Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Yordania ke Israel: Menodai Kesucian Al Aqsa Sama Saja Bermain Api 

Kawasan masjid Al-Aqsa (pixabay.com/reijotelaranta)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Yordania, Ayman Safadi, mengatakan bahwa pembatasan akses yang diberlakukan oleh Israel terhadap Muslim ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem selama bulan Ramadan akan membuat situasi memanas.

Safadi mengatakan negaranya, yang mengawasi situs suci tersebut, menolak langkah Israel membatasi akses selama Ramadhan, dengan alasan keamanan karena perang yang berkecamuk di Gaza.

“Kami memperingatkan bahwa penodaan kesucian Masjid Al-Aqsa sama dengan bermain api,” kata Safadi pada Senin (11/3/2024), usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri Vatikan, Uskup Agung Paul Gallagher, dilansir Reuters.

1. Situasi memanas jika aturan diberlakukan

Ilustrasi (pixabay.com/Konevi)

Kompleks Al-Aqsa merupakan tempat suci bagi Islam. Bagi Yahudi, tempat ini juga sama sakralnya karena keberadaan Temple Mount. Ini telah menjadi sumber masalah sejak lama.

Yordania menganut pandangan bahwa pembatasan terhadap jamaah Muslim, yang sudah menghadapi perang dan kelaparan di Gaza, merupakan serangan terhadap kebebasan beribadah.

Sebelumnya, Menteri Keamanan Israel yang berhaluan sayap kanan, Itamar Ben Gvir, mengatakan bahwa ia menginginkan pembatasan yang lebih ketat. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu lantas mengatakan jumlah yang diterima akan sama dengan tahun lalu.

“Tidak mengizinkan jamaah menjalankan kewajiban agama dan ritual mereka di bulan suci ini dan membatasi kebebasan memasuki Masjid Aqsa akan mendorong situasi eksplosif yang kami peringatkan,” tambah Safadi.

2. Israel mengancam status quo di Yerusalem

Ilustrasi bendera Israel (Unsplash.com/Levi Meir Clancy)

Israel juga mempertaruhkan kekerasan yang lebih besar di Tepi Barat yang diduduki melalui tindakan sepihak. Israel ingin mengubah status quo dengan alasan percepatan pembangunan pemukiman Yahudi di tanah Arab, yang bisa meningkatkan serangan teror oleh pemukim bersenjata terhadap penduduk Palestina.

“Tepi Barat sedang mendidih,” kata Safadi.

Tepi Barat sejak perang Gaza mengalami peningkatan konfrontasi. Terdapat sekitar 400 warga Palestina tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan atau pemukim Yahudi.

3. Bencana Gaza di bulan Ramadan

Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)

Bulan suci Ramadan datang pada saat warga Palestina di Jalur Gaza sekarat karena kelaparan. Israel menggunakan makanan sebagai senjata alat perang.

“Ramadan datang ketika Gaza dibom oleh Israel dan para perempuan tidak dapat menemukan makanan untuk anak-anak mereka dan lima bulan telah berlalu ketika dunia gagal menjaga martabat manusia,” tambahnya.

Dilansir Anadolu, hingga saat ini, di wilayah Gaza jumlah korban tewas mencapai lebih dari 31 ribu warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak. Sementara lebih dari 72.700 lainnya terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.

Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan sebagian besar makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us