Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Isu Lingkungan Diteror Buzzer, Gerakan Sipil Perlu Kolaborasi

Cerita untuk Cipta: Dari Narasi Menjadi Aksi/dok
Cerita untuk Cipta: Dari Narasi Menjadi Aksi/dok
Intinya sih...
  • Acara "Cerita untuk Cipta" soroti ironi arus informasi digital yang mengabaikan isu penting.
  • Ketimpangan ekosistem informasi publik dan isu lingkungan disuarakan terkait kepentingan oligarki politik yang didukung buzzer.

Jakarta, IDN Times — Di tengah derasnya arus informasi digital, justru makin banyak suara yang tidak terdengar dan isu-isu penting yang diabaikan. Inilah ironi yang disoroti dalam acara “Cerita untuk Cipta: Dari Narasi Menjadi Aksi” yang digelar Purpose Indonesia di Jakarta, Selasa (3/6/2025) kemarin.

Acara ini menggarisbawahi peran narasi empatik sebagai kunci komunikasi publik dan penggerak perubahan sosial serta lingkungan.

Pemimpin Umum Project Multatuli, Evi Mariani, mengatakan, ketimpangan dalam ekosistem informasi publik semakin nyata.

Selain itu, isu lingkungan menjadi isu yang berisiko tinggi untuk disuarakan karena terkait dengan kepentingan-kepentingan oligarki politik yang didukung oleh pendengung yang membanjiri ekosistem informasi.

 “Ada banjir informasi, tapi juga kekeringan isu yang penting. Isu-isu lingkungan, misalnya, justru menjadi isu berisiko tinggi karena bertabrakan dengan kepentingan oligarki yang didukung buzzer,” ujar dia dalam keterangan, Rabu (4/5/2025).

1. Tantangan bagi jurnalis

Ilustrasi jurnalis (IDN Times/Lia Hutasoit)

Menurut Evi, hal ini menempatkan jurnalis, aktivis, dan kreator konten di posisi sulit. Di satu sisi, mereka bertanggung jawab mengangkat suara-suara yang tertindas. Di sisi lain, mereka harus berhadapan dengan tekanan digital yang mengaburkan kebenaran. 

“Ini jadi tantangan bagi jurnalis, social campaigner, dan content creator untuk menyuarakan suara yang diabaikan dan isu-isu yang tidak didengar,” jelasnyaa jejaring kecil yang saling terhubung,” tambah dia.

2. Kepercayaan kredibilitas akan berpotensi berlanjut ke aksi

(Media Center Haji)

Masalah yang sama ditegaskan oleh Michelle Winowatan, perwakilan Impact Strategy and Partnership Lead di Purpose. Ia mengatakan, gerakan sosial rentan terhadap disinformasi dan kebisingan dari buzzer yang mengaburkan informasi.

Ia menjelaskan survei terbaru yang dilakukan oleh Purpose menunjukkan masyarakat muslim Indonesia paling percaya kepada pemuka agama soal isu lingkungan.

 “Kepercayaan dan kredibilitas akan berpotensi berlanjut ke aksi yang lebih besar karena kepercayaan dinilai lebih berharga dari kebenaran,” kata dia.

3. Gerakan sosial adalah nadi perubahan sistemik

Cetlrita cipta
Cetlrita cipta

Longgena Ginting, dari Indonesia Country Director Purpose, menyatakan, dampak yang paling bermakna dari gerakan sosial adalah dampak yang dibangun bersama lewat pendekatan berbasis cerita, komunikasi, dan aksi komunitas.

"Gerakan sosial adalah nadi perubahan sistemik, dan komunikasi yang dibangun secara strategis adalah senjatanya,” kata Longgena.

Menurut dia, kekuatan narasi menjadi landasan Purpose untuk membangun komunikasi strategis dengan semangat movement generosity, yakni semangat berbagi pengalaman, strategi, bahkan kegagalan untuk memperkuat gerakan secara kolektif.

“Meski cara-caranya berganti namun esensi komunikasi tetap relevan dalam gerakan,” ucap dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
Dini Suciatiningrum
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us