Demi Tingkatkan Daya Saing, Kementan Perkuat Pengelolaan Perkebunan

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong para petani agar terus menggali potensi, demi meningkatkan nilai tambah maupun daya saing komoditas perkebunan. Menurutnya, potensi produk turunan komoditas perkebunan sangatlah besar.
Sejalan dengan arahan tersebut, Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah, mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya memperkuat komoditas perkebunan agar mempunyai nilai tambah dan berdaya saing.
“Pertajam aksi nyata di daerah dengan strategi-strategi jitu sehingga kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan dapat berjalan secara optimal dan sesuai target. Hal ini erat kaitannya dengan pencapaian peningkatan ekspor tiga kali lipat atau Gratieks,” ujar Andi Nur (16/2).
1. Kawal aktivitas ekspor produk perkebunan

Dari sisi ekspor, Ditjen Perkebunan terus mengawal agar tetap konsisten berkontribusi terhadap devisa ekspor nasional dari sektor non migas. Adapun beberapa komoditas perkebunan yang menjadi unggulan adalah kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, teh, rempah-rempah dan lainnya.
Menurut Andi Nur, Komoditas tersebut tetap difokuskan untuk pencapaian target nilai ekspor hingga Rp1.200 triliun pada 2024. Saat ini, devisa negara dari ekspor perkebunan baru mencapai Rp400-500 triliun per tahun.
Diketahui pada 2022, nilai ekspor komoditas perkebunan mencapai Rp600,5 triliun atau berkontribusi sebesar 88,11 persen dari total nilai ekspor komoditas pertanian sebesar Rp681,5 triliun, meningkat hampir Rp22 triliun dibandingkan 2021.
Walaupun didominasi oleh produk CPO dan turunannya, namun komoditas unggulan lainnya seperti kopi, kelapa, rempah-rempah dan kakao juga sudah menunjukkan peningkatan nilai ekspor yang cukup signifikan.
Tak hanya itu, potensi komoditas spesifik daerah lainnya seperti pinang, gambir, aren, stevia, kelor dan tanaman atsiri kian diminati pasar global.
Andi menilai, potensi ini perlu terus didorong mengingat kebutuhan global khususnya di bidang farmasi, kecantikan dan kesehatan, food and beverages serta bahan baku industri lainnya sedang meningkat.
2. Tantangan pembangunan perkebunan nasional

Andi pun menjelaskan, ada beberapa tantangan dalam pembangunan perkebunan nasional yang perlu diatasi yaitu tantangan budidaya, pascapanen dan pengolahannya, penguatan kelembagaan perkebunan, dan mendorong peran generasi muda untuk mau berkontribusi membangun perkebunan di daerahnya.
“Begitu juga dengan tantangan akses pasar, promosi dan diplomasi, serta yang terakhir tantangan menciptakan iklim investasi yang baik dan sehat demi membangun dan memperkuat usaha agribisnis perkebunan. Ini tidak bisa kita lakukan sendiri-sendiri. Mari kita bersama menjawab tantangan-tantangan ini,” ujarnya.
Pemerintah juga dituntut sigap dalam mengantisipasi ancaman resesi global yang dapat berdampak pada komoditas energi.
“Kita perlu responsif, bertindak cepat, tepat dan baik dalam menghadapi segala dinamika dunia terutama pada aspek perdagangan dunia yang banyak sekali dipengaruhi oleh kondisi geopolitik dan dinamika iklim,” kata Andi.
3. Tingkatkan mutu dan hasil perkebunan melalui kolaborasi

Lebih jauh, Andi Nur menekankan pentingnya kolaborasi dengan multi stakeholder melalui kemitraan yang saling menguntungkan. Ia menilai, kolaborasi perlu dilakukan, demi peningkatan mutu dan hasil perkebunan yang tentunya juga akan berdampak positif bagi petani.
“Saat ini semakin banyak masyarakat yang tertarik dan berminat menjalankan usaha di bidang perkebunan. Ini potensi besar bagi produk komoditas perkebunan, dan berpeluang diakses oleh pasar global," ujarnya.
Ia pun turut mengapresiasi kinerja semua pihak yang telah turut serta membangun sektor perkebunan.
"Kami berharap, kerja sama dari semua pihak dapat terus dilanjutkan demi pertanian yang maju, mandiri, dan modern. Terus tingkatkan kinerja perkebunan sehingga dapat berjalan dengan baik dan sesuai target dan bermanfaat bagi petani maupun masyarakat,” harapnya. (WEB)