Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kementan Bidik Calon Wirausaha Millennial Lewat Program YESS

Dok. Kementan
Dok. Kementan

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL), menilai penguatan pertanian dengan memaksimalkan generasi millennial harus dilakukan. Terlebih,  pertanian merupakan pilar utama dalam menghadirkan perekonomian yang kuat. Menurutnya, pertanian adalah sektor yang paling siap untuk mengembangkan ekonomi rakyat dan memperkuat pembangunan sebuah negara. 

“Sebuah negara hanya bisa kuat kalau ketersediaan pangannya cukup. Oleh karenanya, dari proses itulah pertanian menjadi sangat strategis, juga penting dalam melakukan segala aktivitas mempersiapkan ketahanan pangan,” ujar Mentan SYL melalui keterangan resmi yang diterima, Kamis (17/12/2020).

Karena itu, Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) memaksimalkan peran Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS). Lewat YESS, Kementan membidik calon wirausaha millennial di Malang, Jawa Timur.

1. Millennial harus mengambil peran aktif dalam pembangunan pertanian

Dok. Kementan
Dok. Kementan

Untuk merealisasikan target tersebut, Mentan SYL berharap mendapat dukungan dari semua pihak. Terutama pada penyediaan pangan yang cukup bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Kementan tidak bisa sendiri dan membutuhkan semua pihak agar motivasi bertani hadir di tengah-tengah kita dan tentu saja dengan teknologi dan hasil-hasil riset dalam mempersiapkan segalanya," tegasnya.

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan peran sumber daya manusia pertanian, khususnya generasi millennial. 

"Generasi millennial harus bisa mengambil peran aktif dalam pembangunan pertanian," katanya.

Dedi juga menyampaikan, Indonesia memiliki potensi generasi millennial yang sangat tinggi. 

"Karakteristik mereka cepat melangkah, adaptif teknologi informasi, mau belajar, dan memiliki ambisi untuk meraih kesuksesan. Bila (hal itu) dikelola dengan baik, hasilnya bisa dahsyat," ujarnya. 

2. Kunci utama pelaksanaan program YESS

Dok. Kementan
Dok. Kementan

Menurut Dedi, salah satu program untuk meningkatkan minat dan kemampuan serta kapasitas generasi millennial di bidang pertanian adalah program YESS.

"Ada dua kunci utama dalam pelaksanaan program YESS. Pertama, program YESS hadir untuk meningkatkan kapasitas pemuda di perdesaan melalui pendidikan dan pelatihan untuk menjadi agen pembangunan pertanian. Kedua, sasaran dari program YESS, yakni pemuda/i harus memiliki jiwa kewirausahaan dari hulu sampai hilir," tegasnya.

Agar tujuan dari program tersebut dapat terwujud, harus dipastikan bahwa calon pelaku usaha tidak salah sasaran dan perlu dilakukan pelatihan yang terencana, terprogram, dan benar-benar sesuai kebutuhan untuk memperoleh hasil sempurna. 

Untuk itu, Provincial Project Implementation Unit (PPIU) beserta District Implementation Team (DIT/Tim Pelaksana Daerah) bersama dengan para mobilizer (penggerak) terus berupaya menjaring pemuda/i potensial di perdesaan. 

Bertempat di Aula rapat Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang, para mobilizer dan DIT memantapkan langkah untuk menentukan CPCL, Rabu (16/12/2020). 

Para penyuluh di 8 BPP dihadirkan untuk finalisasi calon petani dan calon lokasi (CPCL) program YESS. 8 BPP tersebut adalah dari Kecamatan Kepanjen, Kromengan, Wonosari, Sumberpucung, Pagak, Donomulyo, Pagelaran, dan Kalipare. 

3. Penyuluh di wilayah binaan sangat mengenali potensi petani millennial

digination.id
digination.id

Suwarno selaku tim DIT menggarisbawahi bahwa penyuluh yang berlokasi di wilayah binaan tentu sangat mengenali potensi para petani millennial beserta peluang usahanya. 

“Jika sumber daya manusia di masing-masing BPP bisa sama, untuk potensi usaha bisa sangat berbeda. Sebagai contoh BPP Kepanjen dengan potensi usaha aneka bibit buah dan sayur. Berbeda dengan BPP yang memiliki potensi ubi kayu melimpah sehingga potensi usaha yang sangat mungkin dikembangkan oleh petani wirausaha muda di sana adalah mocaf, tapioka, tiwul, gatot, dan keripik,” katanya. 

Hal senada juga disampaikan Lidya selaku mobilizer yang mendampingi 8 kecamatan di Kabupaten Malang. 

“Dari pertemuan saat ini, diharapkan bisa diperoleh CPCL final beserta kebutuhan pelatihannya. Simpelnya adalah sudah ada gambaran yang lebih jelas, siapa calon wirausaha mudanya, usaha yang dikembangkan, serangkaian pelatihan yang dibutuhkan, di mana pelatihannya, siapa yang melatih, teori-praktiknya bagaimana dan output-nya seperti apa. Bisa juga ditambahkan calon pelaku usaha di masing-masing BPP,” pungkas mobilizer yang juga berusia millennial tersebut. (CSC)

Share
Topics
Editorial Team
Marwan Fitranansya
EditorMarwan Fitranansya
Follow Us