Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kaleidoskop 2024: Kasus Bullying di Kedokteran, Tewasnya Dokter Aulia

Sejumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menggelar aksi menyalakan lilin sebagai bentuk solidaritas atas kasus kematian dokter PPDS dan pemberhentian Dekan FK Undip, Yan Wisnu, di Semarang, Senin (2/9/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)
Intinya sih...
  • Terjadi 540 laporan perundungan terhadap dokter di lingkungan rumah sakit, dengan 221 laporan di rumah sakit vertikal Kemenkes.
  • Kematian dokter Aulia Risma Lestari memicu penyelidikan atas tekanan sebagai mahasiswi kedokteran dan pemerasan dalam program studi Anestesi Universitas Diponegoro.
  • Perundungan juga terjadi pada residen program pendidikan dokter spesialis (PPDS) bedah syaraf Unpad di RSHS Bandung, yang menyebabkan pengunduran diri dan sanksi bagi dokter pengajar.

Jakarta, IDN Times - Kasus perundungan atau bullying dalam dunia kedokteran menjadi dinamika dalam perjalanan di 2024. Dari ruang kuliah hingga rumah sakit, perundungan terhadap dokter dan calon dokter terkuak.

Beberapa insiden perundungan bahkan viral dan menjadi sorotan publik karena berujung pada kematian calon dokter hingga membuat Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin turun tangan.

Budi menegaskan akan mencabut surat tanda registrasi (STR) dan surat izin praktik (SIP) terduga pelaku perundungan dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) program studi Anestesi Universitas Diponegoro (Undip), Aulia Risma Lestari. 

"Saya sudah bilang ke ibu Irjen kalau hukumannya masih terlalu lembut kadang kadang tidak terasa. Jadi ditarik dulu STR dan SIP-nya mau diberhentikan setahun atau lima tahun atau seumur hidup. Dengan demikian bisa memberikan efek jera karena kalau tidak ini sudah puluhan tahun tidak bisa selesai ini budaya seperti ini," kata Budi Gedung DPR RI, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (30/8/2024).

Berdasarkan laporan yang masuk Kementerian Kesehatan, terdapat 540 laporan perihal bullying atau perundungan terhadap dokter di lingkungan rumah sakit. Sementara 221 laporan di antaranya terjadi di rumah sakit vertikal Kemenkes.

Berikut adalah beberapa kasus perundungan terhadap dokter yang terjadi pada 2024 yang jadi sorotan publik.

1. Dokter Aulia tewas diduga tertekan karena dibully saat jalani PPDS di Undip

Dokter PPDS Undip meninggal (instagram.com/rsud_kardinah)

Pada pertengahan Agustus, dunia kedokteran digegerkan dengan kematian dokter Aulia Risma Lestari yang ditemukan di kamar kosnya di daerah Lempongsari, Gajahmungkur, Kota Semarang, pada Senin (12/8/2024) pukul 23.00 WIB.

Kondisi jasad dr. Aulia dilaporkan memiliki warna kebiruan pada wajah dan paha, mirip dengan kondisi orang yang sedang tidur. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai penyebab pasti kematiannya, yang kemudian memicu penyelidikan lebih lanjut.

Dalam penyelidikan, Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono menemukan buku harian korban yang berisi keluh kesah tentang tekanan sebagai mahasiswi kedokteran dan konflik dengan seniornya. Buku harian itu juga mengungkapkan bahwa korban sudah merasa lelah dan ingin mengundurkan diri dari studi.

"Anak itu sudah minta resign, keterangan dari ibunya, sudah curhat. Kedua (penyebab) mungkin menghadapi seniornya, kan perintahnya (senior) sewaktu-waktu, minta ini, itu, ini, itu, keras,” jelas Agus.

Dalam investigasi yang dilakukan Kemenkes, Dokter Aulia yang tengah menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) diperas oleh oknum di PPDS hingga puluhan juta rupiah per bulan.

Jubir Kemenkes RI, Mohammad Syahril mengatakan, selain dipaksa mengeluarkan uang Rp10 juta sampai Rp40 jutaan per bulan, Aulia juga ditunjuk jadi bendahara untuk menerima pungutan dari teman seangkatan.

"Almarhumah juga menyalurkan uang tersebut untuk kebutuhan-kebutuhan non-akademik antara lain, membiayai penulis lepas untuk membuat naskah akademik senior, menggaji OB, dan berbagai kebutuhan senior lainnya," ujar Syahril dalam keterangan, Minggu (1/9/2024).

Saat ini pihak kepolisian masih melakukan investigasi. Direskrimum Polda Jateng, Kombes Pol Dwi Subagyo mengatakan penyidik sedang mempertajam pendalaman proses penyidikan, akan tetapi nama calon tersangka sudah ia pegang. 

"Calon pelaku sedang dalam pendalaman. Siapapun yang berperan, akan kita Gakkum jika penuhi alat bukti," ungkap Dwi, Selasa (29/10/2024) 

2. Perundungan residen di RSHS Bandung

IDN Times/Debbie Sutrisno

Aksi dugaan perundungan terhadap residen program pendidikan dokter spesialis (PPDS) bedah syaraf Universitas Padjadjaran (Unpad) di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung terbongkar. Akibat kejadian itu, seorang residen memilih mengundurkan diri dan dokter pengajar (konsulen) dikenakan sanksi, di mana kasus terungkap pada Juni 2024.

Dalam kasus tersebut, residensi diwajibkan untuk menyewa hotel dekat RSHS selama enam bulan dengan menghabiskan uang Rp65 juta per orang. Uang itu disebut untuk mendanai kebutuhan senior (di pendidikan bedah syaraf) seperti membeli makan dan kopi serta penyewaan mobil untuk senior dan kebutuhan wingman.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah memberikan teguran kepada Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung terkait kasus perundungan terhadap peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

Kemenkes menegaskan bahwa pelaku perundungan dapat dikenai sanksi tegas, termasuk pencabutan Surat Izin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR). 

 

3. UNPAD pecat dua dokter residen karena perundungan

Universitas Padjadjaran (youtube.com/unpad)

Pada pertengahan Agustus, Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) telah memberhentikan dua dokter residen yang diduga terlibat perundungan. Selain itu, sebelas mahasiswa PPDS juga menerima sanksi.

Dekan Fakultas Kedokteran Unpad Prof. Yudi Mulyana Hidayat merasa miris dan prihatin terhadap praktik bullying atau perundungan yang terjadi di lingkungan pendidikan spesialisasi di Indonesia khususnya di departemen bedah syaraf.

Sementara, upaya pemberantasan menurutnya telah dilakukan sejak lama meski hasilnya kini belum terlalu menggembirakan.

"Upaya preventif dan treatment sudah dilakukan berulang kali," ujar Yudi melalui keterangan resmi yang diterima, Sabtu (17/9/2024).

 

4. Aniaya dokter Koas gegara jadwal jaga

Press rilis kasus penganiayaan dokter koas di Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Jelang akhir tahun, perundungan terhadap dokter kembali muncul. Kasus penganiayaan dokter koas di Palembang viral bermula dari video yang beredar di medsos.

Sebelumnya akun Instagram @palembang.update mengunggah potongan video berdurasi 12 detik yang menampilkan perkelahian di sebuah kafe. Berdasarkan informasi yang dihimpun IDN Times, fakta video viral dokter koas dianiaya bermula karena pembagian jadwal jaga yang tidak adil. 

Peristiwa viral itu menimpa seorang dokter koas di salah satu rumah sakit pemerintah Palembang yang diduga dianiaya oleh orang tua seorang dokter lain. Kasus tersebut kini sudah ditangani dan ditindaklanjuti, bahkan dari kejadian tersebut sudah ada tersangka dan pemeriksaan laporan barang bukti yang telah disimpan pihak kepolisian.

Kini kasus penganiayaan dokter koas di Palembang masih terus berlangsung dan kemungkinan akan ada tersangka baru.

Informasi itu diketahui setelah Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnase) mendatangi Polda Sumsel pada 18 Desember 2024.

"Dengan berbagai bukti yang ada masih satu (tersangka) kita tunggu proses penyidikan (untuk tersangka baru)," ujar Komisioner Kompolnas M Choirul Anam saat mendatangi Polda Sumsel.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dini Suciatiningrum
Dwifantya Aquina
Dini Suciatiningrum
EditorDini Suciatiningrum
Follow Us