Warisan Bapa Suci Francis buat Kita Semua: Hati yang Sederhana

Ini suatu tulisan yang tidak rumit disusun, saya tidak harus memeras otak untuk mencari secara teliti, karena ada demikian banyak hal yang baik yang bisa ditunjukkan, tinggal memilih saja, mengenai seorang tokoh kemanusiaan dan iman yang luar biasa, unik dan kasat mata.
Para pemegang kekuasaan Vatican memutuskan untuk memperpanjang waktu buat orang yang ingin menyampaikan penghormatan terakhir dan mengucapkan selamat jalan kepada Bapa Suci di dalam peti sederhana diletakkan di kaki altar Basilica Santo Petrus dengan pilar karya pemahat terkenal, Bernini. Orang-orang, ibu, bapak, tua, muda, anak kecil semua dengan berdoa berdiri secara tenang, sesampai di depan peti jenazah berdiri dan berdoa sebentar menurut cara masing-masing lalu meneruskan jalan untuk ke luar.
Sementara itu suatu koor yang melantunkan lagu-lagu duka sangat syahdu terdengar
yang sangat hikmat mengiringi ratusan ribu manusia yang ingin mengucapkan selamat jalan kepada Bapa Suci Francis yang amat mereka cintai dan kagumi ini.
Kiranya saya perlu lagi menggarisbawahi karakter Bapa Suci Francis, yang sekarang terpancar bahkan lebih jelas buat siapapun. Kesederhanaannya yang dijalaninya dari awal hingga akhir, dari kebiasaan mengunjungi keluarga-keluarga miskin dan termarginalisasi, penjara-penjara di metro Buenos Aires sampai menjadi pemimpin Katolik sedunia yang berjumlah lebih dari 1,3 miliar, tidak di istana Vatican melainkan di Guest House Sanctae Martha, agar selalu dekat dengan masyarakat yang dia sayangi secara tulus.
Beliau selalu terbuka dengan semua orang tanpa pandan gras dan etnik atau warna kulit maupun agama dan kepercayaan yang dipegang masing-masing, termasuk dalam orientasi seks. Suatu kualitas yang sangat amat langka di dunia yang semakin individualis dan materialis ini. Beliau selalu mengendarai mobil amat sederhana, mengenakan senyum yang selalu jelas menampak setiap bertemu orang lain.
Diberitakan waktu wafat hanya ada satu lembar uang US100, tidak ada bank account karena beberapa waktu sebelumnya semua dananya sudah dibagikan pada panti-panti asuhan. Sangat konsekuen dengan janji seorang pastor ordo Jesuit (Sarekat Jesus, SJ), hidup selibat dan melarat. Beliau tidak meninggalkan harta, namun keteladanan luar biasa
nilainya lebih besar dari harta seberapapun jumlahnya, hati yang sangat besar, selalu siap membantu orang lain, karena semuanya saudara, terutama yang miskin, termarginalisasi dan disabled. Suatu sifat kemanusiaan yang teramat luar biasa dengan kaca mata apapun kita mengamatinya.
Bapa Suci Francis dimakamkan, sesuai dengan keinginannya, di bawah altar Basilica Mariae Maggiore, seperti basilica lain, Santo Petrus dan Johannes Lateran, bersama lima orang Bapa Suci pendahulunya. Ini karena kedekatan Bapa Suci Francis dengan Bunda Maria, yang diberitakan bahwa sebelum kunjungan apostolik keluar Roma, Bapa Suci selalu berdoa di depan gambar Bunda Maria yang menggendong Tuhan Jesus di basilica tsb, demikian pula sekembali beliau dari kunjungan keluar.
Saya ingin menyebut Bapa Suci Franciscus seperti orang-orang di Bergamo, Italy biasa menamakan Bapa Suci Johannes XXIII yang berasal dari Bergamo, dengan sebutan sederhana “The Good Pope”, buat saya Bapa Suci Franciscus adalag “The Good Pope” tanpa mengatakan yang lain itu no good.
Melalui berbagai encyclical yang ditulis Bapa Suci Franciscus kita bisa membaca acara beliau, Lodato Si, mengambarkan bagaimana Tuhan menciptakan dunia dengan segala isinya di tanah, laut dan udara untuk dinikmati, tetapi jangan lupa untuk memeliharanya agar tidak rusak, lingkungannya.
Dalam Fratelli Tutti, Bapa Suci mengajarkan agar kita menerima semua orang tanpa kecuali itu saudara-saudara kita yang kita perlalukan secara baik, kita bantu, kita kasihi kita ampuni kesalahannya, sebagai kita beharap mereka memperlakukan kita sendiri. Melalui berbagai encyclical yang ditulis Bapa Suci Franciscus kita bisa membaca acaran beliau, Lodato Si, mengambarkan bagaimana Tuhan menciptakan dunia dengan segala isinya di tanah, laut dan udara untuk dinikmati, tetapi jangan lupa untuk memeliharanya agar tidak rusak, lingkungannya.
Dalam Fratelli Tutti, Bapa Suci mengajarkan agar kita menerima semua orang tanpa kecuali itu saudara- saudara kita yang kita perlalukan secara baik, kita bantu, kita kasihi kita ampuni kesalahannya, sebagai kita beharap mereka juga memperlakukan kita demikian. Bapa Suci Franciscus juga mengajarkan kita tentang perkawinan sesame jenis, dengan mengatakan ‘who am I to judge?’, LGBT dan peran perempuan dalam gereja dengan kecenderungan menyetujui pentahbisan perempuan menjadi imam.
Tentunya dengan alasan, Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan yang sama derajatnya, jadi mengapa perempuan tidak bisa jadi pastor? Ini interpretasi saya kalua boleh meneruskan ajaran Pope Francis. Memang kedua belas murid Jesus laki-laki, tetapi kan ada juga Maria Magdalena yang tidak kalah perannya, dan ada Ibu Maria yang mengandung dan melahirkan Tuhan Jesus.
Pope Francis meminta agar orang Katolik berbagi kabar baik tentang karya penebusan Tuhan Jesus yang rela mati di kayu salib untuk bangkit lagi agar semua orang yang percaya kepada Tuhan bisa ikut bangkit terhindar dari pengaruh Setan. Dan ini diharapkan kita lakukan sengan penuh kegembiraan dasn senyum, arti dari surat beliau “Gaudium Evangelii atau the Joy of Evangelisation”. Lakukanlah dengan semangat, senang hati penuh tawa dan senyum, jangan dengan merengut.
Apakah hal-hal tersebut mustahil kita lakukan? Tergantung kita, kalua kita bilang ya, pasti dapat tentu saja, piece of cake, tapi kalau mulai saja ogah ya nggak bisa. Buat rekan-rekan yang mempelajari ajaran Kristus, ingat pesan Tuhan Jesus; ‘ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu’. Mintalah, maka kamu akan mendapat’, ini janji Tuhan dan ingat Tuhan tidak pernah bohong. Tetapi ingat pula, jangan berharap Tuhan menjawab sebagaimana kita harapkan, Tuhan punya preferensi sendiri, mungkin kita menerinya waktu kita sama sekali tidak mengharapkan lagi karena putus asa.
Ini terjadi, percayalah bahwa janji Tuhan bukan janji palsu. Tetapi anda harus bersedia dalam hal seperti ini untuk meninggalkan otak kita, pikiran kita, anda harus berani menyapa Tuhan dengan bahasa iman, dengan hati bukan rasio, dan anda akan bisa berdialog dengan Tuhan seperti sahabat dekat anda. Terjayalah, coba saja kan nggak ada ruginya. Dengan semua ini kitab isa mengatakan kepada Pope Francis yang meninggalkan kita selamanya, “Selamat jalan Bapa Suci yang baik, sampai jumpa di Surga.” AMEN. God bless you all. (Dradjad, 04/05/2025).
Guru Besar Ekonomi Emeritus, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEBUI), Jakarta.