Ketika Sekolah dan Menjadi Nelayan Saling Tumpang Tindih di SMP 244

- SMP 244 terletak di wilayah Cilincing, Jakarta Utara, dekat Pelabuhan Tanjung Priok dan Laut Jawa.
- Anak-anak di SMP 244 dihadapkan pada pilihan menjadi nelayan atau bersekolah karena sulitnya pendidikan di daerah tersebut.
- Tantangan bagi Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung untuk memberikan kesempatan belajar setinggi-tingginya kepada semua orang di Jakarta.
Jakarta, IDN Times - Sore itu, Jumat (20/6/2025), langit Jakarta mulai remang. Jalanan juga sudah macet. Maklum, jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Masyarakat sudah bergerak kembali ke peraduan, begitu juga para guru pendamping dan anak-anak murid SMP 244.
Mereka masih berada di IDN HQ yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto, Kuningan, Jakarta Selatan. Beberapa di antaranya ada yang sedang menunaikan sholat Ashar, ada juga yang sedang bersantai.
Kehadiran mereka di IDN HQ ini dalam rangka mengikuti lomba final Teka-Teki Gen Alpha, yang digagas IDN Times bekerja sama dengan beberapa pihak, termasuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Bagi mereka, ini capaian tersendiri.
"Kaget juga kita, bang. SMP kita bisa masuk final. Padahal, ya kita mah masih jauh dibandingkan sekolah lain. Cuma memang anak-anak pada semangat," ujar salah satu guru pendamping kepada tim IDN Times yang jadi Liaison Officer (LO) mereka.
Sembari menunggu beberapa yang masih sholat Ashar, kami berbagi cerita dengan para pendamping. Termasuk soal kenyataan yang mungkin belum diketahui, tentang pendidikan di Jakarta Utara.
1. Biasa melihat truk besar setiap hari
SMP 244 berlokasi di wilayah Cilincing, Jakarta Utara. Mereka hanya sepelemparan batu dari Pelabuhan Tanjung Priok, juga Laut Jawa. Truk tronton dan cuaca panas nan lembab khas pinggir laut jadi makanan mereka sehari-hari.
"Sudah biasa kita bang, lihat truk tronton sehari-hari. Pakai motor di antara truk-truk gede sudah tidak takut. Panas juga sudah biasa," beber salah satu guru pendamping bercerita soal hal itu.
Mereka kena dampak juga ketika Pelabuhan Tanjung Priok sempat didera kemacetan panjang pada 17 dan 18 April 2025. Penyebabnya, versi Pelindo, ada kapal yang bongkar muat di luar jadwal.
"Wah, iya bang. Waktu itu parah bener macetnya. Sampai ke depan sekolah kita itu. Ya memang Jakarta Utara mah agak beda ya, sama di sini (Kuningan, Jakarta Selatan)," ujar sang guru pendamping.
2. Antara menjadi nelayan atau bersekolah

Beberapa siswa SMP 244 sudah menunaikan sholat Ashar, tetapi tak bergegas. Meski sudah pukul 17.00, mereka masih bersantai. Mereka sejenak mengagumi keindahan kantor IDN HQ, yang menurut mereka seperti hotel.
Kisah kami dengan sang guru pendamping pun berlanjut. Mereka yang tak mau disebutkan namanya itu bercerita, pendidikan di Jakarta Utara begitu sulit. SMP 244 berada di dekat perkampungan para nelayan Cilincing dan Marunda.
Alhasil, saat Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung bertanya kepada para peserta jelang acara soal siapa saja yang dapat Kartu Jakarta Pintar (KJP), banyak anak-anak dari SMP 244 yang mengacungkan tangan.
"KJP itu benar-benar membantu sekolah kami, bang. Kalau nggak ada itu, susah sudah," ujar sang guru pendamping.
Selain itu, sang guru pendamping yang mengenakan peci hitam dan jas abu-abu itu bercerita, pendidikan di Jakarta Utara, terkhusus di SMP 244 diwarnai dua pilihan. Anak-anak harus memilih antara bersekolah atau jadi nelayan.
"Ya, di tempat kami, anak-anak itu kadang tidak mau sekolah. Mereka ikut jadi nelayan sama orang tuanya. Duitnya lumayan. Jadi malas mereka untuk sekolah," ujar sang guru pendamping.
Hal ini pun jadi tantangan tersendiri bagi para pengajar di SMP 244. Mereka harus meyakinkan para orang tua agar mau menyekolahkan anak, ketimbang mengajak mereka menangkap ikan di laut.
"Ada anak SMP kami, dia sebenarnya pinter. Tapi sama orang tuanya disuruh jadi nelayan saja. Lumayan duitnya gede, ngapain sekolah? Begitu kata mereka," ujar sang guru pendamping.
Tak lama setelah obrolan ini, semua siswa SMP 244 sudah bersiap pulang. Kami pun menyalami sang guru pendamping, beserta anak-anak SMP 244, lalu mengantarkan mereka naik bus sekolah yang akan membawa mereka ke Cilincing lagi.
"Terima kasih banyak ya, bang, kami sudah diajak ikut lomba seperti ini. Ini jadi pengalaman berharga bagi anak-anak kami. Apalagi, anak-anak kami jarang mainj ke Jakarta Selatan," ucap sang guru pendamping.
3. Tantangan bagi Pramono Anung

Apa yang dialami SMP 244 ini, jadi tantangan tersendiri bagi Pramono Anung selaku Gubernur DKI Jakarta. Apalagi, dalam sambutannya di acara Teka-Teki Gen Alpha, dia bilang seperti ini.
"Keinginan saya untuk semua orang harus mendapatkan kesempatan untuk belajar setinggi-tingginya di Jakarta ini. Sebab, persoalan utama di Jakarta ini salah satunya soal pendidikan," kata Pramono.
"Saya berharap betul di ruangan ini akan ada yang mendapatkan kesempatan mendapatkan KJMU, Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul sampai dengan S3. Itulah yang akan membuat sumber daya manusia Jakarta jadi lebih baik," lanjutnya.
Ajang Teka-teki Gen Alpha sendiri diinisiasi oleh IDN Times. Sebagai bagian dari ekosistem media digital yang berkomitmen terhadap literasi publik, mereka melihat Teka-Teki Gen Alpha sebagai langkah awal menjalin hubungan jangka panjang dengan pembaca masa depan.
Teka-Teki Gen Alpha merupakan ajakan bagi generasi muda untuk menjadikan belajar sebagai aktivitas yang menyenangkan, penuh makna, dan relevan dengan zaman.
Program ini tak hanya menghadirkan kompetisi antarsekolah, tetapi juga mendekatkan pelajar pada semangat belajar yang kontekstual dengan Kota Jakarta sebagai ruang hidup sekaligus ruang belajar.
Gelaran perdana perlombaan yang berjalan baik, tak lepas dari kontribusi berbagai pihak, termasuk tim yang merumuskan soal sejak babak penyisihan hingga final, yakni MGMP DKI Jakarta. Mereka mampu meramu soal disesuaikan dengan cara belajar anak Gen Alpha yang akrab dengan pendekatan visual, cepat, dan interaktif.
Ajang ini juga mendapat sokongan dari berbagai pihak, termasuk Pemprov DKI Jakarta dan Gubernur Pramono Anung, dan masuk dalam rangkaian HUT DKI Jakarta ke-498.
Teka-teki Gen Alpha juga mendapat dukungan langsung dari Artha Graha Peduli (AGP), Gedung Menara Global, Artha Graha Network (AGN), Perusahaan Umum Daerah Air Minum Jaya (PAM Jaya), dan PT Pembangunan Jaya Ancol.