[WANSUS] Korea Selatan Tak Sekadar KPop dan KDrama

Jakarta, IDN Times - Pesona Korea Selatan (Korsel) tampaknya masih menjadi primadona bagi kalangan masyarakat Indonesia. Mulai dari industri hiburan, pariwisata hingga makanan.
Bahkan, saat ini Korsel merupakan negara tujuan resmi bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) mengadu nasib di negeri orang.
Bagaimana sebenarnya hubungan antara Indonesia dan Korsel di berbagai bidang? Apa saja yang sudah dicapai kedua negara menjelang 50 tahun hubungan diplomatiknya?
Berikut wawancara khusus IDN Times bersama Duta Besar Republik Indonesia untuk Korsel, Gandi Sulistiyanto dalam acara Ambassador’s Talk.
Bapak Dubes sudah hampir satu tahun bertugas di Seoul, apa saja yang sudah dicapai dalam konteks hubungan dua negara?

Benar sekali, tidak terasa saya datang bulan Januari 2022, sudah mau Januari 2023 sekarang. Sudah hampir setahun saya di Seoul.
Sebenarnya, kota Seoul ini, bukan kota yang asing buat saya. Saya sudah sering melakukan perjalanan bisnis saat saya masih bekerja di swasta. Ada beberapa mitra bisnis di sini.
Maka, saya sangat paham dan familiar. Sejauh ini, penguatan hubungan Indonesia dan Korsel sudah cukup banyak saya lakukan. Pertama, tentu saja networking dengan para pelaku bisnis yang ada di sini, lalu dengan politikus yang di sini, dan dengan masyarakat serta WNI di Korsel.
Kalau dengan para pebisnis tidak asing sebenarnya, karena saya sudah terbiasa waktu itu saat deal-deal bisnis perundingan dengan para pebisnis itu. Jadi ketika saya datang sebagai dubes ke sini, saya kontak teman-teman bisnis saya, mereka juga membantu perkenalkan dengan para politikus di sini, jadi saya dapat kenalan baru.
Tahun depan, hubungan Indonesia dan Korsel menginjak usia 50 tahun. Bagaimana Bapak melihat progres hubungan kerja sama kedua negara ini?

Hubungan Indonesia dan Korsel sudah berjalan sangat baik, dari G2G, B2B, atau P2P (people to people). Para pendahulu saya ini sudah melakukan banyak sekali kegiatan untuk hubungan lebih baik.
Untuk saat ini, pabrik pertama Hyundai di kawasan Asia Tenggara itu di Indonesia, tepatnya di Cikarang. Produksi sudah mulai Maret 2022, sekaligus diikuti dengan ekosistem kendaraan listrik Indonesia sehingga produksi sendiri berjalan dari hulu ke hilir sudah dilakukan. Ini strategi produksi kendaraan listrik di Asia Tenggara.
Di ekonomi kreatif, kami bekerja erat dengan Seoul Institute of Art, lalu dengan beberapa kampus seperti Yonsai University.
Promosi budaya dan ekonomi kreatif itu, belum lama ini kita mengadakan acara promosi ekonomi kreatif, pariwisata dan budaya dari Sulawesi Utara, Manado ya. Kami pamerkan ke dubes -dubes ASEAN di Wisma Indonesia di Seoul dan mendapat sambutan yang baik. Kami menampilkan musik kolintang, fesyen show batik dengan motif Sulut, ini merupakan hal yang baru di Korsel. Mereka belum banyak mengenal Sulut.
Memasuki 50 tahun hubungan dipplomatik Indonesia dan Korsel, kita juga membuat banyak kegiatan, seperti membuat sebuah sayembara pembuatan logo 50 tahun Indonesia Korsel. Ini ratusan peserta yang ikut. Kita juga nanti melibatkan Dubes Korsel di Jakarta dan logo pemenangnya nanti diumumkan oleh kedua menlu masing-masing negara.
Untuk pariwisata, saat ini kami sedang melakukan pendekatan ke Jeju Air agar mereka bisa membuka penerbangan langsung ke Manado. Kalau saat ini Garuda Indonesia kan sudah ada penerbangan langsung Seoul ke Denpasar, Bali. Kami berharap banyak wisatawan Korsel yang ke Indonesia, tapi tak hanya ke Bali saja tapi juga ke daerah lain, karena minat warga Korsel dengan Indonesia sangat tinggi, seperti orang Korsel yang suka diving bisa menikmati indahnya Bunaken.
Di Indonesia saat ini banyak agen travel yang menawarkan wisata halal ke Korsel. Apakah memang banyak makanan halal di sana?

Sekarang di Korsel ada organisasi namanya Korean Moslem Federation (KMF) dan mereka juga punya Halal Commitee. Mereka itu udah melirik pasar halal ini sudah lama. Tapi, kerja sama mendorong wisata halal itu baru mulai 2012 itu, mereka kerja sama dengan komite halal dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Seperti contohnya, Salah satu pengusaha Indonesia itu telah bekerja sama untuk buka supermarket, izinnya oleh KMF itu. Namanya Albamart, ada beberapa outlet itu di sini dan supermarket ini dimiliki oleh komunitas WNI Muslim di sini. Mereka juga ada masjid namanya Al Barokah.
Supermarket ini jaminan halal karena sudah dapat izin dari KMG dan tentu saja semua barangnya juga cap halal dari Indonesia. Ini semua bentuk perkembangan promosi halal Korea ini semakin maju.
Dari sisi teknologi, turis juga sudah bisa mencari makanan halal dan tempat ibadah lewat internet. Saat ini, di Korsel ada 300 restoran yang punya sertifikat halal atau moslem friendly. Pemiliknya ada yang orang Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand. Bagi WNI muslim yang ingin ke Korsel tidak perlu khawatir karena sangat nyaman di sini, sudah banyak restoran yang bersertifikat halal.
Kalau makanan Indonesia terkenal di sana? Apakah ada banyak restoran Indonesia di Korsel?

Makanan Indonesia ini sangat dikenal, sebenarnya ada beberapa yang mirip ya. Misalnya bakwan sayur, kalau di sini namanya pajeon. Lalu ada japchae di sini, itu sama kayak bihun goreng. Lalu ada galbitang, itu di Indonesia semacam sup iga.
sangat dikenal.
Restoran Indonesia di sini juga banyak dikunjungi orang Korea. Mereka biasanya pesan nasi goreng, mie goreng, bakso dan rendang yang jadi favorit ya. Rendang ini pernah menang di acara satu stasiun televisi Korsel jadi makanan terlezat di seluruh dunia untuk orang Korea.
Di sini banyak sekali resto Indonesia seperti namanya Rindu Kampung. Ada juga yang jual bakso dan lontong sayur di daerah Itaewon. Biasanya yang jualan itu orang Indonesia yang menikah dengan orang Korea. Lalu ada restoran Bakso Bejo, ada restoran Rinjani yang terkenal dengan plecing kangkung. Ini bagian dari diplomasi makanan Indonesia ya di Korea.
Kalau bicara harga, makanan Indonesia di Korea ini mulai dari 5 ribu Won. Cukup ekonomis. Ada yang 10 ribu Won juga itu setara dengan Rp130 ribu. Dan yang berbeda adalah porsinya di sini besar-besar banget.
Korsel ini sekarang menjadi negara tujuan resmi PMI. Apa yang membuat Korsel menarik dan biasanya para PMI bekerja di bidang apa?

Korsel ini dikenal dengan UMR tinggi di mana gaji minimum itu 1,9 juta Won atau sekitar Rp22 juta. Tahun depan, UMR-nya akan naik jadi 2 juta Won. Selain itu, undang-undang tenaga kerja di Korsel ini jelas dan melindungi semua pekerja, termasuk pekerja migran.
Sejauh ini, ada 16 negara yang menjalin kerja sama antarpemerintah dalam pengiriman pekerja migran. Mereka ada di bawah perjanjian Employement Partnership System dan Indonesia salah satunya.
Saat ini, PMI di Korsel itu sekitar 42 ribu. Jumlah ini naik 35 persen dari 2021 lalu. Namun, saya kurang puas karena sebagian besar PMI ini kerja di sektor manufaktur dan perikanan sebagai anak buah kapal. Hanya dua sektor ini saja yang boleh masuk. i
Nah, saat ini saya sedang mendorong untuk kerja sama swasta di mana perusahaan asing yang sudah investasi dengan Indonesia bisa minta PMI ke kita yang level semi skilled dan skilled. Misalnya, tukang las atau tukang las khusus bawah laut untuk bikin kapal selam. Tukang las di sini itu gajinya bisa Rp35 juta.
Setelah pendekatan, Indonesia akhirnya bisa dapat kesempatan untuk mengirim PMI skilled dan semi skilled. Bahkan saya sudah dapat permintaan sekitar 5 ribu orang dari perusahaan-perusahaan kontraktor dan shipping di Korea ini.
Saya dorong terus soal ini karena kemampuan PMI kita ini tidak hanya sebatas manufaktur dan perikanan saja. Namun, yang ingin bekerja di Korsel harus lewat jalur yang resmi, karena saya masih saja mendapatkan laporan ada PMI yang bekerja lewat jalur ilegal. Mereka pasti akan dimintai uang terlebih dahulu agar bisa bekerja di luar negeri.
Saya meminta agar berhati-hati dan selalu mengecek kebenaran tawaran tersebut. Untuk proses pendaftaran bekerja di Korsel bisa langsung menghubungi BP2MI.