang semakin kompetitif antara kedua negara saat Gedung Putih kembali dipimpin oleh Trump.
Menurut Danny Russel, wakil presiden bidang keamanan internasional dan diplomasi di Asia Society Policy Institute, mengatakan Xi tidak akan membiarkan dirinya direndahkan statusnya menjadi tamu yang merayakan kemenangan pemimpin asing apalagi presiden AS.
Seorang sejarawan Jim Bendat mengungkapkan bahwa ia tidak mengetahui adanya pelantikan presiden AS sebelumnya yang dihadiri oleh kepala negara asing.
"Tidak selalu merupakan hal yang buruk untuk mengundang pemimpin asing untuk hadir. Namun, tentu akan lebih masuk akal untuk mengundang sekutu sebelum musuh," ujarnya.
Sementara itu, Edward Frantz yang merupakan seorang sejarawan kepresidenan di University of Indianapolis mengatakan undangan tersebut membantu Trump memoles citranya sebagai pembuat kesepakatan dan pebisnis cerdas. Akan tetapi, menurutnya dari sudut pandang nilai-nilai Amerika itu tampak sangat tidak sopan.