Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Indonesia Masih Kekurangan Layar Bioskop, Fadli Zon: Butuh 10 Ribu

Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon. (IDN Times/Amir Faisol)
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon. (IDN Times/Amir Faisol)
Intinya sih...
  • Fadli Zon berharap para investor di sektor perfilman maupun sineas independen dapat melihat potensi ini sehingga menambah jumlah layar bioskop.
  • Keterbatasan jumlah layar maupun keberadaan bioskop di berbagai wilayah Indonesia menjadi tantangan utama dalam memajukan industri perfilman.

Jakarta, IDN Times – Menteri Kebudayaan (Menbud), Fadli Zon, mengatakan, Indonesia masih kekurangan layar bioskop. Saat ini, baru tersedia sekitar 2.500 layar bioskop, sedangkan idealnya dibutuhkan 10 ribu layar. 

Dalam penutupan Festival Film Balinale di Denpasar, Bali, pada Sabtu (7/6/2025), Fadli mengatakan, kekurangan ini menjadi hambatan yang dihadapi Indonesia, mengingat industri film merupakan sarana penting dalam memperkenalkan budaya. 

“Saya melihat peluang di Indonesia sangat besar, tapi memang kekurangannya bioskop kita memang kekurangan layar, kalau tidak salah kebutuhan layar kita 10 ribu yang ada baru 2.500,” ujar Fadli Zon dikutip dari ANTARA, Minggu (8/6/2025).

1. Ajak investor dan sineas independen jalin kerja sama dengan pemda

ilustrasi film bioskop (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi film bioskop (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Oleh karena itu, Fadli berharap para investor di sektor perfilman maupun sineas independen dapat melihat hal ini sehingga menambah jumlah layar bioskop. Termasuk menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah (pemda) agar film bisa ditayangkan di berbagai daerah. 

Menurut dia, film juga berkaitan dengan konteks kebudayaan karena didalamnya memuat unsur-unsur budaya dan bentuk ekspresi budaya lain selain akting. 

“Selain akting ada sastra di dalamnya, ada tari-tarian, ada musik, ada kuliner, film ini menjadi satu pilihan yang sangat penting untuk pemajuan kebudayaan,” kata Fadli Zon.

2. Film adalah alat soft power untuk menyebarkan kebudayaan

Ilustrasi film (pexels.com/Photo by cottonbro studio)
Ilustrasi film (pexels.com/Photo by cottonbro studio)

Menurut dia, keterbatasan jumlah layar maupun keberadaan bioskop di berbagai wilayah Indonesia menjadi tantangan utama dalam memajukan industri perfilman, padahal kekayaan cerita serta prestasi sineas lokal sangat besar.

Fadli memandang film adalah bentuk kekuatan lunak yang efektif dalam menyebarkan kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, dan India yang kini gencar mempengaruhi dunia melalui film. 

Ia menekankan, situasi ini harus dimanfaatkan oleh Indonesia, sehingga ia mendorong generasi muda untuk mencintai film-film dalam negeri. Menurut dia, tren ini sudah mulai terlihat, terbukti dari capaian jumlah penayangan film Indonesia di bioskop sepanjang tahun 2024 yang mencapai 81 juta penonton atau setara dengan 67 persen dari total keseluruhan film yang ditayangkan, tetapi harus terus didorong.


3. Dorong penguatan penulisan skenario

ilustrasi menulis skenario film (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi menulis skenario film (pexels.com/Ron Lach)

Selain mengatasi kekurangan jumlah layar bioskop, Kemenbud juga berupaya mengejar kekurangan dalam hal penguatan pelatihan, terutama di bidang penulisan skenario agar kualitas karya film semakin menarik minat penonton. 

“Salah satu masalah kita di penulisan skenario. Ceritanya bagus, hebat, tapi kalau skenarionya jelek, filmnya akan jadi jelek. Ini salah satu yang harus diperkuat dengan workshop membangun kapasitas dan penulisan skenario yang banyak,” kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us