Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Anhinga, Burung Air Berparuh Tajam dan Disebut Burung Ular

anhinga (commons.wikimedia.org/gary_leavens)

Anhinga merupakan jenis burung air yang dikenal dengan sebutan “burung ular” karena leher panjang dan rampingnya mirip dengan ular. Burung ini biasanya ditemukan di daerah berair seperti danau, rawa, dan sungai. Salah satu keterampilannya yaitu mampu menyelam dan berburu ikan, yang menjadi makanan utamanya.

Sayapnya juga lebar dengan tubuh yang aerodinamis, dan dapat terbang dengan lincah di atas permukaan air. Anhinga juga memiliki kebiasaan unik, yaitu mengeringkan sayapnya setelah menyelam, karena bulunya tidak sepenuhnya tahan air. Penasaran dengan fakta menariknya? Berikut ulasannya.

1. Punya paruh tajam dan bulu yang tidak tahan air, serta dilengkapi kantong tenggorokan

anhinga (commons.wikimedia.org/gary_leavens)

Anhinga dapat dengan mudah dikenali berkat lehernya yang panjang dan tubuhnya yang ramping. Bentuk tubuh ini memudahkan mereka menyelam di bawah air untuk mencari ikan. Salah satu ciri khas lainnya adalah paruhnya yang tajam dan dirancang khusus untuk menangkap mangsa, yang seolah-olah memiliki alat pancing alami.

Selain itu, bulu anhinga juga sangat menarik. Berbeda dengan banyak burung air lainnya, anhinga tidak memiliki lapisan minyak pelindung di bulunya. Dengan kata lain, bulu anhinga tidak tahan terhadap air. Sehingga mereka sering terlihat mengembangkan sayapnya setelah berenang untuk mengeringkan diri di bawah sinar matahari.

Di samping itu, saat musim kawin, pejantan akan memamerkan kantong tenggorokan yang berwarna-warni, yang bisa membesar dengan dramatis dan menampilkan warna-warna cerah. Tanda visual ini sangat penting guna menarik perhatian pasangan. Semua karakteristik ini menjadikan anhinga sebagai burung yang fungsional dan sangat menarik untuk diamati di lingkungan alaminya.

2. Kerap menyelam ke dalam air dalam waktu lama, dan bisa bekerja sama untuk menggiring ikan ke suatu area

anhinga (commons.wikimedia.org/Dawn Huczek)

Anhinga memiliki teknik berburu yang sangat menarik. Dikarenakan lehernya panjang dan berparuh tajam, mereka mampu menombak ikan dengan sangat tepat. Saat berburu, anhinga sering terlihat menyelam ke dalam air dengan memanfaatkan tubuh rampingnya untuk bergerak secara lincah. Setelah berada di bawah air, mereka dapat menahan napas dalam waktu yang cukup lama sambil mengintai mangsanya.

Satu hal menarik adalah anhinga juga kerap bekerja sama saat mencari makan. Mereka bisa berkumpul dalam kelompok untuk menggiring ikan ke dalam satu area, sehingga memudahkan mereka untuk masing-masing menangkap mangsanya. Strategi berburu ini menunjukkan kemampuan adaptasi mereka, sekaligus menekankan pentingnya keseimbangan alam di mana setiap makhluk memiliki perannya masing-masing di dalam ekosistem.

3. Pejantan kerap melakukan ritual tertentu untuk menarik perhatian betina

anhinga (commons.wikimedia.org/gary_leavens)

Anhinga memiliki ritual kawin khusus, di mana selama masa pacaran, pejantan kerap membusungkan dadanya dan melakukan berbagai pertunjukan tertentu untuk menarik perhatian betina. Mereka bisa membentangkan sayapnya dengan cukup lebar, dan memamerkan bulu-bulu indahnya dengan cara yang sangat dramatis.

Setelah berhasil mendapatkan pasangan dan membangun ikatan, jantan dan betina akan segera membuat sarang. Meski begitu, anhinga lebih suka membangun sarangnya di dekat sumber air, dengan menggunakan ranting dan alang-alang untuk menciptakan platform yang kokoh dan tinggi dari tanah.

4. Betina mengerami telurnya selama 25—30 hari, dan memberi makan anak-anaknya dengan memuntahkan ikan setelah dicerna sebagian

anhinga (commons.wikimedia.org/gary_leavens)

Kedua induk—pejantan dan betina—bekerja sama dalam membangun sarang. Setelah telur diletakkan di sarang, yang biasanya berjumlah sekitar tiga hingga lima butir, betina akan mengerami telur tersebut selama sekitar 25—30 hari, sementara pejantan berjaga-jaga di sekitar sarang.

Setelah telur-telurnya menetas, kedua induk secara aktif memberi makan anak-anaknya dengan memuntahkan ikan yang telah dicerna sebagian. Anak-anak burung ini tumbuh dengan cepat dan segera mulai belajar keterampilan bertahan hidup dengan mengamati induknya berburu di perairan sekitar.

5. Menjadi simbol penting dalam berbagai budaya dan mitologi

anhinga (commons.wikimedia.org/gary_leavens)

Sepanjang sejarahnya, anhinga telah memikat imajinasi berbagai budaya. Sering disebut sebagai “burung ular”, lehernya yang panjang dan gerakannya yang anggun mirip dengan ular yang meluncur di permukaan air. Penampilannya ini membuat beberapa suku asli di Amerika Utara mengaitkannya dengan kemampuan beradaptasi dan transformasi.

Dalam mitologi Mesir kuno, burung yang mirip anhinga dianggap sebagai simbol kelahiran kembali, atau juga disebut reinkarnasi. Kemampuan anhinga dalam menyelam di bawah air demi mencari makanan, disimbolkan sebagai siklus kehidupan, kematian, dan regenerasi yang dihormati oleh peradaban awal.

Dalam cerita rakyat, anhinga juga sering diasosiasikan dengan hujan badai. Penyelaman mereka yang dalam di danau atau sungai dianggap dapat memanggil air. Hal ini menjadikannya elemen penting dalam ritual pertanian bagi kalangan masyarakat tertentu. Kehadiran mereka dalam seni dan sastra juga kerap mencerminkan tema kebebasan dan kelincahan.

Anhinga, burung air yang juga disebut burung ular atau burung pecuk ular, memiliki ciri khas leher panjang dan bulu yang tidak tahan air. Terlebih lagi, anhinga memiliki kemampuan menyelam dalam waktu lama dan berburu ikan dengan cara menombaknya menggunakan paruhnya yang tajam. Keberadaan mereka dalam ekosistem menunjukkan pentingnya adaptasi dalam mencari makanan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us