Saling Tuding, Koalisi Demokrat-PDIP Semakin Jauh dari Harapan

Situasi politik semakin memanas

Jakarta, IDN Times - Partai Demokrat dan PDIP nampaknya semakin sulit untuk menjajaki ruang koalisi seiring perdebatan yang bermunculan dari politisi kedua partai. Tak hanya di akar rumput, perdebatan ini bahkan sampai di pucuk pimpinan.

Ketum partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan partainya masih sulit untuk bisa bergabung dengan koalisi Joko "Jokowi" Widodo karena terkait hubungannya dengan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang masih belum harmonis.

1. PDIP dianggap curang karena tak kunjung umumkan nama cawapresnya

Saling Tuding, Koalisi Demokrat-PDIP Semakin Jauh dari HarapanNTARA FOTO/Wahyu Putro A

Selain itu, Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik membeberkan alasan lain, Jokowi dan Megawati dianggap curang karena hingga saat ini belum mau mengumumkan siapa nama cawapres pendamping Jokowi pada Pilpres 2019.

“Taktik politik demikian merusak demokrasi. Karena publik tidak diberi kesempatan lapang untuk menilai kepantasan figur cawapres. Ini juga taktik yang datang dari kesombongan karena menyuruh parpol lain membebek saja mengikuti kehendak atau titah Jokowi dan Megawati,” ujar Rachland dalam keterangan tertulisnya kepada IDN Times, Kamis (26/07).

2. Ada "syarat" jika PDIP ingin Demokrat bergabung ke koalisi

Saling Tuding, Koalisi Demokrat-PDIP Semakin Jauh dari HarapanDok. IDN Times

Tak hanya itu, menurut Rachland, Jokowi ingin Demokrat bergabung ke koalisi pendukungnya, ada syaratnya.

"Dia perlu memberitahu siapa cawapres yang dipilihnya. Agar kami bisa ikut menilai dan menakar kepantasannya. Misalnya, apakah figur itu mampu mengisi kekurangan-kekurangan Jokowi dalam bidang pengelolaan ekonomi dan kesejahteraan rakyat? Atau kapabilitas dalam bidang-bidang lain yang membuat figur itu pantas,” tuturnya.

3. Demokrat tidak haus kekuasaan

Saling Tuding, Koalisi Demokrat-PDIP Semakin Jauh dari HarapanDok. IDN Times

Lebih jauh Rachland menegaskan, SBY dan partai Demokrat mengaku tidak haus kekuasaan. Hal yang paling penting, menurutnya, adalah agar bagaimana pemerintahan berikutnya bisa jauh lebih baik dan memiliki pemimpin yang dekat dengan rakyat.

“Tidak bisa Jokowi dan Megawati memanggil kami masuk, menyuruh kami diam dan ikut saja pada kehendak mereka, dengan iming-iming kursi kabinet bagi Demokrat. Kami harus diyakinkan bahwa pilihan yang diambil mereka benar,” tegasnya.

Selain itu, bukti lain yang menggambarkan sulitnya koalisi diantara kedua partai besar ini bisa terbentuk adalah dengan isyarat dari SBY yang telah lebih dulu bertemu dengan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Selasa (24/07) di Kuningan, Jakarta Selatan. Dalam pertemuan tersebut SBY mengatakan baru memulai penjajakan awal terkait koalisinya dengan Gerindra dalam Pilpres 2019.

4. PDIP tanggapi santai keluhan SBY

Saling Tuding, Koalisi Demokrat-PDIP Semakin Jauh dari HarapanANTARA FOTO

Sementara itu PDI Perjuangan sendiri menanggapi santai keluhan yang dilontarkan Demokrat tersebut. Melalui Sekjen partainya Hasto Kristiyanto, ia mengatakan bahwa keluhan SBY tersebut adalah keluhan musiman yang mengharapkan anaknya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk bisa diusung menjadi Cawapres.

“Seluruh pergerakan politik Pak SBY adalah untuk anaknya, sementara Ibu Megawati jauh lebih luas dari itu. Ibu Mega selalu bicara untuk PDI Perjuangan, untuk Pak Jokowi, untuk rakyat, bangsa dan negara, sementara Pak SBY selalu saja mengeluhkan hubungan itu,” kata Hasto.

Baca juga: PDIP: SBY Mempolitisasi Hubungannya dengan Mega

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya