Twitter: Obrolan soal Kesehatan Mental Naik Signifikan selama Pandemik

Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia

Jakarta, IDN Times - Dampak pandemik COVID-19 yang berkepanjangan telah meningkatkan percakapan publik tentang isu kesehatan mental dan kesejahteraan, salah satunya pada media sosial Twitter.

Menurut laporan Twitter Trends Indonesia, Jumat (8/10/2021), saat ini orang-orang mendefinisikan kembali arti kesejahteraan bagi mereka. Masyarakat Indonesia tidak lagi menganggap percakapan mengenai kesehatan mental hal yang tabu.

Baca Juga: 5 Kerugian Jadi Cowok yang Punya Mental Gampang Rapuh, Hindari Bro!

1. Percakapan mengenai kesehatan mental di Indonesia naik 17 persen selama 2018-2021

Twitter: Obrolan soal Kesehatan Mental Naik Signifikan selama Pandemikpixabay.com/Johnhain

Di Indonesia, Twitter melihat peningkatan volume percakapan mengenai kesehatan mental sebesar 17 persen selama 2018-2021. 

Dalam rangka Hari Kesehatan Mental Sedunia pada 10 Oktober, Twitter terus berkomitmen melindungi kesehatan percakapan publik, memberikan ruang yang bebas serta aman bagi setiap orang untuk berbagi pengalaman tentang masalah kesehatan mental mereka.

2. Twitter berkomitmen bantu tangani masalah isu mental

Twitter: Obrolan soal Kesehatan Mental Naik Signifikan selama PandemikLogo Twitter (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Twitter berkomitmen melindungi percakapan publik dan memudahkan dalam mendapatkan bantuan serta dukungan terkait isu mental.

“Twitter berkomitmen untuk terus melindungi percakapan publik dan memudahkan orang-orang untuk mendapatkan bantuan, serta dukungan terkait isu kesehatan mental,” kata Kepala Kebijakan Publik, Pemerintah dan Filantropi wilayah Asia Tenggara Twitter Monrawee Ampolpittayanant dalam keterangan tertulis, Jumat (8/10/2021).

Monrawee juga mengatakan Twitter telah bekerja sama dengan otoritas dan organisasi kesehatan mental, untuk memahami percakapan publik mengenai kesehatan mental dalam memberikan bantuan bagi yang membutuhkan dalam mengatasi masalah mental.

"Kami telah bermitra dengan otoritas dan organisasi non-profit kesehatan mental di Asia Tenggara untuk memahami percakapan publik mengenai kesehatan mental, melakukan advokasi dan kampanye, serta meluncurkan #ThereIsHelp--layanan notifikasi yang menyediakan sumber daya dan informasi berharga mengenai kesehatan mental," kata dia.

"Kami berharap dapat terus bekerja sama dengan lebih banyak organisasi kesehatan mental di Indonesia dan Asia Tenggara, untuk memperluas upaya kami dalam memberikan bantuan bagi yang membutuhkan,” lanjut Monrawee.

3. Into the Light Indonesia bermitra dengan Twitter untuk sediakan informasi pencegahan bunuh diri

Twitter: Obrolan soal Kesehatan Mental Naik Signifikan selama PandemikIlustrasi bunuh diri (IDN Times Banten)

Pencegahan tindakan bunuh diri dan menangani isu kesehatan mental membutuhkan kolaborasi di setiap lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat sipil, pihak swasta, hingga organisasi non-profit.

Hal ini hanya dapat dilakukan secara efektif melalui kemitraan bersama lembaga pemerintah dan mitra organisasi non-profit, seperti Into the Light Indonesia (@IntoTheLightID), dalam menangani serta menghapus stigma kesehatan mental melalui percakapan di Twitter.

“Into the Light Indonesia bermitra dengan Twitter untuk menyediakan informasi pencegahan bunuh diri bagi mereka yang mencari kata kunci soal tindakan mencelakai diri sendiri dan bunuh diri di Twitter,” kata Founder and Advisor, Into the Light Indonesia, Benny Prawira Siauw.

Beny berharap dengan upaya tersebut, akan mendatangkan dukungan dari masyarakat untuk membahas tentang upaya bunuh diri.

“Kami berharap akan ada lebih banyak aksi nyata dan percakapan yang penuh dukungan di tengah masyarakat saat membahas tentang upaya bunuh diri,” ujar dia.

Baca Juga: Kisah Zunia: Potret Kerentanan Kesehatan Mental di Kalangan Difabel

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya