KontraS Sebut Kinerja Polri Turun, Harus Dibenahi Serius

- Koordinator KontraS menilai kinerja Polri semakin turun
- Budaya militer, kekerasan, dan integritas masih melekat pada Polri
Jakarta, IDN Times - Koordinator Badan Pekerja Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Dimas Bagus Arya, menilai kinerja Polri semakin turun. Dia mengatakan, harus ada pembenahan serius pada institusi Polri.
"Catatan KontraS serta Koalisi Reformasi Polri ada tiga masalah fundamental di institusi Polri. Pertama, problem struktural tidak kompatibel," ujar Dimas dalam acara rilis hasil survei Civil Society for Police Watch soal 'Pandangan Publik Terhadap Wacana Reposisi Polri' di Jakarta Pusat, Minggu (9/2/2025).
1. Polri masih jauh dari cita-cita profesional

Dimas mengatakan, budaya militer dan kekerasan masih melekat pada Polri. Hal itu membuat masyarakat masih takut bersuara bebas mengkritik Polri.
"Profesionalisme, yakni sudah jauh dari cita-cita polisi yang profesional. Hari ini Polisi menjadi mesin politik, menjadi alat politik, menjadi perpanjangan tangan kekuasaan," kata dia.
2. Integritas juga masih jadi masalah di tubuh Polri

Selain itu, integritas juga masih menjadi masalah Polri. Menurutnya, tak sedikit anggota Polri yang menjadi pelaku tersangka dan terdakwa kasus pemerasan.
"Karena itu, reposisi merupakan wacana yang tidak bisa dihindarkan, karena publik merasa kecewa dengan kinerja Polri. Dengan demikian, kita perlu mendorong agar reposisi perlu ini dapat terwujud, karena kita berharap ada pembenahan dan perubahan secara serius terhadap kinerja Polri," kata dia.
3. Aji sebut kekerasan Polri terhadap jurnalis masih terjadi

Dalam kesempatan itu, Majelis Etik dan Pertimbangan Organisasi AJI Indonesia, Sasmito Madrim, memaparkan, berdasarkan catatan organisasinya, ada tiga masalah serius pada Polri. Pertama, kekerasan terhadap jurnalis.
“Perlu ada terobosan dalam melakukan perubahan institusi Polri bahwa institusi Polri tidak boleh lagi melakukan tindakan kekerasan terhadap jurnalis dalam melakukan liputan” ujar Sasmito.
Kedua, budaya korupsi. Ketiga, Polri tidak profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
“Kekerasan yang dilakukan oleh Polri tadi karena Polri masih tetap dipersenjatai. Dengan demikian, rawan terjadi kekerasan yang dilakukan oleh polisi terhadap warga atau misalkan kita menemukan polisi tembak polisi. Hal tersebut perlu didorong agar melahirkan polisi yang memanusiawi” kata dia.