Apakah Penderita Asma Boleh Mendaki Gunung?

Mendaki gunung jadi salah satu hobi yang butuh perhatian lebih karena melibatkan aktivitas fisik yang berat. Maka dari itu, pecinta alam yang hendak melakukan pendakian harus mempersiapkan segala kebutuhan secara menyeluruh, mulai dari logistik, kesehatan fisik, sampai kesiapan mental. Masalahnya, tak jarang seseorang yang memiliki masalah kesehatan tertentu tetap ingin mendaki gunung, semisal penderita asma.
Memang, daya tarik mendaki gunung sambil memperhatikan pesona alam itu jadi kegiatan yang sangat menyenangkan sekaligus tempat refreshing yang menarik. Akan tetapi, sebagai penderita asma, kita tahu persis kalau kelelahan dari aktivitas fisik dan berada di ketinggian seperti gunung justru dapat memicu asma yang diderita. Apakah hal tersebut berarti penderita asma sama sekali tidak boleh mendaki gunung? Yuk, simak penelusuran lengkapnya!
1. Apa tanda seseorang menderita asma?

Mengutip Cleveland Clinic, asma merupakan kondisi ketika ada pembengkakan, penyempitan, dan lendir pada saluran pernapasan. Asma mengakibatkan kesulitan bernapas, sesak dada, sampai mengi. Penyakit yang satu ini terbilang kronis atau berlangsung dalam jangka panjang.
Ada beberapa faktor yang memicu seseorang menderita asma, semisal genetik dari orang tua, kondisi lingkungan yang kurang sehat, terpapar gas atau asap berbahaya sejak kecil, infeksi saluran pernapasan, alergi, sampai penggunaan obat tertentu. Asma terbilang berbahaya kalau tidak segera ditangani karena penyakit ini berkaitan dengan salah satu organ vital, yakni sistem pernapasan.
Gejala atau tanda seseorang mengalami asma terbilang beragam dan berbeda-beda, tergantung orangnya. Dilansir Mayo Clinic, beberapa gejala asma yang sering terlihat adalah sesak napas, nyeri dada, mengi ketika mengembuskan napas, kesulitan tidur karena sulit bernapas, batuk-batuk, dan pilek. Sementara itu, ada beberapa kondisi spesifik yang membuat asma yang sedang dialami justru jadi semakin parah, semisal berada di tempat dengan udara yang kering atau dingin, terpapar asap atau debu secara berlebih, maupun alergi dengan hal-hal tertentu.
Kalau kondisi sudah kronis, biasanya penderita asma akan menggunakan inhaler atau nebulizer untuk memberi pengobatan secara langsung ke saluran pernapasan. Ada perbedaan mencolok antara dua benda ini. Inhaler berfungsi untuk mengontrol asma dalam jangka panjang serta meredakan gejala asma jika terpicu. Sementara itu, nebulizer lebih digunakan untuk pengobatan intensif terhadap penderita asma berat.
2. Apakah penderita asma sama sekali tak boleh naik gunung?

Di atas disebutkan kalau salah satu pemicu kambuhnya asma seseorang adalah udara dingin. Padahal, di atas gunung, udaranya jauh lebih dingin dan tipis ketimbang saat berada di dataran rendah. Ditambah lagi, aktivitas mendaki gunung itu termasuk olahraga berat yang memerlukan fisik prima sehingga bisa saja memicu kambuhnya asma seseorang jika terlalu lelah. Dengan dua alasan valid itu, apakah itu artinya seorang penderita asma sama sekali tidak boleh mendaki gunung?
Jawabannya, belum tentu! Dengan beberapa persiapan matang, rekan yang sigap membantu, sampai memperhatikan detail-detail sekecil apa pun yang dapat memicu asma, maka seorang dengan penderita asma tetap bisa menikmati aktivitas mendaki gunung. Memang, proses pendakian bagi seorang penderita asma itu akan jauh lebih melelahkan ketimbang para pendaki pada umumnya.
Dilansir Backpacker, seorang penderita asma harus memperhatikan aktivitas fisik berat saat mendaki supaya tidak memicu asma berat. Rutin beristirahat sambil mengatur ritme napas saat berada di jalur pendakian, bernapas sambil menutup mulut dan hidung dengan kain tipis saat memasuki zona dengan udara dingin, sampai menghindari hal-hal yang memicu alergi bisa jadi langkah preventif supaya perjalanan jadi lebih aman.
Jangan lupa beri tahu kondisi asma pada teman-teman yang ikut mendaki supaya mereka paham dengan situasi sekaligus siap membantu jika diperlukan. Hal ini berarti kalau pengidap asma memang boleh mendaki gunung, tetapi jangan coba untuk melakukan pendakian seorang diri. Lalu, selalu pilih rute pendakian yang lebih landai dan tidak terlalu berat untuk dilewati.
3. Persiapan ekstra yang diperlukan penderita asma ketika hendak mendaki gunung

Sebagai catatan, kalau asma yang dialami sudah sangat kronis, sebaiknya jangan nekat melakukan aktivitas mendaki gunung. Kalau merasa diri sudah tidak sanggup, jangan sungkan untuk menyatakan harus berhenti dan turun ke bawah. Kemudian, seperti yang sudah disebutkan di atas, seorang penderita asma perlu persiapan ekstra supaya menunjang keselamatan selama pendakian. Tak hanya peralatan dasar untuk mendaki gunung, tetapi juga obat-obatan pribadi yang dapat meredakan gejala asma jika nanti kambuh selama pendakian.
Benda-benda tambahan yang wajib masuk dalam checklist seorang penderita asma saat mendaki gunung adalah inhaler, air minum supaya tetap terhidrasi, obat-obatan pereda alergi, sampai saluran komunikasi darurat yang bisa dipakai kapan saja. Jika memungkinkan, konsultasikan dulu kondisi tubuh pada dokter agar memperoleh kepastian soal boleh atau tidaknya seorang penderita asma mendaki gunung.
Ditambah lagi, penting juga bagi penderita asma untuk mulai melakukan olahraga rutin supaya membentuk stamina yang cukup untuk menjalani pendakian. Dilansir Baldhiker, rutin berjalan kaki, berenang, atau bersepeda jadi beberapa olahraga yang dapat memperkuat sistem kardiovaskular sekaligus kebugaran. Kalau dilakukan secara rutin, secara bertahap tubuh seorang penderita asma akan semakin siap untuk mendaki gunung.
Sekalipun jadi aktivitas yang sangat berat, mendaki gunung jelas punya daya tarik sendiri bagi banyak orang, bahkan penderita asma sekalipun. Menikmati indahnya alam di sepanjang jalur pendakian dan mengamati indahnya lanskap di sekitar saat berada di puncak gunung memang jadi sensasi menyenangkan tersendiri dari aktivitas mendaki gunung. Hanya saja, selalu ingat untuk mempersiapkan diri dan logistik semaksimal mungkin sebelum menapaki jalur pendakian, ya!
Referensi
"Asthma". Cleveland Clinic. Diakses Agustus 2025.
"Asthma". Mayo Clinic. Diakses Agustus 2025.
"How to Hike with Asthma". Backpacker. Diakses Agustus 2025.
"Hiking With Asthma: Exploring Nature with Confidence and Control". Baldhiker. Diakses Agustus 2025.