- Hidung tersumbat.
- Hidung berair atau meler.
- Batuk.
- Demam ringan.
Bronkiolitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

- Bronkiolitis adalah infeksi saluran pernapasan pada anak-anak, menyebabkan kesulitan bernapas dan umumnya disebabkan oleh virus, paling sering karena RSV.
- Gejala awal mirip pilek, tetapi dapat berkembang menjadi kesulitan bernapas.
- Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis bronkiolitis, dan pengobatan biasanya berlangsung selama 2-3 minggu dengan perawatan di rumah atau di rumah sakit jika diperlukan.
Infeksi saluran pernapasan tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga kerap dialami anak-anak. Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah bronkiolitis.
Bronkiolitis lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama bayi, dan umumnya disebabkan oleh virus yang mudah menular. Yuk, simak fakta penting seputar bronkiolitis yang perlu diketahui orang tua!
1. Apa itu bronkiolitis?
Bronkiolitis adalah infeksi saluran pernapasan yang terjadi ketika saluran udara kecil pada paru-paru, yaitu bronkiolus, terinfeksi virus. Kondisi ini menyebabkan bronkiolus membengkak dan terisi dengan lendir, dapat menyebabkan kesulitan bernapas. Kondisi ini umumnya dialami oleh bayi dan anak-anak.
Walaupun terdengar mirip dan sama-sama memengaruhi saluran udara di paru-paru, tetapi bronkiolitis berbeda dengan bronkitis. Bronkitis memengaruhi saluran udara yang lebih besar, yaitu bronkus, dan biasanya menyerang anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.
Sementara itu, bronkiolitis memengaruhi saluran udara yang lebih kecil atau bronkiolus, dan lebih sering terjadi pada anak-anak yang lebih kecil, di bawah usia 2 tahun.
2. Gejala
Gejala awal bronkiolitis mirip pilek, seperti:
Gejala dapat berkembang dan anak dapat mengalami kesulitan bernapas atau napas yang disertai bunyi seperti siulan (mengi). Selain itu, banyak bayi yang juga mengalami infeksi telinga tengah (otitis media).
Namun, segera hubungi dokter jika anak menunjukkan gejala:
- Sulit makan atau minum.
- Napas menjadi lebih cepat atau sesak.
- Sulit bernapas.
- Terlihat sangat lesu.
- Dehidrasi.
- Kulit membiru, terutama bibir dan kuku (sianosis)
Kewaspadaan ekstra diperlukan bila anak berusia kurang dari 12 minggu atau memiliki faktor risiko lain, seperti lahir prematur, penyakit jantung bawaan, atau gangguan paru-paru.
3. Penyebab, penularan, dan faktor risiko

Bronkiolitis biasanya menyerang anak-anak di bawah usia 2 tahun, dengan puncak kejadian pada usia 3 hingga 6 bulan. Penyakit ini umum terjadi, dan pada sebagian kasus bisa cukup berat. Respiratory syncytial virus (RSV) adalah penyebab paling sering.
Virus lain yang juga dapat menyebabkan bronkiolitis meliputi adenovirus, influenza, dan parainfluenza.
Penularan virus ke bayi terjadi melalui kontak langsung dengan cairan hidung atau tenggorokan orang yang sedang sakit. Ini bisa terjadi ketika anak lain atau orang dewasa yang terinfeksi:
- Bersin atau batuk di dekat bayi, lalu bayi menghirup percikan droplet di udara.
- Menyentuh mainan atau benda lain yang kemudian disentuh oleh bayi.
Faktor risiko bronkiolitis antara lain:
- Terpapar asap rokok.
- Usia bayi di bawah 6 bulan.
- Tinggal di lingkungan padat penduduk.
- Tidak mendapat ASI.
- Lahir prematur.
4. Diagnosis
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik.
Melalui stetoskop, dapat terdengar bunyi mengi atau suara berderak pada paru-paru.
Sebagian besar kasus bronkiolitis dapat didiagnosis hanya berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Tes tambahan yang mungkin dilakukan meliputi:
- Analisis gas darah.
- Foto rontgen dada.
- Kultur sampel cairan hidung untuk mengetahui virus penyebab penyakit.
5. Pengobatan
Bronkiolitis biasanya berlangsung selama 2-3 minggu. Berbagai perawatan yang dapat dilakukan di rumah untuk membantu meringankan gejala di antaranya:
- Penggunaan humidifier di kamar anak untuk membantu melembapkan udara.
- Menjaga agar anak dalam posisi tegak biasanya dapat membuat mereka lebih mudah bernapas.
- Memberikan banyak asupan cairan, seperti air atau jus, untuk membantu mencegah dehidrasi. Cobalah untuk memberikan cairan dalam jumlah sedikit namun lebih sering.
- Pemberian tetes hidung saline sesuai aturan pakai.
- Pemberian obat pereda demam sesuai anjuran dokter.
- Pastikan rumah bebas asap rokok. Sebab, asap rokok dapat memperburuk gejala infeksi saluran pernapasan.
Beberapa anak dengan bronkiolitis mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit. Ini biasanya diperlukan jika mereka mengalami kesulitan bernapas atau tidak cukup makan dan minum.
Selama dirawat, anak akan mendapatkan terapi oksigen untuk mempertahankan oksigen yang cukup dalam darah dan asupan cairan melalui infus untuk mencegah dehidrasi.
6. Pencegahan

Ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko anak terkena bronkiolitis, antara lain:
- Rajin mencuci tangan kamu dan tangan anak.
- Membersihkan permukaan di rumah serta mainan anak secara teratur.
- Gunakan tisu sekali pakai dan segera buang setelah digunakan oleh kamu atau anak. Kamu juga bisa menutup batuk dan bersin dengan menekuk siku.
- Jauhkan bayi baru lahir dari orang yang sedang mengalami gejala pilek atau flu, terutama jika bayi berusia di bawah 2 bulan atau lahir prematur.
- Berhenti merokok. Jangan merokok atau membiarkan orang lain merokok di sekitar anak. Paparan asap rokok meningkatkan risiko anak terkena bronkiolitis.
Selain itu, karena penyebab tersering bronkiolitis adalah RSV, maka disarankan untuk mendapatkan vaksin RSV.
Pada ibu hamil, tanyakan kepada dokter mengenai vaksin RSV. Vaksin RSV dapat mengurangi risiko bayi mengalami bronkiolitis berat dalam enam bulan pertama kehidupannya.
Referensi
"Bronchiolitis." KidsHealth. Diakses November 2025.
"Bronchiolitis." Cleveland Clinic. Diakses November 2025.
"Bronchiolitis." Mayo Clinic. Diakses November 2025.
“Bronchiolitis: MedlinePlus Medical Encyclopedia,” n.d., https://medlineplus.gov/ency/article/000975.htm.
"How can I prevent bronchiolitis?" Asthma and Lung UK. Diakses November 2025.

.jpg)

















