Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tokoh Dunia yang Memopulerkan Kosmologi Melalui Sastra dan Filsafat

Nicolaus Copernicus (commons.wikimedia.org/Wellcome Collection)
Intinya sih...
  • Aristoteles membagi alam semesta menjadi sublunar dan supralunar, serta mengemukakan konsep empat unsur utama.
  • Ptolemy menciptakan model geosentris yang bertahan selama 1.500 tahun dan menggabungkan astrologi dengan pemikiran rasional.
  • Copernicus menyajikan model heliosentris yang menempatkan Matahari sebagai pusat alam semesta, memicu revolusi besar dalam kosmologi.

Kosmologi, atau studi tentang asal-usul dan struktur alam semesta, bukan hanya berkembang melalui observasi dan eksperimen ilmiah semata. Sejak masa kuno, banyak tokoh dunia menyampaikan pemahaman mereka tentang kosmos melalui medium sastra dan filsafat. Melalui tulisan-tulisan mereka, ide-ide tentang alam semesta menyebar dengan cepat.

Pada ulasan ini, terdapat lima tokoh dunia yang berjasa besar dalam memopulerkan kosmologi melalui karya tulis dan pemikiran filosofis mereka. Dari sistem kosmologi Aristoteles yang pertama kali menggambarkan keteraturan semesta, hingga pengamatan revolusioner Galileo yang mengubah cara kita memandang langit.

1. Aristoteles

Aristoteles (commons.wikimedia.org/CarlosVdeHabsburgo)

Aristoteles merupakan salah satu filsuf Yunani kuno yang paling berpengaruh dalam membentuk dasar pemikiran kosmologi di dunia Barat. Melalui karyanya On the Heavens, ia memperkenalkan pembagian alam semesta menjadi dua wilayah, yaitu sublunar (segala sesuatu yang berada di bawah bulan, termasuk Bumi) dan supralunar (bintang dan planet di atas bulan).

Ia juga mengemukakan konsep bahwa segala sesuatu di dunia terdiri dari empat unsur utama, yaitu api, udara, tanah, dan air. Kosmos, menurut Aristoteles, adalah tatanan yang tertib dan bergerak menurut tujuan tertentu, sebuah gagasan yang mengakar dalam pemikiran filosofisnya tentang sebab-akibat dan teleologi.

2. Claudius Ptolemaeus

Claudius Ptolemaeus (commons.wikimedia.org/Wellcome Collection)

Claudius Ptolemaeus, atau lebih dikenal dengan nama Ptolemy, memainkan peran sentral dalam membentuk pemahaman kosmologi kuno melalui karya ilmiah dan filosofisnya. Dalam karya monumentalnya Almagest, ia menyusun model geosentris, yaitu pandangan bahwa Bumi merupakan pusat alam semesta dan semua benda langit mengitarinya.

Model Algamest bertahan sebagai acuan utama selama hampir 1.500 tahun. Ia mampu memprediksi posisi benda-benda langit secara akurat. Selain itu, Ptolemy juga menulis Tetrabiblos, sebuah karya yang menggabungkan astrologi dengan pemikiran rasional, mencoba menjelaskan bagaimana pengaruh langit dapat berhubungan dengan kehidupan manusia.

3. Nicolaus Copernicus

Nicolaus Copernicus (commons.wikimedia.org/Wellcome Collection)

Nicolaus Copernicus dikenal sebagai tokoh yang memicu revolusi besar dalam kosmologi. Dalam karyanya De Revolutionibus Orbium Coelestium (1543), ia menggagas model heliosentris, yang menempatkan Matahari sebagai pusat alam semesta. Pandangan ini secara radikal menentang sistem geosentris Ptolemy yang telah dianut selama berabad-abad.

Selain menyajikan argumen ilmiah yang kuat, Copernicus juga menyelipkan pemikiran filosofis tentang keteraturan alam semesta. Walau karyanya sempat ditolak oleh banyak kalangan, pengaruhnya perlahan menyebar dan menjadi fondasi bagi munculnya revolusi ilmiah modern. Dengan keberaniannya, Copernicus menunjukkan bahwa pena bisa mengubah wajah sains.

4. Giordano Bruno

Giordano Bruno (commons.wikimedia.org/Berthold Werner)

Giordano Bruno adalah sosok kontroversial namun revolusioner dalam sejarah kosmologi, yang melalui tulisan-tulisannya menantang pemikiran ilmiah dan religius zamannya. Dalam karya seperti Cena de le Ceneri dan De l’infinito universo et mondi, ia memperluas ide Copernicus dengan menyatakan bahwa alam semesta tidak terbatas dan tidak memiliki pusat.

Ia juga mengemukakan gagasan bahwa bintang-bintang adalah matahari lain yang mungkin memiliki planet yang dihuni makhluk hidup. Bruno menolak pandangan kosmos sebagai sistem tertutup, dan menggambarkannya sebagai realitas yang terbuka. Ia juga berargumen bahwa benda-benda langit digerakkan oleh momentum internal, bukan oleh sistem fisik terpusat.

5. Galileo Galilei

Galileo Galilei (commons.wikimedia.org/Wellcome Collection)

Galileo Galilei memopulerkan kosmologi modern melalui kombinasi antara observasi dan kemampuan menulis. Dengan menyempurnakan teleskop dan menggunakannya untuk mengamati langit, ia menemukan fakta-fakta seperti satelit Jupiter, fase Venus, dan permukaan bulan yang tidak rata—semua ini menjadi bukti empiris mendukung teori heliosentris Copernicus.

Dalam karyanya Sidereus Nuncius, Galileo tidak hanya menyampaikan hasil pengamatannya, tetapi juga menjadikannya sebagai narasi yang menggugah dan mudah dicerna. Ia berani menantang pandangan lama yang dipegang oleh Aristoteles dan Ptolemy, dan mengusulkan alam semesta sebagai entitas yang terus berubah dan tidak sempurna.

Kelima tokoh yang dibahas di atas menunjukkan bahwa kosmologi tidak hanya berkembang di laboratorium atau observatorium, tetapi juga di ruang diskusi filsafat dan dalam halaman-halaman buku. Mereka tidak hanya mengajukan teori dan data, tetapi juga membungkusnya dalam narasi yang menggugah dan penuh refleksi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us