Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kemenag Buat Sistem Deteksi Dini Konflik Keagamaan

Upacara bendera di halaman gedung Kemenag RI. (Dok. balitbangdiklat.kemenag.go.id)
Upacara bendera di halaman gedung Kemenag RI. (Dok. balitbangdiklat.kemenag.go.id)
Intinya sih...
  • Elemen pendukung deteksi dini konflik keagamaan sudah ada
  • Pendekatan budaya jadi cara menjaga harmoni antarumat

Jakarta, IDN Times - Kementerian Agama (Kemenag) melalui Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) terus melakukan penyempurnaan terhadap Sistem Deteksi Dini Konflik Keagamaan atau Early Warning System (EWS). Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya pencegahan munculnya konflik sosial yang berkaitan dengan isu keagamaan di berbagai daerah.

Kepala PKUB Setjen Kemenag, M Adib Abdushomad, mengatakan, pengembangan ekosistem EWS sangat krusial dalam mencegah konflik berbasis agama. Ia menyebut, langkah ini juga sejalan dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 924 Tahun 2023 dan KMA Nomor 332 Tahun 2023 yang menjadi dasar hukum pembentukan sistem peringatan dini tersebut.

“Kita ingin membangun ekosistem EWS. Sesuai arahan Bapak Sekjen, yang terpenting dari EWS ini adalah membangun ekosistemnya. Alhamdulillah, PKUB mencoba mengorkestrasi tugas ini secara sinergis dan kolaboratif lintas stakeholders,” ujar Adib dilansir dari laman resmi Kemenag, Minggu (3/8/2025).

1. Sejumlah elemen untuk mendukung deteksi dini konflik keagamaan sudah ada

Gedung Kemenag RI (dok. Kemenag)
Gedung Kemenag RI (dok. Kemenag)

Adib mengatakan, berbagai elemen yang mendukung sistem EWS sebenarnya telah ada di beberapa unit Kemenag, seperti Ditjen Bimas Islam dan Balitbang Diklat, yang kini menjadi BMBPSDM. Menurut dia, PKUB tengah menyatukan potensi yang ada agar sistem peringatan dini ini dapat berfungsi secara terpadu dan menyeluruh.

“Kalau EWS betul-betul terbangun, maka berbagai konflik yang selama ini muncul bisa kita mitigasi. Sehingga tidak ada lagi persekusi atau kerusuhan yang mencederai bangunan kerukunan yang telah lama dibina,” kata dia.

Adib juga menyoroti peran penting aplikasi EWS yang diperkenalkan dalam kegiatan tersebut. Aplikasi itu dikembangkan oleh para pakar dari Universitas Indonesia dan praktisi EWS sebagai bentuk implementasi dari sistem peringatan dini yang lebih adaptif terhadap situasi di lapangan.

Pengasuh Pesantren Al-Qur'an dan Riset Madani Global Citizenship ini menilai, aplikasi tersebut merupakan langkah nyata PKUB dalam menghadirkan inovasi teknologi guna melindungi keutuhan bangsa dari potensi konflik keagamaan.

“Aplikasi ini menjadi salah satu bentuk konkret dari ikhtiar PKUB dalam menjaga keutuhan NKRI dari potensi konflik sosial berbasis keagamaan,” kata Adib.

2. Pendekatan budaya juga jadi cara menjaga harmoni antarumat

IMG-20250802-WA0016.jpg
Doa Lintas Agama Awali Rangkaian Perayaan HUT ke-80 RI (dok. BPMI Sekretariat Presiden)

Tak hanya fokus pada pendekatan teknologi, PKUB juga mengandalkan strategi sosial budaya dalam menjaga harmoni antarumat beragama. Pendekatan ini diwujudkan dengan memperluas ruang dialog dan perjumpaan antartokoh lintas agama sebagai bagian dari membangun saling pengertian.

“Kami terus mengundang para tokoh umat beragama untuk duduk bersama dalam forum-forum dialog. Juga memperluas partisipasi dalam kegiatan keagamaan, tidak hanya ritual, tapi kegiatan sosial keagamaannya,” ujar dia.

Adib kemudian mengingatkan pentingnya komunikasi terbuka sebagai upaya pencegahan konflik. Ia menyinggung peristiwa di Depok dan Padang yang terjadi kesalahpahaman terkait rumah doa karena minimnya informasi kepada warga sekitar. Seharusnya hal tersebut bisa dihindari melalui komunikasi yang baik.

“Padahal niat pendeta membangun rumah doa itu baik, yaitu untuk mendekatkan umatnya kepada ajaran agama. Tapi karena tidak ada informasi kepada RT/RW dan masyarakat, lalu terjadi kesalahpahaman,” ujar dia.

3. Peristiwa konflik keagamaan harus menjadi evaluasi

Screenshot_20250728_194018_X.jpg
Peristiwa perusakan rumah doa umat Kristen terjadi di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatra Barat. (Dokumentasi istimewa)

Menurut dia, kejadian semacam itu harus menjadi pelajaran penting untuk memperkuat komunikasi antara pemangku kepentingan dan masyarakat. Saluran informasi yang transparan diyakini akan mencegah munculnya konflik yang tak perlu.

Terakhir, Adib menyampaikan ekosistem EWS yang sedang dibangun hampir rampung dan akan segera diluncurkan.

“Insyaallah, EWS ini segera kita launching setelah ekosistemnya fully coverage. Ini bentuk komitmen kita dalam menjaga kerukunan dan keutuhan NKRI,” ucap dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us