Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Truk dan Kendaraan Berat Jadi Biang Kerok Emisi CO2

ilustrasi truk (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
ilustrasi truk (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Intinya sih...
  • Truk dan kendaraan berat menyumbang lebih dari 35% emisi CO2 nasional, memperparah pemanasan global.
  • Menteri Koordinator Infrastruktur mendukung dekarbonisasi angkutan umum dan kendaraan berat untuk mencapai target emisi nol bersih.
  • Kementerian ESDM menekankan pentingnya dekarbonisasi sektor transportasi untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2060.

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK), Agus Harimurti Yudhoyono, menyatakan truk barang dan kendaraan berat menyumbang lebih dari 35 persen emisi karbon dioksida (CO2) nasional.

"Truk barang dan kendaraan berat menyumbang lebih dari 35 persen emisi C02 nasional. Ini adalah menjadi penyebab masalah kesehatan yang serius dan memperparah pemanasan global," kata dia dikutip dari akun Instagram pribadinya, Kamis (29/5/2025).

1. Mendukung upaya dekarbonisasi kendaraan berat

Menko Bidang Infrastruktur, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (IDN Times/Eko Ardiyanto)
Menko Bidang Infrastruktur, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (IDN Times/Eko Ardiyanto)

Pria yang akrab disapa AHY itu menyampaikan dukungannya untuk mencapai target emisi nol bersih dan ketahanan energi nasional melalui dekarbonisasi angkutan umum dan kendaraan berat. Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara "Indonesia Zero Emission Heavy-Duty Vehicle Summit 2025" yang diselenggarakan oleh World Resources Institute Indonesia bersama Kemenko IPK.

"Saya mendukung untuk mencapai target emisi nol bersih dan ketahanan energi nasional melalui dekarbonidasi angkutan umum dan kendaraan berat," ujarnya.

2. Dorong pengembangan transportasi berkelanjutan

ilustrasi truk (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
ilustrasi truk (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

AHY menegaskan krisis iklim merupakan ancaman nyata yang tidak bisa ditunda. Dia menyebut pembangunan transportasi ke depan harus berorientasi pada keberlanjutan. Selain itu, pembangunan transportasi harus tahan terhadap tantangan geografis, dan mampu menekan dampak perubahan iklim.

"Tindakan hari ini menentukan masa depan bumi kita termasuk anak cucu kita," ujar AHY.

3. Pentingnya dekarbonisasi sektor transportasi

ilustrasi truk (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
ilustrasi truk (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut sektor transportasi sebagai salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca (GRK). Upaya dekarbonisasi dinilai penting karena dampaknya yang besar terhadap pembakaran bahan bakar fosil.

Di Indonesia, dari 11 juta kendaraan yang beroperasi di jalan, tercatat menghasilkan lebih dari 35 juta ton emisi CO2. Sementara, truk menyumbang lebih dari 50 juta ton.

Kementerian ESDM menekankan dengan perkiraan pertumbuhan armada kendaraan di masa mendatang akibat pembangunan ekonomi, pencapaian dekarbonisasi sektor transportasi sangat penting untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2060.

Pemerintah juga berkomitmen memastikan pertumbuhan sektor tersebut tidak membahayakan kualitas hidup dan kesehatan warga.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us