Penghapusan Trotoar di Simpang Santa DKI Jakarta Dinilai Mengada-ada

Jakarta, IDN Times - Beragam komunitas yang terdiri dari KPBB, Greenpeace, Koalisi Pejalan Kaki hingga komunitas Bike to Work (BTW) mengkritik keputusan Pemprov DKI Jakarta yang menghapus trotoar di area Simpang Santa, Jakarta Selatan.
Dalam keterangan resminya, para komunitas ini mengatakan bahwa dalih penghapusan trotoar untuk mengendalikan kemacetan itu mengada-ngada. Apalagi, di kawasan Santa tersedia fasilitas BRT TransJakarta yang bisa difungsikan untuk mengurai kemacetan.
"Kemacetan kendaraan pribadi (mobil maupun sepeda motor) harus diabaikan mengingat sudah ada solusinya berupa mass public transport, jalur sepeda dan fasilitas pejalan kaki di kawasan tersebut. Kemacetan adalah disreward atau punishment bagi mereka yang masih bertahan dengan kendaraan pribadi," tulis keterangan resmi tersebut.
1. Akan menempuh jalur hukum

Lebih lanjut, para komunitas ini akan melakukan upaya hukum untuk mengembalikan trotoar tersebut. Mereka berujar, fasilitas pejalan kaki dan lajur sepeda harus dikembalikan sebagaimana mestinya.
"Kami akan melakukan upaya hukum apabila keberadaan fasilitas pejalan kaki dan lajur sepeda tidak dikembalikan sebagaimana sebelumnya," tulis keterangan resmi tersebut.
2. Jalur sepeda dan pejalan kaki harus dipertahankan

Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus, menyebut, jalur sepeda dan pejalan kaki yang sudah dikembangkan Pemprov DKI Jakarta seharusnya dikembangkan dan dipertahankan. Tujuannya, agar mobilisasi masyarakat tetap terfokus ke non-motoris.
“Apa yang sudah dikembangkan oleh Pemprov DKI Jakarta, hendaknya dipertahankan dan jangan set back agar masyarakat terfasilitasi dengan baik untuk memanfaatkan non-motorized mobility terutama berjalan kaki. Penghancuran trotoar menjadi jalan raya, jelas langkah set mundur," ujar Alfred.
3. Klaim Pemprov DKI Jakarta

Pemprov DKI Jakarta mengubah pedestrian atau jalur pejalan kaki di kawasan Jalan Santa, tepatnya di pertigaan Jalan Wijaya, Jalan Suryo, dan Jalan Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan menjadi jalan untuk kendaraan.
Pemprov DKI Jakarta mengklaim, perubahan tersebut sebagai salah satu upaya untuk mengurai kemacetan dan menambah kenyamanan warga berlalu lintas di kawasan tersebut. Caranya, yaitu dengan melakukan uji coba rekayasa lalu lintas di kawasan itu pada 6-12 April 2023 lalu.
Kemudian, Dishub DKI melakukan perbaikan geometrik atau ukuran jalan raya dengan bentuk fisik jalan di persimpangan Santa tersebut.
"Penataan tersebut dilakukan agar distribusi kendaraan dapat berjalan lebih baik, seiring dengan semakin tingginya kemacetan di area tersebut setelah PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dicabut karena semakin banyak pula aktivitas masyarakat di luar rumah," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo.