Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Gaza Khawatir Serangan Israel Memburuk Usai Ancaman Trump

ilustrasi anak di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi anak di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)
Intinya sih...
  • Donald Trump mengancam "gerbang neraka" di Timur Tengah jika Hamas tidak segera membebaskan sandera sebelum pelantikannya pada 20 Januari 2025.
  • Jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan militer Israel di Gaza telah mencapai 46 ribu orang, dengan lebih dari 109 ribu lainnya mengalami luka-luka.
  • Pejabat Palestina menyatakan bahwa mediator dari AS dan Arab telah mencapai beberapa kemajuan dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, meskipun belum cukup untuk menghasilkan kesepakatan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Warga Palestina di Jalur Gaza khawatir bahwa agresi militer Israel akan semakin parah usai Presiden Amerika Serilkat (AS) terpilih, Donald Trump, mengancam akan membuka "gerbang neraka" di Timur Tengah.

Dalam wawancaranya awal pekan ini, Trump memperingatkan kelompok Palestina Hamas untuk segera membebaskan para sandera yang tersisa sebelum pelantikannya pada 20 Januari 2025, atau kekacauan besar akan terjadi di kawasan tersebut.

“Ini tidak akan baik bagi Hamas dan, sejujurnya, tidak akan baik bagi siapa pun. Segala kekacauan akan terjadi. Saya tidak perlu mengatakannya lagi, tapi itulah yang terjadi,” kata Trump dalam konferensi pers di Florida pada Selasa (7/1/2025), seraya menambahkan bahwa serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023 seharusnya tidak pernah dilakukan.

Menurut otoritas kesehatan, jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan militer Israel di Gaza telah mencapai 46 ribu orang, dengan lebih dari 109 ribu lainnya mengalami luka-luka. Warga Gaza kini hidup dalam kondisi yang sangat sulit akibat pembunuhan yang terus berlanjut, pengungsian, dan penerapan kebijakan kelaparan oleh Israel

1. Trump dianggap memperkeruh situasi

Melalui ponselnya, Mohammed Ali, seorang pengungsi di kawasan pesisir Mawasi di Khan Younis, mengikuti berita tentang Gaza dengan perasaan cemas. Ia khawatir pemerintahan Trump nantinya akan menambah petaka bagi warga Palestina di Gaza.

“Saya tidak tahu apa yang tersisa di Gaza untuk dibakar di neraka Trump. Kami berharap pernyataannya akan lebih seimbang dan mendorong gencatan senjata, bukan malah menyiram minyak ke api,” ujar ayah dua anak berusia 33 tahun itu kepada The New Arab. 

Senada dengan Ali, Khader Hamed, seorang pengungsi di kota Deir al-Balah di Gaza tengah, juga menganggap pernyataan Trump sebagai hal yang mengkhawatirkan.

“Seluruh penduduk Jalur Gaza menunggu putaran perundingan ini dan berharap hal itu akan menghasilkan perjanjian gencatan senjata untuk menghentikan pertumpahan darah, namun pernyataan Trump bukanlah pertanda baik,” ujar Hamed.

“Kami berharap para perunding dapat mencapai formula yang akan mengakhiri konflik. penderitaan kami dan menghindarkan kami dari neraka yang diancam oleh Presiden Trump dan telah kami alami selama 15 bulan," tambahnya.

2. Hamas minta Trump lebih diplomatis

Umm Ismail, pengungsi di kamp Nuseirat di Gaza tengah, juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Trump akan mendorong Israel untuk meningkatkan serangan ke Gaza dan menimbulkan lebih banyak kematian.

“Tidak ada yang membela kami, dan tidak ada yang mampu menghentikan monster Israel yang haus darah, jadi siapa yang akan melindungi kami sekarang? Jika mereka ingin membunuh kami, biarkan mereka melakukannya sekarang dan jangan menunda, karena kami mati seribu kali setiap hari,” tuturnya.

Seorang pejabat Hamas, Osama Hamdan, lantas mengkritik Trump atas ancamannya tersebut. Ia juga menyalahkan Israel karena menghalangi kesepakatan gencatan senjata di Gaza. 

"Trump harus lebih disiplin dan diplomatis serta berupaya menghentikan perang daripada mengeluarkan ancaman," ujar Hamdan dalam konferensi pers di Aljazair.

3. Perundingan gencatan senjata mencapai beberapa kemajuan

Pada Kamis (9/1/2025), sejumlah pejabat Palestina menyatakan bahwa mediator dari AS dan Arab telah mencapai beberapa kemajuan dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, meskipun belum cukup untuk menghasilkan kesepakatan.

"Namun, Israel tetap bersikeras mempertahankan area seluas 1 km di sepanjang perbatasan timur dan utara Jalur Gaza, yang akan membatasi kembalinya warga ke rumah mereka dan menjadi kemunduran dari apa yang telah disepakati Israel pada Juli," kata salah seorang pejabat yang berbicara secara anonim kepada Reuters.

“Hal ini menghambat tercapainya kesepakatan dan para mediator mengerahkan upaya untuk meyakinkan Israel agar kembali pada apa yang telah disepakati di masa lalu,” tambahnya.

Selama setahun terakhir, kedua belah pihak telah mengalami kebuntuan dalam perundingan gencatan senjata. Hamas mengatakan bahwa mereka hanya akan membebaskan sandera yang tersisa jika Israel setuju untuk mengakhiri perang dan menarik seluruh pasukannya dari Gaza. Di sisi lain, Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan menghentikan perang sampai Hamas dibubarkan dan semua sandera dibebaskan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us