Polemik Soeharto Diusulkan Pahlawan, Mensos: Tak Ada yang Sempurna

- Menteri Sosial, Gus Ipul, membuka suara terkait usulan Soeharto sebagai pahlawan nasional.
- Kementerian Sosial menerima usulan beberapa nama calon pahlawan nasional dari daerah.
- Usulan nama pahlawan akan melalui proses evaluasi oleh tim peneliti dan pengkaji sebelum diputuskan oleh presiden.
Jakarta, IDN Times - Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) buka suara terkait adanya kritikan nama Presiden ke-2 RI, Soeharto masuk usulan oleh Kementerian Sosial (Kemensos), sebagai tokoh yang akan mendapatkan gelar pahlawan nasional tahun ini.
Gus Ipul mengatakan jika ada yang pro dan kontra itu merupakan hal yang biasa. Calon pahlawan nasional juga manusia yang mesti tidak akan sempurna.
“Yang tentu akan dipertimbangkan lah ya. Kebaikan-kebaikannya juga harus jadi pertimbangan. Pak Harto, Gus Dur, atau juga seluruh pahlawan yang diusulkan itu pada dasarnya memiliki kelemahan dan kekurangan. Kenapa? Karena mereka manusia,” ujarnya dikutip dalam keterangan, Jumat (25/5/2025)
1. Kemensos terima usulan dari beberapa daerah

Menurut Gus Ipul, Kementerian Sosial saat ini telah menerima usulan beberapa nama calon pahlawan nasional dari daerah.
“Semua pahlawan yang diusulkan manusia. Siapa pun pahlawan itu yang diusulkan itu manusia. Manusia itu tempatnya kesalahan. Jadi enggak ada yang sempurna,” tambahnya.
2. Gus Dur juga berpeluang jadi pahlawan nasional

Selain Soeharto, Presiden ke-4 RI KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) juga berpeluang sebagai tokoh yang akan mendapatkan gelar pahlawan nasional tahun ini.
“Tahun ini ada beberapa nama yang berpeluang di antaranya Presiden ke dua Soeharto dan Presiden ke empat Gus Dur,” katanya.
3. Mengingat jasa-jasa mereka

Lebih lanjut, Gus Ipul menjelaskan pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto dan Gus Dur adalah bentuk mengingat jasa-jasa baiknya.
“Kita mempertahankan nilai-nilai yang baik sambil kita juga mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih baik. Jadi yang baik, yang lama kita mempertahankanlah. Yang jelek ya enggak usah diteruskan,” kata dia.
“Setelah dievaluasi, ya sudah lah. Mungkin kekurangan, kekeliruannya harus kita terima sebagai bagian dari perjalanan bangsa ini. Tetapi jasa-jasa baiknya itu juga enggak boleh kita lupakan,” kata Gus Ipul.
4. Soeharto berpeluang jadi pahlawan

Lebih lanjut, Gus Ipul mengatakan Soeharto berpeluang besar mendapatkan gelar pahlawan tahun ini, usai namanya dicabut dari TAP MPR 11/1998 soal korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Adapun pemberian gelar pahlawan berawal dari usulan masyarakat. Usulan itu ditampung di kabupaten/kota lantas diusulkan bupati/wali kota tempat tokoh itu lahir.
Nama yang diusulkan akan dikaji oleh sebuah tim bernama Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD), lalu diusulkan bupati/wali kota ke gubernur. Dari gubernur, nama itu akan diusulkan ke Kementerian Sosial.
Usai dari sana, Kementerian Sosial akan membentuk Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) lalu mengusulkan nama-nama ke Dewan Gelar. Lalu, dari Dewan Gelar, nama pahlawan baru akan diputuskan oleh presiden.
“Lebih enak gitu aja. Jadi kan sejarah sudah mencatat. Ya sudah lah, biar nanti bisa jadi inspirasi bagi generasi yang akan datang,” ujarnya.