Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Angioedema: Jenis, Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

ilustrasi angioedema di bibir (commons.wikimedia.org/James Heilman, MD)
ilustrasi angioedema di bibir (commons.wikimedia.org/James Heilman, MD)

Angioedema adalah pembengkakan yang menyerupai alergi namun hanya terjadi di bawah kulit, bukan di permukaan. Kondisi ini terjadi akibat menumpuknya cairan sehingga menyebabkan pembengkakan di:

  • Wajah
  • Tenggorokan
  • Laring
  • Uvula
  • Tangan
  • Kaki

Kondisi ini juga bisa terjadi di sekitar alat kelamin dan usus, serta umum disertai biduran (urtikaria).

Pembengkakan terasa seperti bekas luka besar, tebal, kencang dan dapat menyebabkan kemerahan, nyeri, atau kehangatan di daerah yang bengkak. Jika berada di usus bagian bawah, sakit perut bisa terjadi.

Angioedema bisa berbahaya jika pembengkakan terjadi di tenggorokan atau lidah karena bisa menyebabkan sulit bernapas. Kondisi ini bisa berbahaya, sehingga bila terjadi segera cari bantuan medis.

1. Jenis dan penyebab

Tangan kanan bengkak pada pasien saat serangan angioedema herediter. (commons.wikimedia.org/LucyHAE)
Tangan kanan bengkak pada pasien saat serangan angioedema herediter. (commons.wikimedia.org/LucyHAE)

Dilansir WebMD, ada empat tipe angioedema dan semuanya memiliki penyebab yang berbeda.

Angioedema alergi

Ini merupakan jenis yang paling umum. Reaksi alergi bisa terjadi karena makanan, seperti kerang-kerangan, ikan, kacang tanah, kacang pohon, telur, dan susu. Selain itu, bisa juga terjadi karena reaksi terhadap serbuk sari, bulu binatang, lateks, dan sengatan serangga. 

Angioedema yang diinduksi obat (drug-induced angioedema)

Beberapa obat-obatan dapat memicu angioedema, termasuk:

  • Penisilin.
  • Aspirin.
  • Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dan naproxen.
  • Beberapa obat tekanan darah yang disebut angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor juga dapat menyebabkan flare-up yang terjadi sangat cepat. Bahkan, pada orang yang mengonsumsi obat ACE inhibitor dalam waktu lama, reaksi tiba-tiba tetap dapat terjadi.

Angioedema herediter (hereditary angioedema/HAE)

Ini merupakan jenis yang jarang, terjadi ketika tubuh tidak memproduksi cukup protein darah yang disebut C1 esterase inhibitor. Itu memungkinkan cairan dari darah Anda pindah ke jaringan lain, yang menyebabkan pembengkakan.

Penderita biasanya mengalami serangan penyakit pertama sebelum usia 12 tahun. Orangtua bisa mewariskan kondisi ini kepada anaknya.

Ada jenis lain yang sangat langka yang disebut angioedema yang didapat (acquired angioedema) yang memiliki gejala yang sama dengan HAE. Ini berbeda karena acquired angioedema tidak terjadi sampai seseorang berusia lebih dari 40 tahun. Biasanya ini terjadi ketika seseorang memiliki sistem kekebalan yang lemah. Tidak seperti HAE, acquired angioedema tidak dapat diturunkan oleh orangtua kepada anak.

Angioedema idiopatik (idiopathic angioedema)

Idiopatik berarti tidak ada penyebab pembengkakan yang diketahui. Kemungkinan penyebabnya bisa meliputi:

  • Kecemasan atau stres
  • Infeksi minor
  • Suhu tinggi atau rendah
  • Olahraga berlebihan

Alergi dan angioedema yang diinduksi obat biasanya terjadi dalam waktu satu jam setelah terpapar pemicu. Jenis herediter dan yang didapat biasanya terjadi setelah beberapa jam, tetapi bisa terasa lebih cepat jika seseorang terbangun dan tiba-tiba menemukan pembengkakan.

2. Faktor risiko

ilustrasi angioedema di lidah (commons.wikimedia.org/James Heilman, MD)
ilustrasi angioedema di lidah (commons.wikimedia.org/James Heilman, MD)

Seseorang lebih berisiko mengalami angioedema jika:

  • Pernah mengalami urtikaria (hives), reaksi alergi, atau pernah mengalami angioedema sebelumnya.
  • Menderita lupus, limfoma, penyakit tiroid, hepatitis, HIV, cytomegalovirus, virus Epstein-Barr, atau pernah menjalani transfusi darah.
  • Punya riwayat keluarga dengan urtikaria atau angioedema.
  • Menderita asma dan mengonsumsi obat NSAID.
  • Mengonsumsi obat ACE inhibitor. Ini terutama pada perempuan atau keturunan Afrika-Amerika, atau jika sedang menggunakan obat penghambat reseptor angiotensin (ARB).
  • Telah menjalani terapi aktivator plasminogen jaringan rekombinan (rtPA ) untuk stroke. 

3. Gejala

ilustrasi angioedema (pcds.org.uk)
ilustrasi angioedema (pcds.org.uk)

Dilansir Penn Medicine, gejala utama angioedema adalah pembengkakan tiba-tiba di bawah permukaan kulit. Bilur atau pembengkakan pada permukaan kulit juga dapat berkembang.

Bilur yang muncul menyakitkan dan mungkin gatal. Ini dikenal sebagai urtikaria. Mereka akan menjadi pucat dan bengkak bila teriritasi. Pembengkakan angioedema yang lebih dalam mungkin juga menyakitkan.

Gejala lainnya mungkin meliputi:

  • Kram perut
  • Kesulitan bernapas
  • Mata dan mulut bengkak
  • Pembengkakan pada lapisan dalam kelopak mata (kemosis)

4. Diagnosis

ilustrasi konsultasi atau pemeriksaan dokter (freepik.com/ijeab)
ilustrasi konsultasi atau pemeriksaan dokter (freepik.com/ijeab)

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien. Dokter akan memeriksa area pembengkakan dan bilur jika ada. Dokter mungkin juga mendengarkan pernapasan pasien untuk melihat apakah tenggorokan terdampak.

Informasikan ke dokter bila baru saja terpapar zat tertentu yang sebelumnya memicu reaksi alergi. Ini bisa membantu dokter menentukan penyebab spesifik reaksi yang dialami pasien. 

Dokter akan melakukan serangkaian tes darah jika dicurigai adanya angioedema herediter atau angioedema yang didapat. Dilansir Healthline, ini mungkin termasuk:

  • Pengujian C1 esterase inhibitor
  • Pemeriksaan tingkat komponen pelengkap, termasuk C2 dan C4

Tes-tes tersebut mengukur kadar atau fungsi protein tertentu dalam darah. Hasil abnormal juga dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan yang terkait dengan penyakit autoimun yang mendasarinya.

5. Pengobatan

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Angioedema biasanya membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari. Jika perawatan dibutuhkan, ini dapat mencakup:

  • Obat-obatan untuk meredakan pembengkakan dan peradangan, seperti antihistamin dan kortikosteroid oral.
  • Obat untuk memperlambat sistem kekebalan jika antihistamin dan kortikosteroid tidak mempan.
  • Obat lain yang meredakan rasa sakit dan bengkak, seperti antagonis leukotrien (sekelompok obat antiinflamasi yang bukan steroid)
  • Pengontrol protein darah jika pasien memiliki angioedema herediter
  • Jika angioedema disebabkan oleh obat, dokter biasanya akan menggantinya dengan obat lain.

Untuk serangan yang serius, pasien mungkin perlu suntikan epinefrin (sejenis adrenalin). Untuk serangan kuat yang berulang, pasien mungkin perlu membawa injeksi otomatis epinefrin agar bisa menyuntikkannya sendiri dalam kondisi darurat.

6. Pencegahan

ilustrasi minum obat (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi minum obat (pexels.com/Ron Lach)

Hindari episode alergi dengan menghindari makanan, obat-obatan, atau kondisi lain yang memicu angioedema. Jika penyebab kemunculan episode tidak diketahui, cobalah untuk membuat jurnal dan catat makanan, gejala, dan situasi yang terkait dengan gejala.

Dokter mungkin akan menyarankan untuk minum antihistamin setiap hari, bukan hanya saat dibutuhkan. Ini dapat membantu menghilangkan episode, membuatnya lebih jarang terjadi, atau menjadi kurang berbahaya. Pasien juga mungkin tidak perlu menunggu obat untuk bekerja ketika butuh untuk meredakan gejala.

7. Komplikasi yang bisa terjadi

ilustrasi sesak napas (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi sesak napas (pexels.com/Ivan Samkov)

Mengutip Medical News Today, komplikasi paling berbahaya dari angioedema adalah pembengkakan di tenggorokan dan saluran udara. Kondisi ini umumnya ringan, tetapi bisa berkembang dengan sangat cepat, atau jika memengaruhi tenggorokan, dapat menyebabkan asfiksia. Tanda-tandanya meliputi:

  • Masalah pernapasan yang terjadi secara tiba-tiba atau meningkat dengan cepat. 
  • Pingsan atau pusing.
  • Kolaps

Pada banyak kasus, angioedema merupakan kondisi yang tidak berbahaya dan bisa hilang dalam beberapa hari. Namun, kondisi ini bisa berbahaya jika pembengkakannya parah dan muncul di area tenggorokan. Pembengkakan pada tenggorokan dan lidah dapat menyumbat saluran udara dan menyulitkan penderitanya untuk bernapas. 

Angioedema yang parah mungkin disebabkan oleh anafilaksis, yaitu reaksi alergi akut yang mengancam jiwa. Dalam kasus yang parah seperti ini, bergegaslah mencari pertolongan medis darurat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Bella Manoban
3+
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us