Bantah Pakai Bahasa Sulit saat Debat, Gibran: Istilah Ekonomi Biasa

Jakarta, IDN Times - Calon Wakil Presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, membantah sengaja menggunakan bahasa yang sulit dimengerti saat debat. Menurutunya, bahasa yang ia pakai adalah hal biasa.
"Tidak ada kata-kata sulit. Itu istilah biasa dalam investasi," ujarnya di Pasar Minggu, Sabtu (23/12/2023).
1. Gibran bantah terinspirasi Jokowi
Gibran juga membantah terinspirasi dari Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Jokowi dulu menggunakan singkatan yang tak dimengerti Prabowo Subianto saat debat.
"Enggak," ujarnya.
2. Pertanyaan soal SGIE sempat bikin Cak Imin bingung

Sebelumnya, Gibran sempat membuat Muhaimin Iskandar atau Cak Imin kebingungan saat debat. Ketika debat masuk sesi saling tanya jawab antar-calon, Gibran bertanya pada Cak Imin perihal SGIE.
"Karena Gus Muhaimin adalah Ketua Umum PKB, saya paham Gus paham ini. Bagaimana langkah Gus Muhaimin untuk menaikkan peringkat Indonesia dalam SGIE?" tanya Gibran.
"Terus terang SGIE, saya gak paham, SGIE itu apa?" ujarnya.
Gibran kemudian menjelaskan secara rinci maksud pertanyaannya. Ia juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan SGIE, yaitu State Global Islamic Economy.
Cawapres nomor urut dua itu kemudian melanjutkan pertanyaannya, "apa strategi Cak Imin untuk meningkatkan peringkat produk-produk dalam negeri yang sudah halal, seperti, produk perawatan tubuh yang halal dan produk makanan halal Indonesia."
"Mohon maaf kalau pertanyaan saya agak sulit ya Gus," ujar dia.
3. KPU sudah dua kali gelar debat

Seperti diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menggelar debat kedua Pemilu Presiden 2024. Beda dengan sebelumnya, debat kali ini hanya diikuti oleh para calon wakil presiden.
Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud Md berdebat dengan tema Ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), Keuangan, Investasi Pajak, Perdagangan, Pengelolaan APBN-APBD, Infrastruktur, dan Perkotaan
KPU masih akan menggelar debat tiga kali lagi. Masing-masing debat mengusung tema yang berbeda.
Debat ketiga: Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik
Debat keempat: Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa
Debat kelima: Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusikur