Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

9 Hal yang Terjadi pada Tubuh saat Berhenti Menyusui

ilustrasi ibu menyusui (pexels.com/RDNE)
ilustrasi ibu menyusui (pexels.com/RDNE)
Intinya sih...
  • Menyapih dapat menyebabkan fluktuasi kadar hormon yang dapat memengaruhi suasana hati.
  • Ketika berhenti menyusui, kamu mungkin akan melihat beberapa perubahan pada kulit, sering kali mirip pubertas.
  • Produksi ASI dapat terus berlanjut selama berbulan-bulan setelah menyapih.

Berhenti menyusui bukan sekadar berhenti memberi ASI. Ini adalah babak baru dalam perjalanan seorang ibu. Proses yang disebut menyapih ini bisa menghadirkan berbagai rasa. Ada lega, ada haru, ada juga kebingungan yang tak selalu bisa diungkap dengan kata.

Bagi sebagian perempuan, menyapih adalah tanda bahwa mereka dan bayinya sudah siap melangkah ke fase berikutnya. Namun, bagi yang lain, proses ini bisa terasa berat, baik secara fisik maupun emosional. Hormon yang sebelumnya bekerja keras untuk memproduksi ASI mulai berubah. Payudara pun merespons dengan beberapa cara; mungkin terasa bengkak, nyeri, dan sebagainya. Tak jarang, suasana hati ikut terombang-ambing.

Tidak ada cara yang benar atau salah dalam menjalani masa ini. Satu hal yang pasti, memahami apa yang terjadi dalam tubuh saat berhenti menyusui bisa membuat proses ini terasa lebih terkendali dan nyaman.

1. Perubahan suasana hati

Apakah kamu merasa sedikit sedih saat menyapih? Sama seperti saat hamil atau menyusui, menyapih dapat menyebabkan fluktuasi kadar hormon yang dapat memengaruhi suasana hati.

Ada dua hormon yang bertanggung jawab atas perubahan ini—oksitosin dan prolaktin. Mereka dianggap sebagai "hormon keibuan" karena berkontribusi pada rasa cinta, ketenangan, kepuasan, dan keterikatan.

Ketika menyusui, tubuh menghasilkan kadar oksitosin dan prolaktin yang tinggi. Akan tetapi, ketika menyapih, kadar hormon-hormon tersebut menurun. Tidak jarang perempuan akan menangis, sedih, murung, atau mudah tersinggung.

Ditambah lagi, jika memilih untuk menyapih, perempuan mungkin masih merasakan kesedihan atau kehilangan karena perjalanan menyusui telah berakhir.

Berhenti menyusui adalah pilihan yang sangat pribadi. Jadi, jika tidak sepenuhnya yakin untuk menyapih, tunda dulu. Baiknya pikirkan matang-matang, baru kemudian putuskan mana pilihan terbaik, menyapih sekarang atau nanti.

2. Masalah kulit

Ketika berhenti menyusui, kamu mungkin akan melihat beberapa perubahan pada kulit, sering kali mirip pubertas. Hormon yang berfluktuasi dapat menyebabkan munculnya jerawat.

Saat menyapih, hormon yang bertanggung jawab untuk menjaga suplai ASI—prolaktin dan oksitosin—menurun, dan progesteron serta estrogen mulai meningkat lagi. Namun, pergeseran hormon ini juga menyebabkan peningkatan minyak alami (sebum) yang dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan jerawat.

Positifnya, perubahan kulit lainnya yang berhubungan dengan kehamilan mungkin akan membaik setelah menyapih. Sebagai contoh, stretch mark dapat memudar dan areola serta puting (yang mungkin telah menggelap atau membesar) biasanya akan kembali ke penampilan aslinya.

3. Menstruasi tidak teratur

ilustrasi kalender menstruasi (freepik.com/wayhomestudio)
ilustrasi kalender menstruasi (freepik.com/wayhomestudio)

Siklus menstruasi mungkin akan menjadi tidak konsisten, bahkan jika sebelum hamil siklus bulananmu teratur. Ini karena ada peran dari hormon estrogen dan prolaktin.

Selama menyusui, kadar estrogen sangat rendah dan kadar prolaktin sangat tinggi. Keduanya membantu menekan menstruasi. Namun, ketika menyapih, kamu mengajarkan tubuh bahwa tidak masalah bagi hormon-hormon tersebut untuk kembali ke tingkat yang normal.

Transisi ini tidak selalu cepat atau dapat diprediksi. Mirip dengan menstruasi dimulai selama masa pubertas, beberapa periode pertama mungkin bersifat anovulasi. Ini berarti perempuan mengalami menstruasi tanpa berovulasi.

Pendarahan anovulasi sering kali tidak teratur, mungkin lebih berat atau lebih ringan dari biasanya, bahkan mungkin berlangsung dalam waktu yang lebih singkat atau lebih lama.

Bagi sebagian orang, siklus anovulasi pasca menyusui ini dapat berlangsung untuk sementara waktu. Tetapi bagi yang lain, mereka mungkin mulai berovulasi pada periode pertama atau bahkan saat masih menyusui.

Intensitas gejala menstruasi juga dapat berubah setelah menyapih. Misalnya, perempuan mungkin merasakan kram yang lebih buruk atau lebih sedikit mengalami gejala sindrom pramenstruasi (PMS).

Kesabaran adalah kuncinya. Menstruasi biasanya akan kembali normal dalam waktu enam bulan atau lebih.

Jika terus mengalami pola perdarahan yang tidak biasa, tidak teratur, atau sangat berbeda (dibandingkan dengan sebelum hamil) setelah enam bulan menyapih, hubungi dokter untuk mencari tahu penyebabnya.

Perlu diingat, menstruasi yang tidak teratur tidak melindungimu dari kehamilan. Jadi, jika tidak ingin hamil, pastikan menggunakan alat kontrasepsi.

4. Merasa lelah

Menyusui membutuhkan banyak energi yang dapat membuat kamu merasa lelah. Tubuh membakar sekitar 500 hingga 700 kalori ekstra per hari saat menyusui.

Faktanya menyapih juga dapat menyebabkan kelelahan. Saat kadar progesteron dan estrogen mulai normal, perempuan mungkin merasa sangat lelah. Beberapa orang bahkan mengatakan bahwa mereka merasa pusing.

Ditambah lagi, kamu mungkin juga sedang menyesuaikan diri dengan jadwal tidur yang baru. Tubuh mungkin masih kerap terbangun pada dini hari untuk sesi menyusui di tengah malam, bahkan setelah berhenti menyusui.

Tetap terhidrasi, berolahraga secara teratur, dan mencoba mengikuti rutinitas tidur yang konsisten (sebisa mungkin dengan bayi atau balita) akan membantu mengurangi rasa lelah.

Jika tubuh terbiasa terbangun saat tengah malam, mungkin perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan tidur yang baru.

Seandainya kelelahan dan masalah tidur memburuk atau disertai dengan perasaan sedih, kehilangan minat atau kesenangan pada bayi sampai kegiatan favorit, kamu mungkin mengalami depresi pascapersalinan, dan ini membutuhkan pertolongan medis.

5. Gejala mirip flu hingga risiko mastitis

Merasa demam saat menyapih? Hormon yang berfluktuasi terkadang dapat menyebabkan menggigil dan berkeringat.

Jika merasakan gejala seperti flu bersamaan dengan pembengkakan payudara atau ada pembengkakan atau ketidaknyamanan pada payudara, ini mungkin tanda mastitis.

Mastitis adalah infeksi payudara yang dapat terjadi selama atau setelah menyapih, karena tubuh mungkin menahan ASI dan tidak mengeluarkannya.

ASI yang terkumpul di dalam payudara dapat dengan cepat menjadi lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk berkembang biak. Gejalanya termasuk merasa seperti flu (kelelahan yang ekstrem, sakit dan menggigil) dan demam tinggi.

Kemerahan pada payudara, nyeri dan benjolan adalah tanda-tanda mastitis. Payudara bahkan mungkin terasa hangat saat disentuh.

6. Masih memproduksi ASI

ilustrasi perempuan menggendong bayi (freepik.com/freepik)
ilustrasi perempuan menggendong bayi (freepik.com/freepik)

Ketika berhenti menyusui, kamu tidak secara otomatis berhenti memproduksi ASI. Faktanya, produksi ASI dapat terus berlanjut selama berbulan-bulan setelah menyapih.

Tubuh harus belajar memproduksi ASI saat mulai menyusui dan kemudian harus belajar menghentikan produksinya. Setiap tubuh memiliki waktunya sendiri—ada yang memulai proses penyapihan dan ASI mengering dalam hitungan hari, sementara yang lain masih memproduksi ASI hingga setahun kemudian.

Orang-orang yang memproduksi ASI melimpah cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk mengeringkan persediaan ASI.

Jika sering menstimulasi puting atau memerah ASI dengan tangan hanya untuk mengecek apakah masih menghasilkan ASI, kemungkinan besar kamu akan terus menghasilkan ASI. Hal ini terjadi karena rangsangan pada puting dan ekspresi tangan mengirimkan sinyal ke tubuh untuk terus memproduksi ASI.

7. Libido meningkat

Selama menyusui, beberapa orang merasakan penurunan libido. Ini karena kadar hormon estrogen sangat rendah saat menyusui, yang dapat menyebabkan kekeringan pada vagina dan menurunnya hasrat seksual. Ditambah lagi kelelahan merawat bayi, sehingga seks sering kali tidak dianggap penting.

Setelah menyapih, kadar estrogen naik lagi dan libido akan kembali. Beberapa orang terus memiliki gairah seks yang tinggi selama masa laktasi, sementara yang lain masih belum merasa siap untuk berhubungan intim setelah menyapih.

8. Payudara terasa sakit

Sama seperti risiko mastitis yang meningkat seiring dengan penyapihan, demikian pula pembengkakan yang menyakitkan dan saluran ASI yang tersumbat.

Pembengkakan terjadi ketika ASI tidak dikosongkan dari payudara dan cairan serta darah terkumpul di jaringan sehingga mengakibatkan pembengkakan, sesak, dan peningkatan ukuran payudara. 

Payudara mungkin terasa keras, penuh, hangat, nyeri saat ditekan, bahkan mungkin berdenyut atau terasa sakit.

Saluran ASI yang tersumbat juga dapat terjadi jika payudara penuh dalam jangka waktu yang lama.

Payudara yang membesar dan saluran yang tersumbat lebih sering terjadi pada awal menyusui karena tubuh menyesuaikan diri dengan tugas barunya untuk memproduksi ASI. Namun, masalah ini dapat kembali lagi ketika menyapih.

Pembengkakan payudara umumnya dianggap wajar dan merupakan bagian dari proses penyapihan. Singkatnya karena tidak lagi menyusui, ASI tetap berada di payudara yang bisa membuat tidak nyaman.

9. Berat badan naik

ilustrasi makan (pexels.com/Photo by Mikhail Nilov)
ilustrasi makan (pexels.com/Photo by Mikhail Nilov)

Ibu menyusui sering merasa sangat lapar. Seperti yang telah disebutkan, tubuh membutuhkan sekitar 500 kalori ekstra saat menyusui. Artinya, mungkin perlu makan lebih banyak guna mempertahankan pasokan ASI. Namun, saat menyapih, kebutuhan kalori akan berkurang. Ini dapat menyebabkan perubahan nafsu makan dan fluktuasi berat badan.

Sebagai contoh, jika masih memiliki kebiasaan makan camilan ekstra setiap hari, berat badan mungkin akan bertambah beberapa kilogram karena tubuh tidak lagi membutuhkan kalori tambahan.

Berhenti menyusui adalah langkah besar dalam perjalanan menjadi ibu dan setiap perempuan bisa mengalami perubahan yang berbeda. Meski proses ini bisa disertai ketidaknyamanan fisik atau mental, tetapi semua itu merupakan bagian normal dari penyesuaian tubuh.

Dengan memahami apa yang terjadi dan memberikan waktu bagi tubuh untuk beradaptasi, perempuan bisa melewati masa ini dengan lebih tenang. Jangan ragu untuk mencari dukungan, baik dari tenaga medis maupun orang terdekat, karena kesehatan dan kenyamanan ibu sama pentingnya dengan tumbuh kembang si kecil.

Referensi

"What Really Happens to Your Body When You Stop Breastfeeding". LIVESTRONG. Diakses April 2025.
"4 Things That Might Surprise You About Weaning". Penn Medicine. Diakses April 2025.
"Mastitis". Mayo Clinic. Diakses Maret 2025.
"Post-Weaning Symptoms: 9 Things you Need to Know". thebellemethod. Diakses April 2025.
"Breastfeeding Hormones and Symptoms of Weaning". Natalist. Diakses April 2025.
Cappelletti, Maurand, and Kim Wallen. “Increasing Women’s Sexual Desire: The Comparative Effectiveness of Estrogens and Androgens.” Hormones and Behavior 78 (November 14, 2015): 178–93.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Misrohatun H
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us