Cerita Jemaah Haji Asal Cilegon: Tetap Enjoy di Tengah Sistem Syarikah

- Aris rela tinggalkan istri yang sedang hamil demi mengganti kuota haji ayahnya yang meninggal dunia, menggunakan semua tabungan dan tak punya uang untuk oleh-oleh.
- Meski tanpa uang, Aris tetap enjoy menikmati tahapan ibadah haji dan tidak memusingkan keruwetan sistem syarikah yang berlaku tahun ini.
- Aris berharap Allah ganti rezeki, berdoa agar dilancarkan rizkinya dan keselamatan keluarganya, serta bersyukur bisa berangkat ke Tanah Suci masih usia muda.
Makkah, IDN Times - Malam hampir larut, Aris masih menikmati suasana hiruk pikuk di Zamzam Tower, sekitar Masjid Nabawi, Jumat (13/6/2025). Aris bersama rekannya, Sodri, duduk santai di pinggir tangga yang jarang dilewati jemaah haji.
Berpakaian khas santri, jemaah haji asal kota Cilegon itu pun memakai kain sarung, batik lengan panjang, dan peci hitam. Ia membalas sapaan kami, tim Media Center Haji (MCH 2025), dengan logat khas Cilegon.
"Saya Cilegon, mas," ucap Aris, yang tergabung dalam Kloter 54 Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) itu.
Semakin larut, obrolan kami semakin hangat. Jemaah haji juga masih ramai lalu lalang. Eskalator yang mengapit tangga tempat kami duduk tak pernah sepi. Tak cuma soal haji, kami juga berbincang soal kuliner khas Cilegon.
1. Aris rela tinggalkan istri yang sedang hamil

Aris rela meninggalkan istrinya yang sedang hamil tiga bulan, demi mengganti kuota haji ayahnya yang meninggal dunia. Aris yang baru menikah pada Januari 2025 itu pergi ke Tanah Suci bersama ibundanya, Mudiah, yang berusia 61 tahun.
"Kakak saya gak ada yang mau gantiin bapak, yaudah saya yang jalan," ujar pria humoris itu.
Jemaah haji bernama lengkap Aris Munandar itu terpaksa mengeluarkan semua tabungan untuk melunasi biaya haji ayahnya.
"Udah gak ada sisa lagi, uang habis nikah kemarin habis buat lunasin biaya haji. Ibu juga lunasin sendiri, saya juga bayar sendiri," ujar dia.
Aris juga bingung, tak ada uang lagi buat beli oleh-oleh. "Uang bener-bener abis, gak tahu neh nanti beli oleh-oleh," ujar pria 29 tahun itu, tertawa.
2. Nikmati ibadah haji dengan enjoy

Meski tak ada uang lagi, Aris tetap enjoy menikmati tahapan ibadah haji. Ia juga tak mau memusingkan keruwetan sistem syarikah yang mulai berlaku tahun ini.
"Kalau orang-orang mah pada dishare di medsos, saya mah santai aja. Dibawa enak aja, alhamdulillah lancar, gak ada masalah," ujar dia, yang masih satu hotel dengan ibunya di wilayah Aziziyah, Makkah.
Memang, Aris mengakui, sistem syarikah membuat penyelenggaraan haji tahun ini menjadi ruwet. Dia pun mengusulkan kepada pemerintah Indonesia meminta pemerintah Arab Saudi mengurangi syarikah.
"Bisa gak sih pemerintah lebih tegas ke pemerintah Saudi, syarikah dikurangi, biar gak kebanyakan. Kayaknya baru tahun ini ya, dulu-dulu kayaknya gak ramai soal ginian (syarikah)," ujar dia.
Namun secara keseluruhan, Aris melihat penyelenggaraan haji tahun ini berjalan baik. Begitu juga dengan pelayanan haji dari petugas haji, pun sudah baik.
3. Aris berharap Allah ganti rezeki

Selagi di Tanah Suci, Aris pun berdoa agar kelak dimudahkan segala urusannnya dan dilancarkan rizkinya, terutama untuk keselamatan anak dan istrinya yang sedang hamil muda.
"Semoga saja nanti lahiran dapet rejeki lagi, bisa selamatan di rumah," ucap Aris, tersenyum.
Aris juga bersyukur bisa berangkat ke Tanah Suci masih usia muda, bersama ibundanya. Apalagi, melihat antrean haji di Indonesia sekarang ini yang mencapai puluhan tahun.
Tak terasa, obrolan kami sudah hampir satu jam. Waktu menunjukkan pukul 23.00 Waktu Arab Saudi. Kami pun meninggalkan Zamzam Tower. Aris berharap kelak bisa bertemu di Tanah Air, menikmati kuliner khas Cilegon, Rabik.
"Nanti kalau main ke Anyer, mampir-mampir mas, jangan lupa cobain nasi uduk rabik, dekat Masjid Agung, murah mas, cuma Rp20 ribu, enak banget, bener," ucap Aris.