Bantah Dianggap Gagal, TKN: Program Food Estate Mulai Tunjukkan Hasil

Jakarta, IDN Times - Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran membantah tudingan cawapres nomor urut satu, Muhaimin Iskandar dan cawapres nomor urut 3, Mahfud MD yang menyebut program lumbung pangan nasional atau food estate gagal dan merusak lingkungan.
Komandan Komunikasi TKN Prabowo-Gibran, Budisatrio Djiwandono mengatakan, mewujudkan lumbung pangan nasional di atas lahan mencapai ribuan hektare memang bukan perkara instan dan mudah.
1. Program food estate butuh waktu panjang

Pria yang akrab dipanggil Budi itu menuturkan, program food estate membutuhkan proses panjang hingga hasilnya bisa dinikmati oleh banyak pihak.
"Mewujudkan lumbung pangan ini bukan proses yang instan, bukan sehari dua hari, sebulan, setahun, direncanakan lalu membuahkan hasil. Tetapi butuh proses panjang," kata Budisatrio dalam konferensi pers di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Jakarta, Senin (22/1/2024).
2. 13 hektare tanah sudah dimanfaatkan untuk food estate

Budi menjelaskan, berdasarkan evaluasi dan pengawasan yang dilakukan Komisi IV DPR RI yang bermitra dengan Kementerian Pertanian, program lumbung pangan nasional di wilayah Sumatera Utara dengan fokus tanaman produk holtikultura seperti bawang dan kentang, sudah membuahkan hasil.
Sementara, lahan di kawasan Gunung Mas, Kalimantan Tengah, juga telah ditanami jagung dan singkong dengan produktivitas lahan yang sangat baik.
"Lahan di Kabupaten Gunung Mas yang sering menjadi sorotan berbagai pihak, per hari ini sudah tertanam dan akan panen delapan hektare jagung dan lima hektare singkong. Dengan produktivitas singkong mencapai 20 ton per hektate dan jagung 6 ton per hektare," kata Budi.
"Proses ini memang memakan waktu, perlu dievaluasi kondisi tanah di Gunug Mas. Setelah dilakukan evaluasi baru ditemukan formula tepat, tanaman apa yang bisa mengisi lahan di Gunung Mas," imbuh dia.
3. Food estate dipastikan tak merusak lingkungan

Dalam kesempatan itu, Budi juga membantah framing yang menyebut proyek lumbung pangan nasional di Kabupaten Gunung Mas merusak lingkungan.
Berdasarkan kondisi di lapangan, lahan yang digunakan untuk food estate memang merupakan lahan bekas area hutan produksi yang tidak produktif. Mayoritas lahannya kering, semak belukar, pohon yang tumbuh berdiameter kecil dan minim vegetasi yang nilai ekonominya rendah.
"Kalau dibilang area ini ada nilai biodiversitas tinggi itu tidak benar. Karena kawasan lumbung pangan yang ijinnya diberikan KLHK ini dikelilingi area hutan tanaman industri dan sawit. Lebih dari itu, masyarakat Gunung Mas juga menyambut gembira program lumbung pangan nasional. Mereka melihat ini kesempatan di mana lapangan kerja terbuka," imbuh dia.