Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PKS: Paracetamol di Teluk Jakarta Bukti Limbah Farmasi Tak Dikelola Baik

Aktivitas reklamasi di Teluk Jakarta, Jakarta Utara pada Februari 2016 lalu (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)

Jakarta, IDN Times - Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Netty Prasetyani Aher, menyebut temuan kandungan paracetamol di Teluk Jakarta menjadi bukti buruknya pengelolaan limbah farmasi. Dalam jangka pendek, bila situasi ini dibiarkan maka dapat membahayakan biota laut dan manusia yang bakal mengonsumsinya.

Berdasarkan studi pendahuluan mengenai kualitas air laut yang dimuat dalam jurnal Marine Pollution Bulletin menunjukkan paracetamol terdeteksi di dua lokasi. Pertama, di muara Sungai Angke sebesar 610 nanogram per liter atau ng/L dan muara Sungai Ciliwung Ancol 420 ng/L. Angkanya melebihi batas baku mutu air laut Indonesia. 

"Kondisi ini menunjukkan cara  pengelolaan limbah farmasi yang buruk dan tidak tertata dengan baik," ujar Netty dalam keterangan tertulis pada Senin (4/10/2021). 

Ia mendorong pengelolaan limbah medis atau farmasi menjadi fokus pemerintah. Apalagi, Indonesia masih dibelit pandemik COVID-19. Konsumsi obat diprediksi melonjak dan limbahnya berpotensi mencemari lingkungan. 

Apakah sudah diketahui sumber dari limbah medis yang mengandung paracetamol itu?

1. Paracetamol di Teluk Jakarta diduga berasal dari tiga sumber

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Anggota tim peneliti dari BRIN, Zainal Arifin, mengatakan paracetamol merupakan salah satu kandungan yang berasal dari produk farmasi yang banyak dikonsumsi masyarakat secara bebas tanpa resep dokter. Secara teori sumber sisa paracetamol yang ada di perairan Teluk Jakarta bisa berasal dari tiga sumber, yaitu ekskresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit dan industri farmasi.

“Dengan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan. Sedangkan, sumber potensi dari rumah sakit dan industri farmasi dapat diakibatkan sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal, sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai,” ujar Zainal dalam keterangan tertulis pada Senin (4/10/2021). 

Ia pun menilai tidak seharusnya sisa atau limbah obat-obatan dan farmasi ada di dalam air sungai serta laut. Maka, ia mendorong masyarakat menjaga kesehatan lingkungan, termasuk laut. 

"Semua itu agar kita dapat hidup lebih bermakna,” kata dia.

Pemerintah, kata Zainal, perlu melakukan penguatan regulasi tata kelola pengelolaan air limbah baik untuk rumah tangga, kompleks apartemen dan industri. Sedangkan, dalam pemakaian produk farmasi seperti obat atau stimulan, publik perlu lebih bertanggung jawab, misalnya tidak membuang sisa obat sembarangan.

2. Ekosistem biota laut bisa terancam

Ilustrasi pencemaran laut. (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

Zainal tidak menyebut Teluk Jakarta yang memiliki kandungan parasetamol tersebut. Hal ini karena kandungan paracetamol yang ditemukan tidak berada di level yang dapat membahayakan seseorang.

"Artinya, ini kan belum sampai menyebabkan keracunan atau kematian, karena ini kan konsentrasinya nano gram per liter," katanya. 

Ia menambahkan, kandungan paracetamol di Teluk Jakarta tak memberi efek langsung pada manusia. Akan tetapi, kandungan paracetamol bisa berdampak pada ekosistem biota laut.

"Konsentrasi sangat ini (kecil) tapi memberi dampak bukan ke manusia saja, tapi ke hewan yang ada di sana. Melindungi hak hewan yang (memiliki manfaat) penting bagi kelangsungan hidup kita juga," tutur dia. 

3. Pemerintah didorong memberikan sanksi dan edukasi soal pengolahan limbah farmasi

default-image.png
Default Image IDN

Sementara, Netty meminta pemerintah mengambil sikap tegas agar tidak menjadi isu yang berkepanjangan. Selain itu, sikap tegas juga diperlukan agar kerusakan lingkungan tidak semakin parah. 

"Harus ada sanksi bagi rumah tangga,  apartemen, industri dan lain-lain yang membuang  limbah cair sembarangan," ungkap Netty. 

Selain itu, pemerintah juga harus melakukan edukasi kepada publik terkait pemakaian produk farmasi yang benar. "Edukasi dan sanksi akan membuat masyarakat lebih bertanggung jawab soal pengelolaan limbah. Sisa obat yang tidak digunakan tidak boleh dibuang sembarangan," katanya. 

Ia juga meminta Pemprov DKI agar segera melakukan investigasi penyebab tingginya kadar paracetamol di perairan Teluk Jakarta. Pemprov DKI, kata Netty, harus menindak tegas bila ada pihak yang lalai. Hal ini bisa menjadi pelajaran bagi pihak lainnya pentingnya menjaga lingkungan. 

"Jadi, harus ditelusuri apakah ini akibat konsumsi masyarakat yang tinggi atau memang berasal dari industri atau rumah sakit yang sistem pengelolaan air limbahnya sembarangan," tutur dia. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jihad Akbar
EditorJihad Akbar
Follow Us