Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jelang Hari Bumi Kemenag Siap Tanam Satu Juta Pohon Matoa

Ilustrasi keheningan di tengah hutan. (IDN Times/Yuko Utami)
Ilustrasi keheningan di tengah hutan. (IDN Times/Yuko Utami)
Intinya sih...
  • Kemenag memperkuat peran institusi keagamaan dalam pelestarian lingkungan melalui Program Prioritas Ekoteologi.
  • Kemenag akan melakukan gerakan Penanaman satu juta Pohon Matoa pada 22 April 2025 dalam rangka peringatan Hari Bumi.
  • Gerakan ekoteologi melibatkan rumah ibadah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta pengembangan wakaf berbasis lingkungan.

Jakarta, IDN Times - Kementerian Agama (Kemenag) berupaya memperkuat peran institusi keagamaan dalam upaya pelestarian lingkungan. Hal ini sebagai tindaklanjut dari Program Prioritas Ekoteologi yang telah dicanangkan oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

Salah satunya adalah lewat penguatan peran strategis rumah ibadah, Kantor Urusan Agama (KUA), serta lembaga pendidikan agama dan keagamaan dalam pelestarian lingkungan, serta pengembangan wakaf hutan. Jelang Hari Bumi, Kemenag nantinya bakal melakukan gerakan Penanaman satu juta Pohon Matoa.

“Seluruh satuan kerja Kementerian Agama, termasuk KUA dan lembaga pendidikan keagamaan, kita gerakan untuk melakukan penanaman pohon secara serentak pada 22 April 2025 dalam rangka peringatan Hari Bumi,” kata Nasaruddin Umar,  Sabtu (12/5/2025)

1. KLHK akan sediakan bibit pohonnya

Muhammad Sani saat melihat puncak pohon Ara yang menjulang tinggi di Hutan Lubuk Lanjut, Pulau Rempang, Kota Batam (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Nasaruddin menjelaskan nantinya akan melibatkan rumah ibadah dalam gerakan ini. Dia berharap upaya ini berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dan mencegah kerusakan iklim.

Gerakan ekoteologi ini juga melibatkan kerja sama lintas kementerian, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk penyediaan bibit pohon, serta dukungan dari pemerintah daerah dan kelompok tani dalam pelaksanaan di lapangan.

2. Masjid berpotensi sebagai pusat edukasi ekologi

Jemaah mendengarkan azan bersiap salat Isya di Masjid Istiqlal Jakarta (IDN Times/Sunariyah)

Sementara, Subdirektorat Kemasjidan Abu Rokhmad akan menjadi pelaksana utama di masjid-masjid yang memiliki lahan terbuka atau pekarangan. Menurutnya, masjid berpotensi sebagai pusat edukasi ekologi. Program Eco-Masjid sudah diluncurkan dengan pendekatan yang diharapkan bisa ramah lingkungan, termasuk pengelolaan sampah, pemanfaatan energi terbarukan, dan penghijauan kawasan ibadah.

“Masjid akan menjadi motor dakwah lingkungan. Edukasi melalui khotbah Jumat, majelis taklim, dan pelatihan akan kami selaraskan dengan semangat ekoteologi,” kata Abu Rokhmad.

3. Program KUA hijau dan wakaf berbasis lingkungan

Cucak Rowo di dahan pohon (baliwildlife.com)

KUA juga dinilai strategis untuk dikembangkan sebagai model KUA Hijau. Penanaman pohon akan diintegrasikan dalam layanan keagamaan, termasuk bimbingan pranikah dan penyuluhan agama.

“Melalui penyuluh agama Islam, kita akan menyampaikan pesan ekoteologi secara menyeluruh, dari penyuluhan hingga pengajian. Edukasi lingkungan akan diintegrasikan dalam materi dakwah,” katanya.

Kemenag juga dorong pengembangan wakaf berbasis lingkungan. Sejumlah program yang telah dilakukan adalah seperti Wakaf Hutan, Wakaf Sumur, Wakaf Pokok Kopi, hingga budidaya rumput laut berbasis zakat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us