- Karbon monoksida.
- Senyawa organik volatil (volatile organic compounds/VOC).
- Senyawa sulfur oksida dan nitrogen oksida.
- Logam beracun.
- Zat radioaktif.
- Particulate matter (campuran partikel halus beracun di udara).
Hindari Bahan Kimia Ini kalau Eksim Kamu Parah

- Eksim dipicu oleh berbagai bahan kimia di udara, termasuk karbon monoksida, senyawa organik volatil, sulfur oksida, nitrogen oksida, logam beracun, zat radioaktif, dan particulate matter.
- Bahan kimia dalam ruangan seperti cat dinding, wallpaper, kain pada tirai dan karpet juga dapat memperburuk gejala eksim karena melepaskan VOC ke udara.
- Pekerjaan yang terus-menerus bersentuhan dengan bahan kimia seperti asam, detergen, lem, pewarna rambut dan larutan kimia salon juga dapat memperparah eksim. Produk perawatan tubuh dan kosmetik juga mengandung bahan kimia yang bisa memicu gejala eksim.
Menurut estimasi global, sekitar 10–20 persen anak-anak dan 2–10 persen orang dewasa mengalami eksim setidaknya sekali dalam hidup mereka. Meski begitu, masih banyak hal yang belum sepenuhnya dipahami mengenai kondisi kulit ini.
Di balik setiap kasus eksim, ada cerita yang berbeda. Ada yang reaksinya dipicu oleh alergi logam seperti nikel atau kromium, atau dingin udara ber-AC yang membuat kulit iritasi. Belum lagi faktor lingkungan, seperti zat kimia di udara, pupuk industri, atau pelarut, yang bisa memperparah peradangan kulit.
Eksim banyak diteliti. Salah satu temuan menarik adalah hubungan antara paparan senyawa kimia seperti diisocyanates (banyak dijumpai dalam produk industri dan domestik) dengan eksim. Senyawa ini bisa merusak keseimbangan bakteri di kulit serta memicu reseptor gatal (TRPA1), sehingga meningkatkan risiko eksim.
Makin banyak pemicu yang ditemukan, dari logam, pelarut, hingga polutan udara, makin jelas pula bahwa membatasi paparan terhadap zat-zat ini adalah strategi krusial. Dengan begitu, kamu punya peluang lebih besar untuk menjaga kulit dari gejala seperti gatal, kering, dan pecah-pecah yang sering menyiksa.
Ketahui apa saja bahan kimia yang perlu dihindari kalau kamu punya eksim parah.
Bahan kimia luar ruangan
Zat kimia di udara bisa memperburuk kondisi eksim. Beberapa polutan yang perlu diwaspadai antara lain:
Particulate matter sendiri adalah campuran berbagai zat berbahaya, misalnya:
- Hidrokarbon aromatik polisiklik (polycyclic aromatic hydrocarbons/PAHs).
- Asap rokok dan bahan lain yang terbakar.
- Logam dan zat kimia lainnya.
Ketika polutan-polutan tersebut bercampur dengan unsur lain di atmosfer, terbentuk kelompok polutan kedua, seperti:
- Ozon permukaan (ground-level ozone).
- Nitrogen dioksida.
- Asam sulfat.
- Asap kabut (smog).
Sebuah penelitian menemukan, kunjungan pasien eksim ke dokter meningkat ketika kadar ozon tinggi selama seminggu.
Polusi udara juga membawa logam berat seperti kadmium, timbal, dan merkuri, yang biasanya berasal dari cat, asap rokok, serta emisi kendaraan bermotor. Bahan kimia yang dilepaskan dari asap rokok diketahui menjadi faktor risiko eksim sekaligus memperparah gejalanya. Hal serupa juga berlaku pada jenis asap lain, misalnya dari kebakaran hutan. Penelitian menunjukkan bahwa zat kimia dalam asap kebakaran hutan dapat memicu kambuhnya eksim.
Saran para ahli, batasilah waktu saat di luar ruangan pada hari-hari ketika kualitas udara buruk atau kadar ozon tinggi. Kamu bisa cek informasi ini di aplikasi cuaca atau situs ramalan cuaca. Saat berolahraga di luar ruangan, sebisa mungkin jauhi area yang dekat dengan banyak asap kendaraan.
Bahan kimia dalam ruangan

Tanpa disadari, banyak bahan kimia yang bisa menyusup ke dalam rumah dan memperburuk gejala eksim. Bahan kimia ini hadir di benda-benda sehari-hari, seperti:
- Kain pada tirai, pakaian, hingga karpet.
- Peralatan rumah tangga.
- Cat dinding dan wallpaper.
- Bahan bangunan.
- Tiner, terpentin, serta berbagai pelarut dan perekat.
Benda-benda tersebut dapat melepaskan VOC ke udara, sehingga menambah polusi dalam ruangan. Cat, pernis, lem, hingga cairan pembersih umumnya memiliki kadar VOC yang sangat tinggi.
Beberapa VOC yang perlu dihindari antara lain:
- Benzena.
- Etilen glikol.
- Formaldehida.
- Metilena klorida.
- Tetrakloroetilena.
- Toluena.
Paparan jangka pendek saja bisa memicu gejala eksim, terutama pada anak-anak. Zat ini menyebabkan kulit kehilangan lebih banyak cairan, sehingga makin kering dan gatal.
Sebelum membeli cat atau produk rumah tangga lain, periksa kandungan VOC-nya. Bacal label atau cek di situs resmi produsennya. Di sana biasanya tercantum konsentrasi bahan kimia berbahaya. Perlu diingat, klaim “Low-VOC” bisa berbeda-beda antara satu produsen dengan yang lain.
Bahan kimia di tempat kerja
Bagi beberapa orang, mengelola eksim jadi tantangan tersendiri ketika pekerjaan mereka menuntut tangan mereka terus-menerus bersentuhan dengan iritan atau alergen. Contohnya kontraktor, pencuci piring, hingga penata rambut.
Dalam pekerjaan seperti itu, tangan sering terpapar bahan kimia berikut:
- Asam.
- Detergen dan disinfektan.
- Bensin dan bahan bakar lainnya.
- Lem.
- Pewarna rambut dan larutan kimia salon.
- Cat, pewarna, pernis, dan pelapis kayu.
- Pelarut.
Selain itu, paparan logam berat juga bisa menjadi bahaya di tempat kerja, terutama bagi pasien eksim berat. Senyawa tembaga, misalnya, memberi efek yang berbeda pada tiap orang, sedangkan kadmium dan timbal bersifat toksik serta bisa menumpuk dalam tubuh seiring waktu. Akibatnya, sistem imun bisa terganggu dan memicu kondisi seperti eksim maupun asma. Bahkan, paparan kadmium saat kehamilan diketahui menjadi faktor risiko eksim pada bayi.
Diskusikan dengan dokter tentang cara terbaik melindungi kulit tangan maupun paru-paru, misalnya dengan penggunaan alat pelindung atau penghalang. Jika pekerjaan membuatmu terus-menerus terpapar bahan kimia, mintalah lembar data keselamatan bahan kimia dari perusahaan. Informasi ini, dikombinasikan dengan pemeriksaan medis, bisa membantu kamu dan dokter menentukan bahan kimia mana yang paling berisiko dan harus benar-benar dihindari.
Bahan kimia dalam produk sehari-hari
Eksim bisa makin parah bukan cuma karena polusi atau bahan kimia di tempat kerja, tetapi juga dari produk sehari-hari yang kamu pakai di rumah. Sebagian bahan ini melepaskan uap yang mengiritasi, tetapi kebanyakan menimbulkan reaksi ketika langsung bersentuhan dengan kulit.
Produk perawatan tubuh dan kosmetik
Ini adalah penyebab paling umum karena mengandung bahan kimia seperti:
- Pewangi (misalnya aldehyde).
- Urea dan retinoid pada krim anti-aging dan produk eksfoliasi.
- Propylene glycol, bahan pelembap yang bisa mengiritasi.
- Cocamidopropyl betaine, bahan pembusa sabun.
- Ethanol/alkohol, bikin kulit makin kering.
- Paraphenylenediamine (PPD) dan bahan aktif lain dalam produk rambut, kuku, serta tato temporer.
Pewarna buatan
Zat pewarna juga bisa memicu gejala, contohnya:
- D & C Yellow #11.
- FD&C Blue #1.
- FD&C Yellow #5 (tartrazine).
Pengawet
Bahan pengawet tertentu sering memicu gejala, yang meliputi:
- Paraben.
- Isothiazolinone.
- Formaldehida dan zat pelepas formaldehida (quaternium-15, diazolidinyl urea, DMDM hydantoin, dll.)
- Methyldibromo glutaronitrile dan thiomersal pada kosmetik dan produk mata.
- Kathon CG (kombinasi methylchloroisothiazolinone dan methylisothiazolinone) yang banyak dipakai di kosmetik, produk pembersih rumah, cat, hingga lem industri.
Produk rumah tangga
Bahan pembersih rumah biasanya mengandung bahan kimia yang bisa memperparah eksim. Detergen, pelembut pakaian, hingga dryer sheets bisa meninggalkan residu iritan di kain. Bahkan kolam renang dengan klorin bisa memicu kambuh saat kulit sedang meradang.
Logam sehari-hari
Nikel adalah salah satu logam paling sering memicu eksim. Ini ada dalam:
- Perhiasan imitasi.
- Kancing, ritsleting, atau gesper baju.
- Kunci.
- Peralatan dapur.
Plastik dan turunannya
- Phthalates dan bisphenol A (BPA), bahan kimia di banyak plastik, dikenal bisa mengganggu sistem hormon tubuh dan dikaitkan dengan gejala eksim.
- Styrene, produk turunan minyak bumi, dipakai untuk membuat styrofoam, wadah makanan, gelas plastik, hingga fiberglass dan insulasi rumah.
Yang bisa kamu lakukan:
- Cek label produk: Pilih produk bebas pewangi (fragrance-free) dan bebas pewarna. Jangan terkecoh dengan label “all-natural” karena minyak esensial seperti tea tree oil atau bahkan lanolin (lemak dari bulu domba) bisa mengiritasi kulit.
- Patch test: Konsultasikan ke dokter tentang patch testing untuk tahu persis bahan mana yang jadi pemicu.
- Cuci baju baru sebelum dipakai untuk menghilangkan formaldehida dan bahan kimia lain dari proses produksi.
- Gunakan detergen cair bebas pewangi dan pewarna, dan kalau perlu bilas dua kali.
- Untuk pembersih rumah, beralihlah ke bahan sederhana seperti cuka putih untuk kaca dan baking soda untuk kamar mandi/dapur.
- Jika ingin berenang,oleskan pelembap atau petroleum jelly sebelum masuk kolam, lalu segera bilas dengan air hangat dan gunakan pelembap lagi setelahnya.
- Pilih perhiasan dan perlengkapan rumah bebas nikel, serta pakaian dengan kancing atau resleting plastik.
Referensi
"Eczema Stats." National Eczema Association. Diakses September 2025.
Amir Hossein Khoshakhlagh, Mahdiyeh Mohammadzadeh, and Agnieszka Gruszecka-Kosowska, “Dermatitis, a Nightmare for Those Exposed to Environmental Pollutants,” Journal of Hazardous Materials Advances 15 (August 1, 2024): 100454, https://doi.org/10.1016/j.hazadv.2024.100454.
"NIAID Researchers Identify Link Between Common Chemicals and Eczema." National Institute of Allergy and Infectious Diseases. Diakses September 2025.
"How Common Chemicals May Increase Eczema Risk." Rupa Health. Diakses September 2025.
Jin-Ok Baek, Jaelim Cho, and Joo-Young Roh, “Associations Between Ambient Air Pollution and Medical Care Visits for Atopic Dermatitis,” Environmental Research 195 (September 12, 2020): 110153, https://doi.org/10.1016/j.envres.2020.110153.
"Eczema Causes." WebMD. Diakses September 2025.
"Chemicals to Avoid When You Have Severe Eczema." WebMD. Diakses September 2025.
"8 skincare ingredients to avoid if you have eczema, according to dermatologists." National Eczema Association. Diakses September 2025.