5 Fakta Unik Kodok Amerika, Larvanya Punya Banyak Strategi Pertahanan

Keberagaman spesies amfibi tidak hanya bisa ditemukan di benua Asia dan Afrika. Nyatanya benua Amerika juga tidak kalah karena di sana kamu bisa menemukan berbagai spesies amfibi, mulai dari katak, caecilia, salamander, sampai kodok. Tentunya tiap spesies punya ciri khas, mulai dari perawakan yang unik, kebiasaan yang tidak biasa, sampai ukuran yang cukup besar. Salah satu amfibi yang paling terkenal adalah Anaxyrus americanus atau kodok amerika.
Sekilas ia sangat mirip dengan bangkong atau kodok budug yang ada di Indonesia. Namun jika diperhatikan dengan seksama keduanya punya banyak perbedaan. Jika melihat klasifikasinya amfibi ini juga sangat beragam karena punya belasan subspesies yang tersebar di berbagai daerah. Bahkan tak hanya individu dewasanya, larva atau kecebong hewan ini juga memiliki keunikannya sendiri, lho. Jika kamu penasaran dengan fakta unik kodok amerika maka kamu harus menyimak artikel ini dengan seksama!
1. Mampu menghasilkan 2,000 sampai 20,000 butir telur

Dilansir SER Herpetology, musim kawin kodok amerika dibagi berdasarkan wilayah. Wilayah pertama adalah wilayah tenggara yang mana kodok di wilayah tersebut akan memasuki musim kawin pada bulan Januari sampai Februari. Sementara itu populasi di daerah lain akan memulai musim kawin pada bulan Maret sampai Juli. Kemungkinan perbedaan musim kawin ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu suhu, lingkungan, kebiasaan, dan habitat.
Saat kawin individu jantan akan mengeluarkan suara keras dalam upaya menarik perhatian lawan jenis. Sekali bereproduksi individu betina juga bisa menghasilkan banyak telur, yaitu sekitar 2,000 sampai 20,000 butir telur. Telur-telur tersebut akan direkatkan di kantung yang lengket dan akan menetas dalam kurun waktu 3 sampai 12 hari. Kemudian setelah menetas kecebong atau larva dari kodok ini akan berkembang selama dua bulan dan mencapai kematangan reproduksi pada usia dua sampai tiga tahun.
2. Dibagi menjadi tiga subspesies

Laman Animalia menerangkan kalau kodok amerika dibagi menjadi tiga subspesies. Ketiga subspesies tersebut adalah Anaxyrus americanus americanus (kodok amerika barat), Anaxyrus americanus charlesmithi (kodok amerika kerdil), dan Anaxyrus americanus copei (kodok amerika teluk hudson). Tentunya tiap spesies punya beberapa perbedaan, seperti ciri fisik dan penyebaran.
Jika melihat ukurannya A. a. charlesmithi jadi subspesies terkecil dengan panjang yang hanya sekitar 6 cm. Di sisi lain, A. a. americanus jadi salah satu yang terbesar dengan panjang maksimal 11 cm. A. a. americanus juga jadi subspesies yang paling umum dan paling mudah ditemui. Penyebarannya juga jadi yang paling luas, apalagi jika dibadingkan dengan A. a. copei yang sangat langka dan hanya ditemukan di Kanada.
3. Merupakan hewan endemik Amerika Utara

Dilansir GBIF, kodok amerika hanya bisa ditemukan di wilayah Amerika Utara, tepatnya di negara Amerika Serikat dan Kanada. Namun penyebarannya di Kanada dan Amerika Serikat tidak menyeluruh. Justru populasinya terpusat di beberapa tempat, seperti Amerika Serikat bagian tenggara, Amerika Serikat bagian utara, Amerika Serikat bagian tengah, dan Kanada bagian selatan. Seperti amfibi lain, kodok ini juga merupakan hewan semi akuatik. Ia sering dijumpai di hutan, rawa, daerah lembab, sungai, danau, kolam, area pertanian, dan area pemukiman.
4. Kecebongnya punya banyak strategi pertahanan yang unik

Biasanya larva amfibi tidak bisa melakukan banyak hal untuk mengusir predator, namun hal tersebut sangat berbeda dengan larva atau kecebong kodok amerika. Laman iNaturalist menjelaskan kalau kecebong kodok ini justru mengembangkan beberapa pertahanan untuk mengusir dan menghindar dari predator. Strategi-strategi tersebut adalah berenang di perairan dangkal, bersembunyi, berkumpul dalam satu kelompok, dan mengeluarkan zat kimia.
Pertama, dengan berenang di perairan dangkal predator air seperti ikan tidak bisa mengejar dan memakannya. Walau cara ini sebenarnya tidak efektif untuk menghindari predator darat seperti burung. Kedua, ia juga bisa bersembunyi di sela-sela tanaman air supaya sulit dideteksi. Ketiga, terkadang kecebong kodok ini juga akan berkumpul dalam satu kelompok untuk membuat dirinya terlihat besar dan menakutkan. Terakhir, ia juga bisa mengelurkan zat kimia. Efek zat kimia ini juga tak main-main karena sanggup membunuh predator seperti ikan.
5. Cokelat jadi warna paling umum yang dimiliki kodok ini

Umumnya kodok amerika sering ditemukan di rerumputan atau kayu kering. Alhasil habitat tersebut juga memaksa hewan ini untuk beradaptasi. Adaptasi yang dimaksud adalah adaptasi warna. Seperti habitatnya, alhasil kulit kodok ini juga punya warna cokelat yang serupa dengan daun kering atau kayu kering. Terkadang warna dasar cokelat yang ia miliki juga ditemani corak bercak atau garis. Tak hanya itu, beberapa individu juga memiliki warna lain, seperti hitam, jingga, putih, dan kekuningan.
Selain warna dan corak perawakan kodok ini juga bisa digunakan untuk berkamuflase. Pertama, ia punya tubuh gemuk, bulat, dan besar yang jika dilihat dari jauh sangat mirip dengan tanah, kayu, batang pohon, atau batu. Kedua, tubuhnya ditumbuhi tonjolan-tonjolan kecil yang seakan-seakan menyamarkan hewan ini seperti jamur, tanah, atau kerikil. Terakhir, ia juga pandai melompat sehingga bisa kabur dengan cepat saat merasa terancam.
Kelihatannya kodok memang tidak punya kemampuan yang luar biasa seperti hewan lain. Namun hal tersebut dipatahkan oleh kodok amerika karena justru ia adalah spesies kodok yang sangat spesial. Kecebongnya saja bisa mengeluarkan cairan kimia dan individu dewasanya dibagi menjadi tiga subspesies yang sangat beragam. Bahkan tak hanya itu, dengan warna coketanya amfibi ini juga bisa berkamuflase dengan baik di rerumputan dan kayu kering, lho.