Sindrom Outlet Dada: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Waspadai nyeri, kesemutan, dan kelemahan di bahu dan lengan

Thoracic outlet syndrome atau sindrom outlet dada adalah istilah untuk menggambarkan beberapa kondisi berbeda yang dapat terjadi ketika saraf dan/atau pembuluh darah di outlet dada atau toraks tertekan atau teriritasi.

Dilansir American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS), outlet toraks adalah ruang antara tulang selangka (klavikula) dan tulang rusuk pertama. Lorong sempit ini dipenuhi dengan pembuluh darah, otot, dan saraf.

Apabila otot bahu di dada tidak cukup kuat untuk menahan tulang selangka di tempatnya, itu bisa tergelincir ke bawah dan ke depan, memberi tekanan pada saraf dan pembuluh darah yang berada di bawahnya. Ini menyebabkan berbagai gejala yang bersama-sama dikenal sebagai sindrom outlet dada.

1. Apa itu sindrom outlet dada?

Sindrom Outlet Dada: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi sindrom outlet dada atau thoracic outlet syndrome (kcbj.com)

Sindrom outlet dada menyebabkan nyeri di bahu, lengan, dan leher. Kondisi ini terjadi ketika saraf atau pembuluh darah tepat di bawah leher tertekan atau terjepit. Kompresi dapat terjadi di antara otot leher dan bahu atau antara tulang rusuk pertama dan tulang selangka.

Bila mengalaminya, kamu mungkin akan merasakan sensasi terbakar, kesemutan, dan mati rasa di sepanjang lengan, tangan, dan jari-jari. Jika saraf tertekan, kamu mungkin juga dapat merasakan kelemahan di tangan. Apabila pembuluh darah tertekan, tangan mungkin sensitif terhadap dingin, atau menjadi pucat atau kebiruan. Lengan mungkin membengkak dan mudah lelah.

2. Jenis

Sindrom Outlet Dada: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi nyeri bahu pada orang dengan sindrom outlet dada (pexels.com/Kindel Media)

Dilansir Johns Hopkins Medicine, ada tiga tipe sindrom otot dada, yakni:

  • Neurogenik: Muncul ketika saraf yang mengarah dari leher ke lengan (pleksus brakialis) tertekan. Lebih dari 90 persen kasus sindrom outlet dada adalah tipe ini.
  • Venous atau vena: Terjadi saat vena tertekan, yang menyebabkan trombosis tubuh bagian atas. Sekitar 5 persen kasus sindrom outlet dada adalah tipe vena. Kondisi ini berkembang secara tiba-tiba, sering kali setelah latihan lengan yang tidak biasa dan melelahkan.
  • Arterial atau arteri: Muncul ketika arteri terkompresi. Ini merupakan tipe paling jarang namun paling serius, sekitar 1 persen dari seluruh kasus. Umumnya disebabkan oleh kelainan tulang bawaan (hadir saat lahir) di leher bagian bawah dan dada bagian atas.

Baca Juga: 10 Penyakit dengan Gejala Sakit Dada, Waspadai karena Bisa Fatal

3. Gejala

Sindrom Outlet Dada: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi kelelahan saat beraktivitas (pexels.com/Andreas Ayrton)

Dilansir Cleveland Clinic, tanda dan gejala sindrom outlet dada termasuk nyeri leher, bahu, dan lengan, mati rasa atau gangguan sirkulasi ke daerah yang terdampak.

Nyeri yang dirasakan kadang disalahartikan dengan nyeri angina (nyeri dada akibat suplai oksigen yang tidak adekuat ke otot jantung). Namun, kedua kondisi tersebut bisa dibedakan, karena nyeri pada sindrom outlet dada tidak terjadi atau meningkat saat berjalan, sedangkan nyeri angina biasanya demikian. Selain itu, nyeri pada sindrom outlet dada biasanya meningkat saat mengangkat lengan yang terkena, sementara itu pada angina tidak seperti itu.

Tanda dan gejala yang dialami pasien dapat membantu menentukan jenis sindrom outlet dada yang dimiliki pasien. Sindrom ini paling sering memengaruhi saraf, tetapi bisa juga dialami di vena dan arteri (tipe yang paling jarang). Pada semua jenis sindrom outlet dada, ruang outlet toraks menyempit dan ada pembentukan bekas luka di sekitar struktur.

Gejala sindrom outlet dada berdasarkan tipenya:

  • Neurogenik: Gejalanya meliputi kelemahan atau mati rasa pada tangan; penurunan ukuran otot tangan, yang biasanya terjadi pada satu sisi tubuh; dan/atau nyeri, kesemutan, tusukan, mati rasa dan kelemahan pada leher, dada, dan lengan.
  • Vena: Gejalanya meliputi pembengkakan pada tangan, jari dan lengan, serta rasa berat dan lemah pada leher dan lengan. Vena di anterior (depan) vena dinding dada juga mungkin tampak melebar (bengkak).
  • Arteri: Gejala termasuk kepekaan dingin di tangan dan jari; mati rasa, nyeri atau luka pada jari; dan sirkulasi darah yang buruk ke lengan, tangan dan jari.

4. Penyebab dan faktor risiko sindrom outlet dada

Sindrom Outlet Dada: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi angkat beban (pexels.com/Victor Freitas)

Dilansir Medical News Today, berbagai faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena sindrom outlet dada, seperti sering melakukan kegiatan sebagai berikut:

  • Melakukan pekerjaan yang membutuhkan gerakan lengan, bahu, dan leher yang berulang, seperti aktivitas olahraga tertentu.
  • Memiliki postur tubuh yang buruk .
  • Memiliki riwayat cedera jaringan lunak atau trauma yang melibatkan leher sering mengangkat beban berat.
  • Memiliki kelainan bawaan pada daerah leher, bahu, atau lengan.

Penjelasan terperincinya adalah sebagai berikut:

  • Cedera: Cedera pada leher, seperti whiplash (terjadi akibat gerakan leher secara maju dan mundur yang cepat dan kuat) dapat menyebabkan peradangan dan robekan pada otot leher. Jaringan parut dapat terbentuk saat otot sembuh, yang dapat memberi tekanan pada saraf yang mengalir di lengan.
  • Postur tubuh yang buruk: Membungkuk atau membawa beban berlebih di daerah perut dapat menekan ruang antara tulang selangka dan tulang rusuk, sehingga menyisakan sedikit ruang untuk saraf dan pembuluh darah.
  • Kelainan struktural: Memiliki tulang rusuk ekstra di atas tulang rusuk pertama dapat memengaruhi struktur arteri subklavia. Pertumbuhan tulang di tulang selangka atau tulang rusuk pertama dapat menekan pleksus brakialis atau pembuluh darah subklavia.
  • Gerakan berulang: Gerakan lengan dan bahu yang berulang dapat mengiritasi saraf pleksus brakialis atau menyebabkan pembengkakan yang menyempitkan ruang di dalam saluran keluar toraks.

5. Diagnosis

Sindrom Outlet Dada: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi diagnosis untuk sindrom outlet dada (texaspainphysicians.com)

Menurut AAOS, dokter akan menanyakan riwayat gejala, melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan mencoba mereproduksi gejala dengan memeriksa lengan dan tangan dalam beberapa posisi.

Tes yang dilakukan adalah elevated arm stress test atau mengangkat lengan, di mana dokter akan meminta pasien mengangkat tangan di atas kepala, lalu buka dan tutup kepalan tangan selama kurang lebih 3 menit. Jika ini mereproduksi gejala, ada kemungkinan itu adalah sindrom outlet dada. Namun, orang yang tidak memiliki kondisi tersebut kadang memiliki hasil tes yang positif.

Tes selanjutnya yang mungkin akan dilakukan adalah tes pencitraan untuk melihat dan mengevaluasi tulang, otot, tendon, dan pembuluh darah dengan lebih baik. Ini mungkin termasuk sinar-X, CT scan, MRI, dan/atau ultrasound.

Tes tambahan mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis, seperti tes sirkulasi darah khusus dan tes konduksi saraf.

6. Pengobatan

Sindrom Outlet Dada: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi terapi fisik pada pasien dengan sindrom outlet dada (physio.co.uk)

Dilansir Healthline, perawatan sindrom outlet dada bertujuan untuk meredakan gejala dan nyeri. Perawatan yang spesifik bisa berbeda-beda pada tiap pasien, bergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi.

Perawatan biasanya dimulai dengan penggunaan obat-obatan untuk meredakan gejala, seperti naproxen atau ibuprofen, untuk mengurangi inflamasi dan nyeri.

Pada beberapa kasus, dokter mungkin akan memberikan obat trombolitik melalui vena atau arteri untuk melarutkan gumpalan darah di saluran keluar toraks. Obat antikoagulan mungkin juga akan diresepkan untuk mencegah pembentukan gumpalan darah dan menghalangi aliran darah.

Terapi fisik juga akan direkomendasikan untuk membantu menguatkan dan meregangkan otot bahu. Penguatan otot-otot tersebut akan meningkatkan rentang gerak serta postur. Ini juga akan memberikan dukungan untuk tulang selangka dan otot-otot di sekitar outlet toraks.

Seiring waktu, latihan terapi fisik mungkin dapat mengurangi tekanan pembuluh darah dan saraf di area yang terkena.

Bila pasien kelebihan berat badan, dokter mungkin akan merekomendasikan program penurunan berat badan atau diet spesifik untuk membantu meredakan gejala. Menjaga berat badan ideal penting untuk mengurangi tekanan pada sendi.

Pasien mungkin butuh operasi bila gejala tidak membaik dengan obat-obatan dan terapi fisik. Operasi untuk sindrom outlet dada mungkin melibatkan pengangkatan tulang rusuk tambahan, pengangkatan bagian dari tulang rusuk pertama, atau mengubah rute pembuluh darah di sekitar outlet toraks.

Jika pembuluh di outlet toraks sangat menyempit, angioplasti dapat digunakan untuk membukanya. Selama angioplasti, balon kecil digunakan untuk mengembangkan pembuluh yang menyempit.

Apabila gejala tidak diobati sejak dini, pasien mungkin mengalami kerusakan saraf progresif dan butuh operasi. Dokter merekomendasikan operasi untuk mengobati sindrom outlet dada hanya jika perawatan lain tidak efektif. Pembedahan memiliki risiko lebih tinggi daripada perawatan lain dan mungkin tidak selalu mengobati gejala.

Demikianlah fakta medis seputar sindrom outlet dada atau thoracic outlet syndrome. Bila kamu mengalami gejala-gejalanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sebaiknya periksa ke dokter. Kamu yang terdiagnosis dengan penyakit ini juga baiknya segera konsultasi ke dokter bila mengalami gejala baru atau gejala memburuk.

Baca Juga: Cedera Whiplash: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Derinda Astri Irdiyana  Photo Verified Writer Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya