Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Asal Usul dan Makna Filosofis di Balik Sebutan Gus

Ilustrasi santri di Pondok Pesantren Al Falah Ploso. (Dok. Pemkab Kediri)
Intinya sih...
  • Gus adalah gelar kehormatan di kalangan NU, khususnya di Pulau Jawa.
  • Panggilan Gus berasal dari tradisi keraton untuk memanggil putra raja saat masih kecil.
  • Panggilan Gus digunakan sebagai simbol ketokohan seseorang dari sisi agama dan dapat didapat secara alami atau melalui proses perjuangan.

Jakarta, IDN Times - Gus merupakan gelar kehormatan yang umumnya digunakan di kalangan masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Dikutip dari situs NU Online, panggilan ‘Gus’ dalam Nahdlatul Ulama adalah panggilan Istimewa, yang sering diperuntukkan bagi putra seorang kiai. 

Di berbagai daerah lain, terdapat tradisi menggunakan panggilan khusus untuk anak kiai, seperti lora, ajengan, buya, anre, atau aang. Gelar-gelar ini biasanya diberikan kepada putra seorang kiai atau pemimpin pesantren.

1. Berasal dari tradisi keraton

Kawasan Keraton Yogyakarta (IDN Times/Abdul Khalim Mubaroq/bt)

Panggilan Gus awalnya berasal dari tradisi keraton, untuk memanggil putra raja saat usianya masih kecil. Panggilan Raden Bagus disingkat Den Bagus.

Kemudian dijelaskan dalam sebuah jurnal berjudul Makna Sapaan di Pesantren: Kajian Linguistik-Antropologis yang ditulis Millatuz Zakiyah (2018) disebutkan, seiring berjalannya waktu, putra kiai disapa Gus tanpa ada batasan umur, bahkan hingga dewasa.

2. Panggilan Gus bisa didapat secara alami dan juga lewat proses perjuangan

Keraton Kasepuhan Cirebon (https://cirebonkab.go.id/)

Panggilan Gus digunakan sebagai simbol ketokohan seseorang dari sisi agama. Dalam kondisi yang ada saat ini meski bukan anak kiai, seseorang yang dianggap memiliki pemahaman agama yang luas juga kerap dipanggil Gus.

Dari kajian sosiologis, panggilan Gus bisa didapat secara alami (ascribed status) yang disebabkan faktor keturunan, dan lewat proses perjuangan serta pengorbanan (achieved status).

3. Bentuk penghormatan dari masyarakat

Ilustrasi - Menjelang pencoblosan Pilkada 2024, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana mengikuti khataman manaqib dan doa bersama di Pondok Pesantren Al Falah Ploso. (Dok. Pemkab Kediri)

Terkait sapaan Gus, putra Kiai Pengasuh Pesantren Al Falah Ploso, KH Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar), pernah mengatakan siapa pun yang mendapatkan panggilan tersebut tidak merasa bangga secara berlebihan.

Menurutnya, gelar Gus adalah bentuk penghormatan dari masyarakat, khususnya di Jawa Timur, yang diberikan kepada individu yang lahir dari kalangan ulama. Para ulama ini dihormati karena memiliki karya, jejak, atau warisan (legacy) yang berarti dalam kehidupannya.

“Artinya, Gus itu sama sekali bukan penghormatan kepada dirinya. Tidak. Tapi ini adalah menghargai jasa-jasa orang tuanya,” kata dia dalam tulisan NU Online berjudul Pesan Gus Kautsar, Jangan Bangga Dulu Dipanggil Gus.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah
Lia Hutasoit
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us