Dr Lois Owien Meninggal karena Kanker Serviks, Kenali Gejala-gejalanya

Jakarta, IDN Times – Dokter Lois Owien meninggal dunia setelah berjuang melawan kanker serviks pada pada Senin (6/6/2022), sekira pukul 12.00 WITA.
Lois sempat mendapat perawatan di rumah sakit sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir di kediamannya di Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara).
Dr Lois sempat menjadi sorotan publik karena tidak percaya COVID-19. Diketahui dr Lois mengalami sakit kanker serviks selama 6 bulan. Penyakit ini terungkap setelah mengalami perdarahan.
Penyakit kanker sendiri di Indonesia adalah salah satu penyakit yang mengakibatkan jumlah kematian cukup besar. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018.
Sedangkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat, total kasus kanker di Indonesia pada 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian sebesar 234.511 kasus.
1. Hanya ada 2,8 juta pasien yang melakukan pengecekan kanker serviks

Meski angka kematian kanker khususnya kanker serviks cukup besar, namun berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan hanya ada 2,8 juta pasien yang melakukan pengecekan kanker serviks.
“Angka tersebut perlu ditingkatkan untuk menurunkan risiko pasien kanker serviks stadium lanjut, “ ujar Koordinator Substansi Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr. Aldrin Neilwan P dalam media briefing belum lama ini.
2. Skrinning secara berkala

Aldrin memaparkan, salah satu cara efektif untuk mencegah kanker serviks adalah dengan melakukan skrining secara berkala.Walaupun termasuk penyakit yang mematikan, penanganan sejak dini bisa mencegah sel kanker untuk tumbuh.
Ia menjelaskan, melakukan pola hidup sehat dan vaksinasi juga bisa mencegah penyakit kanker lever rahim. Hindari melakukan hubungan seksual yang berisiko atau berganti-ganti pasangan.
"Leher rahim ini jenis kanker yang paling mungkin untuk diobati jika (terdeteksi) pada stadium dini, artinya masih bisa ditemukan lesi prakanker yang bisa kita intervensi," jelas dr. Aldrin.
3. Perempuan yang aktif secara seksual lebih rentan terkena kanker serviks

Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, Prof Andrijono, memaparkan, perempuan yang aktif secara seksual akan lebih rentan terkena kanker serviks dibandingkan perempuan yang belum pernah berhubungan seksual. Ini karena human papillomavirus (HPV), yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual, merupakan salah satu pemicu kanker leher rahim.
“Maka dari itu, vaksinasi HPV penting dilakukan untuk mencegah tumbuhnya sel kanker rahim. Perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual rentan terhadap risiko penularan HPV. Pada tahap ini, deteksi dini sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah makin banyaknya keterlambatan penanganan pada kanker serviks," kata Andrijono.
4. Waspadai gejala kanker serviks

Walaupun sel prakanker untuk kanker serviks jarang menimbulkan gejala, ada beberapa hal yang patut diwaspadai terkait dengan kesehatan rahim.
Dilansir Cancer Council, gejala umum kanker serviks antara lain:
- Pendarahan vagina saat sedang menstruasi.
- Pendarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya.
- Nyeri saat berhubungan seksual.
Nyeri panggul.
- Adanya perubahan pada cairan vagina seperti keputihan dengan warna atau bau yang tidak biasa.
- Pendarahan vagina setelah menopause.