Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hubungan Antara Kecemasan dan Insomnia, Saling Memengaruhi

ilustrasi cemas (pexels.com/Andrew Neel)
ilustrasi cemas (pexels.com/Andrew Neel)

Kecemasan dan insomnia sering kali berjalan beriringan, menciptakan lingkaran yang sulit diputus. Saat seseorang mengalami kecemasan, tidur menjadi tantangan besar. Sebaliknya, kurang tidur juga bisa memperburuk kecemasan. Memahami hubungan keduanya bisa membantu menemukan solusi yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas tidur dan kesehatan mental. Yuk simak selengkapnya!Ā 

1. Kecemasan menyebabkan sulit tidur

ilustrasi begadang (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi begadang (pexels.com/cottonbro studio)

Kecemasan membuat seseorang sulit untuk tertidur dan mempertahankan tidur yang nyenyak. Pikiran yang dipenuhi kekhawatiran atau ketakutan dapat terus aktif, mencegah tubuh dan otak untuk rileks.

Kondisi ini disebut 'hyperarousal', di mana tubuh tetap waspada meskipun seharusnya sudah beristirahat. Akibatnya, banyak orang yang mengalami kesulitan tidur berjam-jam setelah berbaring di tempat tidur. Jika dibiarkan, masalah ini dapat berkembang menjadi insomnia kronis, yang semakin memperburuk kondisi mental dan fisik seseorang.

2. Kurang tidur memperburuk kecemasan

ilustrasi tidur (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi tidur (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kurang tidur tidak hanya menyebabkan rasa lelah, tetapi juga dapat meningkatkan tingkat kecemasan secara signifikan. Ketika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup, fungsi otak terganggu, terutama di bagian yang mengatur emosi dan stres, yaitu amigdala.

Gangguan ini menyebabkan seseorang lebih mudah merasa cemas, gelisah, atau bahkan mengalami serangan panik. Kurang tidur selama beberapa malam saja sudah dapat meningkatkan produksi hormon stres seperti kortisol, yang semakin memperparah kecemasan. Akhirnya, siklus negatif ini terus berulang, kecemasan membuat sulit tidur, dan kurang tidur memperburuk kecemasan.

3. Insomnia bisa menjadi tanda awal gangguan kecemasan

ilustrasi begadang (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi begadang (pexels.com/cottonbro studio)

Insomnia sering kali muncul lebih dulu sebelum seseorang didiagnosis mengalami gangguan kecemasan. Hal ini berarti, seseorang yang mengalami kesulitan tidur berkepanjangan memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan seperti gangguan kecemasan umum (GAD), gangguan panik, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Tidur yang terganggu dalam jangka panjang dapat memengaruhi keseimbangan kimia otak, menyebabkan reaksi stres berlebihan terhadap situasi sehari-hari. Jika insomnia tidak ditangani sejak dini, kondisi ini dapat berkembang menjadi kecemasan yang lebih parah, sehingga memerlukan pendekatan medis atau terapi psikologis.

4. Gangguan REM sleep dan pengaruhnya pada kecemasan

ilustrasi cemas (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi cemas (pexels.com/RDNE Stock project)

Tidur terdiri dari beberapa fase, salah satunya adalah REM (Rapid Eye Movement) Sleep, yang berperan penting dalam pemrosesan emosi dan ingatan. Orang dengan kecemasan sering mengalami gangguan REM sleep, yang membuat mereka lebih sering mengalami mimpi buruk atau tidur yang gak nyenyak.

Mimpi buruk yang berulang dapat membuat seseorang takut untuk tidur, sehingga memperburuk insomnia. Selain itu, kurangnya REM sleep yang berkualitas juga dikaitkan dengan peningkatan hiperaktivitas amigdala, yang menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap kecemasan di siang hari. Mengatur pola tidur dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dapat membantu meningkatkan kualitas REM sleep.

5. Terapi perilaku kognitif bisa memutus siklus kecemasan dan insomnia

ilustrasi konsultasi (unsplash.com/Priscilla Du Preez šŸ‡ØšŸ‡¦)
ilustrasi konsultasi (unsplash.com/Priscilla Du Preez šŸ‡ØšŸ‡¦)

Salah satu metode yang paling efektif untuk mengatasi kecemasan dan insomnia adalah Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia (CBT-I). Terapi ini berfokus pada mengubah pola pikir negatif dan kebiasaan buruk yang menyebabkan gangguan tidur.

Melalui CBT, seseorang akan belajar teknik relaksasi, mengatur jadwal tidur yang konsisten, serta mengatasi pikiran berlebihan yang sering muncul sebelum tidur. CBT lebih efektif daripada obat tidur dalam jangka panjang, karena membantu mengatasi akar masalah tanpa menimbulkan efek samping. Jika kecemasan dan insomnia sudah sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, berkonsultasi dengan terapis atau dokter bisa menjadi langkah yang bijak.

Kecemasan dan insomnia memiliki hubungan yang erat dan sering kali memperburuk satu sama lain. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Menerapkan pola tidur yang sehat, mengelola stres dengan baik, serta mencari bantuan profesional jika diperlukan dapat membantu memutus siklus ini. Dengan langkah yang tepat, tidur yang nyenyak dan pikiran yang lebih tenang bisa tercapai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ignatius Drajat Krisna Jati
EditorIgnatius Drajat Krisna Jati
Follow Us