Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hegemoni Juventus, Jalan Terjal Napoli

Foto dari akun Instagram @juventus dan @officialsscnapoli

Oleh Choki Sihotang

JAKARTA, Indonesia —"Kami ingin mengambil gelar juara dari mereka".

Itu kata Maradona, beberapa waktu lalu, seperti dilansir Football Italia, terkait ambisi Napoli mengulang sejarahnya di pentas Serie A. Maradona adalah pahlawan sekaligus legenda di balik kedigdayaan Partenopei menggondol scudetto untuk kali pertama pada musim 1988-1989 dan mengulanginya lagi pada musim 1990-1991. 

Jagoan Argentina itu memperkuat Napoli selama tujuh tahun, 1984–1991. Selain dua gelar Serie A,  El Pibe de Oro juga mempersembahkan gelar yang tak kalah krusial: Coppa Italia (1986-1987), UEFA Cup (1988-1989), Supercoppa Italiana (1990).

Setelah Maradona pergi, Napoli, pelan namun pasti, tak lagi disegani. Nasib baik seakan enggan berpihak dan itu tersuguh dari musim ke musim, lintas generasi. 

Musim ini ada harapan, sebenarnya. Berada di posisi kedua klasemen sementara, Napoli menempel ketat Juventus, sang juara bertahan. Sebelum kekalahan menyakitkan pekan silam, Partenopei hanya terpaut satu angka dari Juventus, 85:84. Itulah kenapa, banyak dukungan mengalir ke Napoli, termasuk dari Maradona.

Tapi sial, mimpi untuk memenangkan gelar terancam buyar. Pada laga terakhir pekan silam, Napoli terkapar di Artemio Franchi, Firenze, markas Fiorentina. Kalah 0-3, tak ada yang menyangka Marek Hamsik dan kawan-kawan bisa begitu mudahnya digebuk. Giovanni Simeone membuka keunggulan tuan rumah pada menit 34 dan dia kembali menjadi petaka bagi tim tamu menit selanjutnya, 62 dan 90. 

Juga pelatih Napoli, Maurizio Sarri. Sarri tak habis pikir, skuatnya yang dijagokan di atas kertas justru jadi bulan-bulanan. "Tim bereaksi dengan cara yang tidak logis. Kami akan menganalisis kekalahan ini dan mencari tahu apa yang terjadi," ketus Sarri, dilansir Sky Sport Italia.

Satu kartu merah yang diterima Kalidou Koulibaly saat duel masih berumur delapan menit dan lima kartu kuning lainnya, masing-masing Raul Albiol, Jose Maria Callejon, Arkadiusz Milik, Lorenzo Insigne, dan Mario Rui membuktikan jika Napoli tak bisa menjaga performa terbaiknya dalam laga penting dan genting.

Juventus lebih berpeluang

Di hari yang sama, Juventus yang bertandang ke Giuseppe Meazza mendulang angka penuh. Old Lady mengalahkan Inter Milan di depan pendukung fanatiknya, 3-2. 

Duel menarik, kedua tim saling jebol menjebol. Douglas Costa membawa Juve unggul 1-0 pada menit 13. Inter, lewat Mauro Icardi, menyamakan kedudukan pada babak kedua, tepatnya menit 52. Inter berbalik unggul 2-1 pada menit 65, menyusul gol bunuh diri bek Si Nyonya Tua, Andrea Barzagli. Menit 77 skor kembali imbang 2-2 dan kali ini lantaran gol bunuh diri pemain Inter, Milan Skriniar. Juve memastikan sekaligus mengunci kemenangan berkat aksi Gonzalo Higuain, jelang berakhirnya laga. 

Default Image IDN

Alhasil, kemenangan ini membuat Juve untuk sementara bisa menjauhkan diri dari kejaran Napoli. Total, La Vecchia Signora mendulang 88 poin hasil dari 35 laga. Sedangkan Napoli 84, juga hasil dari 35 laga. 

Bisa dibilang, dibandingkan Napoli, Juve masih lebih berpeluang memenangkan trofi. Pasukan Massimilano Allegri jangan sampai kalah lebih dari satu kali, dari tiga laga tersisah. Akhir pekan ini atau Minggu, 6 Mei, Bologna akan dijamu Juve di Allianz Stadium. Tak bermaksud menafikan Bologna, Bianconeri diyakini bisa mengatasi tim penghuni posisi 12 itu.

Lalu, 13 Mei, Higuain cs menantang AS Roma di Stadion Olimpiade Roma. Bisa dipastikan, bentrok versus Giallorossi, anak-anak Turin tampil habis-habisan. Di laga pamungkas, Hellas Verona yang jadi lawan. Hellas Verona adalah tim papan bawah, masih terpuruk di posisi 19. Dari segi apapun, Juve bukanlah tandingan mereka. 

Napoli memang belum habis. Masih ada kans, walau itu sangat tipis. Bayangkan! Selain berharap Juve tergelincir, tim yang bermarkas Stadion San Paolo wajib memenangkan duel melawan Torino (6 Mei), Sampdoria (13 Mei), dan Crotone (21 Mei). 

Allegri tak mau besar kepala. "Segala sesuatu masih bisa terjadi. Di sepak bola, tak ada yang pasti," katanya merendah.

Tapi apapun itu, Juve dan Allegri layak diacungi jempol. Jika kembali scudetto, maka ini merupakan gelar ketujuh beruntun Juventus sejak musim 2011-2012. Bagi  Allegri sendiri, ini gelar keempat Serie A secara beruntun yang dia persembahkan kepada Juve usai didepak dari Milan dan didaratkan ke Turin pada 2014.

Musim-musim yang sangat indah bagi Allegri, yang dulu sempat mendapat penolakan dari pendukung garis keras Si Zebra. Pemecatan Allegri di Milan dijadikan para pengkritik maupun penentang guna mengubah kebijakan manajemen Juventus. Allegri diragukan bisa meneruskan pencapaian yang telah ditorehkan taktisi sebelumnya, Antonio Conte. 

Default Image IDN

Petinggi Juve dan Allegri bergeming. Tetap jalan, tetap dengan pendirian. Benar, waktu jualah yang menjawab. Allegri tak cuma sukses mempertahankan gelar, tapi juga memahat prestasi yang tak pernah dilakukan Conte yakni membawa Si Nyonya Besar dua kali ke final Liga Champions: 2014-2015, 2016-2017.  

Toh begitu, seperti kata Allegri, tak ada yang pasti di sepak bola. Pun begitu dengan nasibnya. Gencar disebut, kebersamaan taktisi berusia 50 tahun tersebut akan berakhir musim ini. Premier League, Inggris, dikabarkan menjadi petualangan selanjutynya. Dan Chelsea, klub yang kini dibidani Conte, berminat memakai jasanya. 

Tiket Liga Champions sudah di tangan

Napoli, terlebih Sarri, sekalipun pada akhirnya nanti mereka tak juara, tetaplah layak mendapat apresiasi tinggi. Sarri memang kalah mengkilap dari Allegri, bila trofi dijadikan tolok ukur. Sarri belum sekalipun memenangkan Serie A. Kecuali Napoli, klub yang ditukanginya bukanlah klub mentereng seperti Milan, Juve, AS Roma, atawa Inter. Dia pernah melatih Pescara, Arezzo, Avellino, Hellas Verona, Alessandria, dan Empoli sebelum akhirnya hijrah ke Napoli pada 2015. 

Sarri melewati musim pertamanya dengan sangat baik. Partenopei finis di posisi kedua Serie A 2015-2016. Musim sebelumnya di posisi kelima. Musim 2016/2017, Napoli tak terlempar dari empat besar, kendati harus puas di posisi ketiga. 

Musim 2017-2018, Napoli masih tetap jadi penantang utama Juve memenangkan gelar dan berhasil mendekatkan jarak dengan hanya terpaut satu angka di giornata 34.  

Napoli berpeluang memenangkan runner up. Itu berarti, jatah ke Liga Champions musim depan sudah aman. AS Roma di posisi ketiga terpaut 14 angka dari Napoli. Begitu pula dengan Lazio di posisi keempat, poinnya sama dengan Roma, 70. 

Arrigo Sacchi, 70 tahun, yang pernah membidani Parma, Milan, Atletico Madrid, juga timnas Italia, melayangkan sanjungan setinggi langit kepada Sarri yang juga sempat diragukan fans kemampuannya. "Mereka kini tampil dengan level berbeda. Dia telah melakukan hal yang spektakuler," kata Sacchi, dilansir Goal, beberapa waktu lalu. 

Default Image IDN

Sarri berbesar hati, meski diakuinya dominasi Juventus masih sangat dominan. Toh begitu, Napoli, kata dia, akan terus berjuang hingga tetes darah penghabisan. Dia tak ingin terlalu memikirkan Scudetto. Dengan kata lain, fokus dari satu laga ke laga lain adalah tugas utamanya kini. "Saya tak mau memikirkan hal yang lain. Kami harus tetap fokus ke lapangan," kata Sarri. 

Baik Allegri, pun Sarri, telah melakukan yang terbaik, siapapun di antara mereka yang akhirnya mengangkat trofi di akhir musim. Satu yang pasti, Allegri dan Sarri berhasil membuktikan bahwa keraguan dan caci maki tak membuat keduanya ciut. Apalagi patah semangat.

—Rappler.com

Share
Topics
Editorial Team
Yetta Tondang
EditorYetta Tondang
Follow Us