Mu'ti Soroti Marak Perundungan Medsos karena Kurang Interaksi Sosial

- Akar persoalan kekerasan digital karena kurangnya ruang interaksi sosial di kehidupan nyata
- Anak kurang ruang curhat dan kesempatan untuk mengeksplorasi diri
- Dorong generasi muda memiliki aktivitas sosial dengan berolahraga dan bermasyarakat
Jakarta, IDN Times – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menyoroti meningkatnya kasus kekerasan digital di kalangan generasi muda. Ia menyebut fenomena ini menjadi tantangan serius di tengah perkembangan dunia digital yang pesat.
Mu’ti mengatakan, banyak anak muda saat ini justru menjadi korban bahkan pelaku kekerasan digital. Bentuk kekerasan itu, kata dia, tampak dari maraknya perundungan yang terjadi di dunia maya dan berdampak besar terhadap kondisi psikologis dan mental mereka.
“Kekerasan digital yang kita saksikan akhir-akhir ini menjadi masalah tersendiri ketika banyak sekali perundungan terjadi dan dilakukan di dunia maya yang akibatnya juga sangat besar terhadap psikologi dan juga mentalitas mereka,” ujar Mu'ti dalam Konferensi Internasional literasi keagamaan lintas budaya dikutip YouTube Kemendikdasmen, Rabu (12/11/2025).
1. Akar persoalan kekerasan digital karena kurangnya ruang interaksi sosial di kehidupan nyata

Ia menilai, salah satu akar persoalan kekerasan digital di kalangan remaja muncul karena berkurangnya ruang interaksi sosial di kehidupan nyata. Menurutnya, anak-anak dan remaja kini semakin jarang memiliki kesempatan untuk bertemu teman sebaya dan beraktivitas sosial secara langsung.
“Persoalan-persoalan yang sekarang ini terjadi menyangkut kekerasan generasi muda sebagiannya karena mereka tidak memiliki ruang yang semakin luas untuk mereka bisa bertemu dengan teman sebaya atau kemudian mereka beraktivitas sosial dalam kehidupan nyata,” ujarnya.
2. Anak kurang ruang curhat

Selain itu, Mu’ti mengatakan sebagian besar kekerasan muncul juga kurangnya kesabaran dalam memahami perasaan dan kebutuhan anak, serta minimnya sikap terbuka untuk mengapresiasi mereka.
"Sebenarnya memerlukan ruang untuk mereka bisa berbicara, memerlukan ruang untuk bisa mereka curhat dan berbagai kesempatan untuk mereka mengeksplorasi diri dan menyampaikan berbagai gagasan dan mengembangkan bakat dan minatnya," ucap Muti.
3. Dorong generasi muda memiliki aktivitas sosial

Mu'ti mengatakan bahwa forum literasi keagamaan lintas budaya yang sangat sejalan dengan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat yang menjadi program Kemendikdasmen yakni, bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur tepat waktu.
"Kami ingin mendorong agar generasi muda ini lebih banyak memiliki aktivitas-aktivitas sosial dengan berolahraga dan aktivitas sosial dengan mereka bermasyarakat. Kami mendorong agar mereka lebih banyak bergaul dengan mereka yang berbeda, bergaul dengan mereka yang memiliki latar budaya dan agama yang berbeda," katanya.



















