Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bayang-Bayang Suara Sumbang Pemilih Muda di Pemilu Satu Putaran

Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto hadir di acara ‘Silaturahmi Relawan Prabowo-Gibran Se-Sulsel’ di Gor Sudiang pada Jumat (2/2/2024). (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Jakarta, IDN Times - Satu putaran masih abu-abu untuk Prabowo-Gibran. Harap-harap cemas tercermin dari narasi yang dibangun Prabowo Subianto di beberapa panggung kampanye akhir-akhir ini.

Misalnya, saat Prabowo menyambut dukungan dari komunitas Bakti Untuk Rakyat di Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (29/1/2024).

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Pertahanan itu mengungkap bahwa berdasarkan banyak survei, kemungkinan satu putaran terbuka kian lebar untuk Prabowo-Gibran.

“Masalahnya sekarang, yang diperlukan adalah mandat dari rakyat, 14 Februari kita harus menang dan menang sekali putaran,” kata Prabowo di depan ratusan anggota Bakti Untuk Rakyat.

Namun, di satu sisi, Prabowo juga mengungkap kekhawatirannya jika persentase elektabilitas lembaga survei hanya sebatas angka palsu tanpa dibuktikan lewat surat suara di 14 Februari nanti.

"Harus datang ke TPS (tempat pemungutan suara) semuanya. Harus, jangan malas, harus ke TPS. Jangan merasa 'oh kita menang', lalu kita nggak datang, jangan. Itu yang dikehendaki oleh pihak-pihak tertentu," ucap Prabowo.

"Datang (ke TPS), coblos, periksa surat (suara). Jangan dibilang nanti surat suara rusak, karena ada upaya merusak surat suara yang (memilih) 02," tambahnya.

1. Menyadari dukungan pemilih muda yang minim partisipasi

Pemuda Teman Gibran (Paten) deklarasi dukung Prabowo-Gibran di Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (30/1/2024). (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka kian terlihat menyadari soal bayang-bayang semu suara pemilih muda untuk 02. Hal itu juga terlihat dari beberapa pernyataan para petinggi TKN dalam mengungkap kekhawatiran tersebut.

Satu di antaranya adalah Wakil Komandan TKN Fanta Prabowo-Gibran, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo.

“Ya memang ini keperihatinan kita semua yang sangat peduli tentang demokrasi Indonesia bahwa satu, anak muda dianggap apatis kedua, banyak tanggal merah, holiday, Valentine Day,” kata Rahayu kepada IDN Times di Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (30/1/2024).

“Kita perlu ingatkan bahwa masa depan mereka ini sebelum mereka bisa demo, di sinilah suara mereka sangat berpengaruh karena setiap suara sama, mau presiden, mau ketua DPR, dubes, profesor, petani, nelayan, anak muda, semua sama satu suara justru di sinilah kritikan terbesar opini mereka bisa disalurkan dalam bentuk di TPS,” imbuhnya.

2. Elektabilitas Prabowo-Gibran sempat stagnan

Prabowo ucapkan maaf, Gibran peragakan gesturnya. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Rahayu mengakui jika beberapa waktu lalu elektabilitas calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 itu sempat stagnan. Namun, berdasarkan survei LSI Denny JA terbaru pada Selasa (30/1/2024) elektabilitas Prabowo-Gibran berhasil tembus 50,7 persen.

Ia menilai, kenaikan angka elektabilitas itu merupakan sebuah sinyal bahwa masyarakat sudah memantapkan pilihan untuk Pilpres 2024.

Selain itu, keponakan Prabowo Subianto itu menyebut jika kenaikan elektabilitas ini juga dipengaruhi karena mesin partai koalisi termasuk simpatisan, relawan dan pendukung Prabowo-Gibran bergerak secara masif.

“Kita sangat bersyukur dengan angka survei di mana pasangan Prabowo-Gibran terus naik karena sempat beberapa waktu lalu dianggap stagnan tapi kita bisa melihat bahkan sejak debat tiga dan empat terus ada kenaikan dari elektabilitas,” kata Rahayu.

3. Sosok Gibran menarik suara pemilih muda

Capres nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka saat memberikan arahan ke relawan jelang hari pencoblosan di Kawasan Jakarta Selatan (5/2/2024). (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Sementara itu, berdasarkan survei Indikator Politik, Prabowo-Gibran mendulang suara pemilih muda. Di kalangan gen Z (anak muda yang berusia 26 tahun ke bawah), Prabowo-Gibran punya suara 56,6 persen, dan di kalangan milenial (27-42 tahun) 46,3 persen suara.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, pendukung muda memilih 02 karena adanya sosok Gibran Rakabuming Raka.

“Ternyata pendukung muda sejak 2019 dan 2014 memang lari ke Prabowo dibanding ke Pak Jokowi. Tetapi sejak Prabowo gandeng Gibran magnitude dukungannya lebih tinggi di pendukung muda,” kata Burhanuddin dalam acara Real Talk with Uni Lubis by IDN Times, yang berjudul 'Di Balik Angka Survei Pilpres 2024’, Rabu (17/1/2024).

Burhanuddin menjelaskan, selama ini Pemilu hanya menampilkan capres atau cawapres dari generasi X dan Boomers. Hal tersebut membuat pemilih muda tidak merasa merepresentasikan mereka.

“Ketika Gibran masuk sebagai cawapres Prabowo, itu sebagian anak muda, anak muda yang mana? Menengah ke bawah-desa. Pendukung Pak Jokowi swich ke Pak Prabowo,” kata dia.

4. Paradoks pemilih muda: pemilihnya besar tapi partisipasi rendah

Burhanuddin Muhtadi dalam acara Real Talk with Uni Lubis dengan tema "Di Balik Angka-angka Pilpres 2024". (IDN Times/Fauzan)

Namun demikian, Burhanuddin mengatakan, dukungan pemilih muda merupakan paradoks Gen Z dan milenial. Sebab, mereka memiliki partisipasi yang rendah dan cenderung malas atau ogah ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).

“Saya ingin katakan gen Z dan milenial paradoks, data BPS terakhir data KPU merilis dari DPT 204 juta untuk bulan depan itu 56 persen dari gen Z dan milenial itu besar. Tetapi partisipasi mereka lebih rendah dari yang lebih dewasa, ini catatan penting, ini yang saya sebut paradoks, pemilihnya besar tapi belum tentu mereka dateng ke TPS,” ujar dia.

“Mengingat, 14 Februari 2024 nanti diiringi hari libur Isra Miraj, Valentine, dan Imlek. Jangan lupa 2019 exit poll saya dan itu terkonfirmasi KPU, tingkat turn out di Pilpres 81 persen. Tetapi data exit poll, siapa yang menggunakan hak pilihnya itu semakin tua semakin datang ke TPS. sementara generasi muda hanya 67 persen, jadi jauh dari rata-rata turn out dari data nasional, nah ini jadi kabar buruk 02,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Burhanuddin mewanti-wanti paslon yang puas dengan pemilih muda. Sebab, jika mereka tidak menggunakan hak pilihnya di 14 Februari maka menjadi hal yang percuma.

“Lagi-lagi saya sampai pada kesimpulan, apakah terjadi satu atau dua putaran itu tergantung variabel turn out jadi tingkat kehadiran, dan Anies tingkat turn out lebih besar,” kata Burhanuddin.

Anies saat ini memiliki dukungan dari pendukung organik Prabowo pada 2019 seperti massa PKS, Front Pembela Islam (FPI), dan PA 212.

“Saya melihat pendukung organik Prabowo yang lama itu sudah pindah ke Anies. Paslon 02/03 tidak boleh gegabah, bahwa Anies beberapa bulan sebelumnya di urutan ketiga sekarang survei menyalip 03, kisaran 27 persen,” kata Burhanuddin.

5. Survei Indikator Politik menyatakan elektabilitas Prabowo-Gibran masih di bawah 50 persen

(IDN Times/Adit)

Dalam survei Indikator Politik yang digelar pada 30 Desember 2023 hingga 6 Januari 2024, menyatakan bahwa Prabowo memperoleh dukungan suara 41,4 persen. Sedangkan Anies Baswedan 23,2 persen, dan Ganjar Pranowo 20,6 persen.

Sementara lainnya 1,3 persen, dan yang menjawab tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 13,4 persen.

Survei yang menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah sampel basis sebanyak 1.200 orang yang berasal dari seluruh Provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Adapun margin of error survei sekitar 2 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Kemudian dilakukan oversample di 13 Provinsi yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, NTT, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Sehingga total sample sebanyak 4.560 responden.

Namun, berdasarkan survei LSI Denny JA pada Selasa (30/1/2023) menyatakan, elektabilitas Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menyentuh angka 50 persen.

Survei dilakukan tatap muka dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia. Survei yang dilakukan pada tanggal 16-26 Januari 2024 itu memiliki margin of error sebesar 2,9 persen.

“Hasil survei simulasi kertas suara pemilu pilpres akhir Januari 2024, Prabowo–Gibran berada di posisi teratas dengan elektabilitas sebesar 50,7 persen,” kata Peneliti dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, Selasa.

Sementara itu, calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menempati posisi kedua dengan elektabilitas 22 persen. Capres dan cawapres nomor urut 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD berada di posisi terakhir dengan elektabilitas 19,7 persen.

Di survei akhir Desember 2023, elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 43,3 persen. Survei awal Januari 2024 terjadi kenaikan menjadi 46,6 persen. Akhir Januari, elektabilitas Prabowo-Gibran terus naik menjadi 50,7 persen.

“Jika Prabowo-Gibran berhasil mempertahankan tren positifnya, Pilpres 2024 semakin terbuka selesai satu putaran karena dengan 𝘮𝘢𝘳𝘨𝘪𝘯 𝘰𝘧 𝘦𝘳𝘳𝘰𝘳 (ME, plus minus), Prabowo-Gibran kini di angka 47,8 persen (minus ME) sampai dengan 53,6 persen (plus ME),” ujar Adjie Alfaraby.

6. Gerindra kuasai Jawa Timur dari PKB dan PDIP

(IDN Times/Adit)

Dalam survei elektabilitas partai politik di Jawa Timur versi Indikator Politik, Partai Gerindra menyalip PDI Perjuangan (PDIP) dan PKB. Elektabilitas Gerindra terus menguat menjelang 14 Februari 2024.

Survei ini dilakukan di Jawa Timur pada 14 sampai 19 Januari 2024. Populasi survei adalah warga Indonesia di Jawa Timur yang punya hak pilih dalam pemilihan umum.

Survei dilakukan dengan wawancara secara tatap muka dan menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 810 responden. Margin of error 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

"Dengan simulasi 18 nama dan lambang partai, selama ini Jawa Timur didominasi PDIP dan PKB. Seiring mendekatnya Pemilu 2024, ada indikasi dominasi PDIP dan PKB di-challenge Gerindra," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi saat paparan melalui Zoom, Kamis (1/2/2024).

"Elektabilitas Gerindra tertinggi di Jawa Timur. Ada peningkatan signifikan dibanding Desember 2023," imbuhnya.

Dalam survei Indikator Politik, elektabilitas Gerindra di angka 22,2 persen. Kemudian PDIP di posisi kedua di angka 18,3 persen. Sementara PKB di posisi ketiga di angka 18 persen.

"Survei terbaru kami menggambarkan PDIP turun, PKB relatif stabil. Ketika PDIP turun, ternyata yang naik Gerindra. Sementara PKB cenderung stabil," ujarnya.

Burhanuddin menyebut, kenaikan elektabilitas Gerindra dipengaruhi kinerja kader di Bumi Majapahit serta coattail effect dari dinamika Pilpres di mana angka Prabowo Subianto meroket di Jatim.

"Dinamika pilpres ada efek elektoral ke partai yang mengusung. Gerindra mengancam elektoral PDIP dan PKB," tambahnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irfan Fathurohman
EditorIrfan Fathurohman
Follow Us