Mendiktisaintek Dorong Hilirisasi Alat Deteksi Kecemasan Karya ITERA

Jakarta, IDN Times - Menteri Pendidikan Tinggi Sain dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, mendukung pengembangan inovasi alat pendeteksi kecemasan yang dikembangkan Institut Teknologi Sumatera (ITERA).
Menteri Satryo mengapresiasi upaya ITERA dalam menciptakan inovasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Menurut dia, riset harus menghasilkan produk yang memberikan nilai tambah, menjawab persoalan, dan mendukung ekonomi. Prototipe ini sangat potensial jika dihilirkan menjadi produk nyata.
“Prototipe ini saya rasa akan sangat bagus dikembangkan dan dihilirkan sebagai suatu produk yang memiliki nilai tambah, dan menjawab persoalan di masyarakat, menggerakkan ekonomi masyarakat, bahkan menjadi subtitusi produk impor," kata dia, dalam keterangan resmi, Jumat (10/1/2025).
1. Tiga parameter pendeteksi kecemasan

Rektor ITERA Profesor I Nyoman Pugeg Aryantha memaparkan alat berbasis big data ini mampu mendeteksi gangguan kecemasan melalui tiga parameter utama, yakni konduktansi kulit, detak jantung, dan temperatur tubuh.
"Alat ini dikembangkan berbasiskan big data. Dalam aplikasinya, produk inovasi ITERA ini menggunakan tiga parameter pendeteksi kecemasan,” jelas Nyoman.
2. Cara kerja parameter alat dengan baca ekspresi tubuh

Cara kerja parameter yang digunakan alat tersebut antara lain konduktansi kulit, detak jantung, dan temperatur. Konduktansi kulit merupakan parameter untuk mendeteksi tentang kualitas air di kulit.
Parameter ini membaca ekspresi tubuh melalui senyawa kimia yang terkandung di dalam keringat. Senyawa kimia ini terbaca dan dianalisis oleh sensor.
Parameter kedua adalah detak jantung, dan yang terakhir temperatur tubuh. Hasil analisis gabungan tiga parameter ini yang menjadi acuan mendeteksi kecemasan pada mahasiswa.
3. ITERA buka program studi kosmetik

Ke depan, alat ini akan dikembangkan dengan tambahan parameter berbasis ekspresi wajah. Ekspresi wajah direkam selama satu menit untuk mendeteksi perubahan profil, seperti pola di sudut mata saat berkedip.
Selain alat pendeteksi kecemasan, ITERA juga memperkenalkan inovasi lainnya, termasuk produk dari program studi kosmetik yang baru dibuka. Prodi ini diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi kreatif dengan memanfaatkan bahan baku lokal.
"Banyak produk inovasi yang sudah dipatenkan. Harapannya produk-produk ini dapat dihilirkan dan menjadi penopang ekonomi kreatif," katanya.
Satryo juga memberikan arahan agar Indonesia mampu mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor, terutama di sektor kosmetik.