Venezuela Putus Hubungan Diplomatik dengan Paraguay

- Pemerintah Venezuela memutus hubungan diplomatik dengan Paraguay setelah mengakui Edmundo Gonzalez Urrutia sebagai presiden terpilih di Venezuela.
- Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil mengungkapkan bahwa misi diplomatik di Asuncion akan dipulangkan dalam kurun waktu 48 jam karena Paraguay melanggar prinsip non-intervensi urusan negara lain.
- Presiden Parlemen Venezuela Jorge Rodriguez mendukung rencana penangkapan Gonzalez Urrutia ketika tiba di Venezuela pada hari pelantikan presiden, serta telah mengirimkan undangan pelantikan Presiden Nicolas Maduro.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Venezuela, pada Senin (6/1/2025), resmi memutus hubungan diplomatik dengan Paraguay setelah mengakui Edmundo Gonzalez Urrutia sebagai presiden terpilih di Venezuela. Caracas juga meminta penarikan perwakilan diplomatik dari Asuncion.
Sebelumnya, Gonzalez Urrutia sudah mengadakan kunjungan ke Argentina dan Uruguay sebagai bagian dari turnya di Amerika Latin. Langkah ini berfungsi untuk mencari dukungan dan pengakuan menjelang pelantikan presiden di Venezuela pada 10 Januari mendatang.
1. Klaim Paraguay telah melanggar prinsip non-intervensi
Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil mengungkapkan bahwa misi diplomatik di Asuncion akan dipulangkan dalam kurun waktu 48 jam. Ia mengklaim, Paraguay telah melanggar prinsip non-intervensi urusan negara lain.
"Tidak ada sikap buruk dari fasisme internasional yang dapat mengubah pilihan rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri. Ini sangat disayangkan bahwa pemerintah Paraguay melanjutkan kebijakan luar negeri yang mengikuti kepentingan kekuatan lain dan merusak prinsip demokrasi di Venezuela," terangnya, dilansir Mercopress.
Ia mengungkapkan bahwa Venezuela terpaksa memutus hubungan diplomatik dengan Paraguay imbas pengakuan kepada Gonzalez Urrutia sebagai presiden terpilih di Venezuela.
Sehari sebelumnya, Presiden Paraguay Santiago Pena sudah berbicara dengan pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado. Ia pun mengungkapkan dukungannya kepada hak-hak rakyat Venezuela untuk hidup dalam demokrasi.
2. Parlemen Venezuela usulkan penangkapan Gonzalez Urrutia
Presiden Parlemen Venezuela Jorge Rodriguez mengaku mendukung rencana penangkapan Gonzalez Urrutia ketika tiba di Venezuela pada hari pelantikan presiden.
"Kami akan berkolaborasi dengan Kantor Kejaksaan Agung Venezuela menyusul rencana kedatangan pemimpin anti-Chavista di Venezuela. Dia telah mengkhianati negara dan berpura-pura menjadi pemenang untuk mengambilalih fungsi negara," tutur Rodriguez, dikutip EFE.
Ia mengatakan sudah mengirimkan undangan pelantikan Presiden Nicolas Maduro di Gedung Parlemen pada pukul 12.00 pada 10 Januari. Ia menyebut bahwa Maduro yang orang yang dipilih langsung oleh rakyat sebagai presiden.
Pekan lalu, polisi Venezuela sudah menawarkan hadiah sebesar 100 ribu dolar AS (Rp1,6 miliar) kepada siapapun yang dapat memberikan informasi keberadaan Gonzalez Urrutia di tengah turnya ke Amerika Latin.
3. Machado serukan demonstrasi akbar menjelang pelantikan presiden
Pada Minggu (5/1/2024), Machado sudah menyerukan demonstrasi besar-besaran di Venezuela menjelang pelantikan presiden pada 9 Januari. Ia menyebut, hasil pemilu yang memenangkan Maduro tidak sah dan dipenuhi kecurangan.
"Hari itu akan masuk dalam sejarah di Venezuela dan mengatakan bahwa ini semua sudah cukup. Kebebasan tidak dapat diminta, tapi ini dapat diperjuangan dan dimenangkan. Kami tidak akan mencapai perubahan jika kami lumpuh," ungkapnya.
Pada Juli lalu, Dewan Pemilihan Umum Nasional Venezuela (CNE) menyebut bahwa Maduro menang dalam pilpres tanpa memublikasikan bukti nyata. Pihak oposisi melakukan perhitungan sendiri dengan memublikasikan menitnya dan mengklaim Gonzalez Urrutia menang telak.
Maraknya kecurangan dan kurangnya transparansi dalam pilpres Venezuela membuat ribuan demonstran turun ke jalan usai pilpres. Demonstrasi akbar itu telah membuat 28 orang tewas dan 200 orang terluka, serta 2.400 demonstran ditangkap.