Komdigi Fokus Tingkatkan Literasi Digital dan Pemahaman AI 2025

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Nezar Patria mengungkapkan komitmen pemerintah untuk memperkuat literasi digital masyarakat. Hal ini disampaikan dalam diskusi Menteri Komdigi Meutya Hafid dengan komunitas Siber Kreasi dan organisasi masyarakat di Yogyakarta, Selasa (10/12/2023) malam.
Nezar mengungkapkan pentingnya kampanye antijudi online dan penggunaan internet secara sehat. Program literasi digital akan mencakup sejumlah pilar utama, yakni digital ethics, digital culture, digital safety, dan digital skills.
"Kita bicara bagaimana meningkatkan kerja sama, terutama kampanye untuk antijudi online, dan bagaimana menggunakan internet secara sehat. Dalam literasi digital ini kita juga bicara soal digital ethics, digital culture, digital safety, sama digital skills satu lagi ya," kata dia, saat ditemui di lokasi, Selasa.
1. Masyarakat diharapkan dimensi etis AI

Nezar juga mengungkapkan, Komdigi ingin memperkenalkan masyarakat pada teknologi mendalam seperti kecerdasan buatan (AI), baik dari sisi teknis maupun etis yang merupakan deep technology saat ini. Masyarakat diharapkan bisa mengerti cara kerjanya.
"Kita berkomitmen untuk memberikan peningkatan kualitas dari program literasi digital ini, antara lain mengenalkan pada masyarakat tentang deep technology seperti artificial intelligence, baik dimensi etisnya, walaupun juga bagaimana mengenal artificial intelligence ini dari sudut teknikal. Dalam artian mengerti bagaimana cara kerja sebuah kecerdasan buatan," kata dia.
2. Rencananya akan berlangsung pada 2025, berkoordinasi dengan BPSDM

Pengenalan program ini direncanakan mulai 2025 dengan prioritas kelompok tertentu. Komdigi akan berkoordinasi dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Dalam Negeri dan Dirjen Ekosistem Digital untuk merancang diagnostik kesiapan masyarakat dalam mengadopsi AI.
"Kita akan matangkan ini dengan BPSDM di Komdigi, dan juga nanti ada direkturan jenderal yang baru, Dirjen Ekosistem Digital. Kita coba bersinergi untuk program literasi digital, terutama yang tadi itu deep tech itu, artificial intelligence dan dimensi etiknya," katanya.
3. Kelanjutan penilaian kesiapan dari UNESCO

Dia mengungkapkan program ini merupakan kelanjutan dari inisiatif Penilaian Kesiapan Kecerdasan Artifisial atau Artificial Intelligence (AI) melalui Readiness Assessment Methodology (RAM) yang dikembangkan UNESCO. Nantinya juga Komdigi, kata Nezar akan melibatkan dialog dengan industri, akademisi, dan organisasi masyarakat. Nezar juga mengungkapkan kemungkinan penerbitan regulasi baru terkait AI.
"Kelanjutan RAM-AI, akan ada serial dialog dengan stakeholders, antara lain dengan pelaku industri ada tech companies, lalu kemudian ada organisasi-organisasi masyarakat, ada pelaku industri, ada akademisi gitu ya jadi semua pihak kita ajak bicara dan kemungkinan kita akan godok satu peraturan yang sudah pernah saya sampaikan ya. Tapi kita lagi menimbang apakah dia Permen atau tidak dia Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Presiden," katanya.