Penyebab Demensia Dini dan Gejala yang Perlu Diwaspadai

Kamu mungkin mengira bahwa demensia hanya dialami oleh orang lanjut usia, tapi kenyataannya gak selalu begitu. Mengutip laman Health Direct, demensia dini, atau young-onset dementia, adalah kondisi penurunan fungsi otak yang terjadi dari 18 hingga 65 tahun. Lalu, apa penyebab demensia dini ini?
Nah, dalam uraian berikut, kamu akan mengetahui setidaknya empat penyebab demensia dini secara lengkap. Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
1. Penyakit degeneratif yang menjadi pemicu utama demensia dini

Salah satu penyebab demensia dini yang paling umum adalah penyakit degeneratif otak, seperti Alzheimer dan frontotemporal dementia (FTD). Alzheimer menyebabkan penumpukan plak amiloid dan protein di otak yang merusak sel saraf dan menurunkan fungsi kognitif.
Penyakit ini juga dapat menyerang usia muda. Diansir laman Alzheimer, 1 dari 3 orang dengan demensia dini disebabkan oleh Alzheimer. FTD, di sisi lain, cenderung menyerang bagian otak yang mengatur kepribadian dan emosi, dan lebih sering terjadi pada orang yang lebih muda dibanding Alzheimer klasik.
Demensia dengan Lewy Bodies juga termasuk dalam kelompok ini, di mana terdapat penumpukan protein abnormal (lewy bodies) di sel otak. Gejalanya bisa mirip dengan Parkinson dan Alzheimer, membuat diagnosisnya gak selalu mudah.
Apalagi, anak muda yang mengalami Alzheimer memperlihatkan tanda yang berbeda dengan lansia. Jika biasanya Alzheimer erat hubungannya dengan ingatan, mereka yang muda justru mengalami permasalahan pada penglihatan, bahasa, pemikiran, atau tindakan, menurut penelitian Alzheimer Research UK.
Selain itu, kerusakan otak akibat penggunaan alkohol kronis juga bisa menyebabkan demensia dini. Konsumsi alkohol berlebih dalam jangka panjang merusak jaringan otak dan mempercepat penurunan fungsi otak, bahkan sebelum kamu menyadarinya, lho.
2. Faktor genetik dan cedera otak jadi risiko yang gak boleh diabaikan

Jika kamu memiliki riwayat keluarga dengan demensia, kamu perlu lebih waspada terhadap penyebab demensia dini yang berasal dari faktor genetik. Mutasi pada gen tertentu seperti GRN, MAPT, dan C9ORF72 terbukti berperan dalam kasus demensia turunan, khususnya jenis FTD, dalam mengutip artikel ilmiah Harvard University.
Meski gak semua orang dengan mutasi genetik akan mengembangkan demensia, risiko akan meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, mengetahui riwayat kesehatan keluarga sangat penting sebagai langkah pencegahan awal, ya.
Selain faktor keturunan, riwayat cedera otak juga gak bisa diabaikan. Cedera kepala berat, atau bahkan trauma kepala ringan yang terjadi berulang kali (seperti pada atlet olahraga kontak), telah terbukti meningkatkan risiko demensia di usia muda. Trauma tersebut dapat merusak jaringan otak, mengganggu aliran darah, dan memicu reaksi peradangan yang berdampak jangka panjang pada fungsi kognitifmu.
3. Penyakit lain dan gangguan metabolik yang berkontribusi

Kamu juga perlu memahami bahwa penyebab demensia dini bisa berasal dari penyakit infeksi dan autoimun tertentu. Kondisi seperti HIV, neurosifilis, lupus sistemik, serta ensefalopati autoimun bisa menyebabkan gangguan fungsi otak yang menyerupai demensia, dari laman Medical News Today. Walaupun gak selalu permanen, jika gak ditangani dengan cepat, kerusakan otak bisa menjadi serius dan sulit dipulihkan, lho.
Gangguan metabolik dan kekurangan nutrisi juga memainkan peran penting, lho. Kekurangan vitamin B1, B6, B12, dan E terbukti memengaruhi kesehatan otak dan bisa menyebabkan gejala demensia. Masalah tiroid dan penyakit metabolik langka seperti Wilson Disease juga termasuk faktor yang perlu diwaspadai. Itulah mengapa kamu perlu menjaga keseimbangan nutrisi dan rutin memeriksa kesehatan tiroid bisa membantumu mengurangi risiko munculnya gejala kognitif yang serius.
4. Gaya hidup dan faktor risiko yang dapat diubah

Gak semua penyebab demensia dini berasal dari faktor genetik atau penyakit berat. Gaya hidup juga memainkan peran besar, dan ini berarti kamu memiliki kendali atas sebagian besar risikonya.
Mengutip Mayo Clinic, konsumsi alkohol berlebih, merokok, kurang tidur, hingga isolasi sosial terbukti berkaitan dengan peningkatan risiko penurunan fungsi otak. Kurangnya stimulasi sosial dan mental bisa mempercepat kemunduran daya pikir, bahkan di usia yang masih muda.
Masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, serta kekurangan vitamin D juga merupakan faktor yang bisa kamu kendalikan. Dengan menjalani pola makan sehat, aktif secara fisik, menjaga hubungan sosial, serta memeriksakan kesehatan secara rutin, kamu bisa menurunkan risiko demensia dini secara signifikan. Pencegahan adalah kunci, terutama ketika gejalanya belum muncul.
Mengetahui penyebab demensia dini bukan sekadar informasi medis semata, tapi juga panduan untuk menjaga kualitas hidupmu di masa depan, lho. Jika kamu atau orang terdekat mulai menunjukkan gejala penurunan daya ingat, kesulitan berpikir, atau perubahan perilaku yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan tenaga medis. Ingat, semakin kamu mengenali penyebab demensia dini, semakin besar peluangmu untuk mencegahnya.
Referensi
“Younger Onset Dementia”. Healthdirect Australia. Diakses Mei 2025.
“What Causes Young-Onset Dementia?”. Alzheimer’s Society UK. Diakses Mei 2025.
“Dementia: Symptoms and Causes”. Mayo Clinic. Diakses Mei 2025.
“A Fresh Look at Risks for Developing Young-Onset Dementia”. Harvard Health Publishing. Diakses Mei 2025.
“Early-Onset Dementia: What You Need to Know”. Medical News Today. Diakses Mei 2025.