Puan Kritik Keras Fadli Zon: Jangan Abaikan Fakta Sejarah

- Puan kritik Fadli Zon soal pemerkosaan massal 1998
- Pemerkosaan massal sudah dibenarkan ahli sejarah
- Fadli Zon persoalkan diksi "massal" dalam peristiwa pemerkosaan 1998
Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani mengkritis keras Menteri Kebudayaan (Menbud) RI Fadli Zon supaya berpegang terhadap fakta sejarah terkait pemerkosaan massal yang terjadi dalam kerusuhan Mei 1998. Ia mengatakan tragedi ini bahkan sudah sempat diakui Presiden ke-2 RI BJ Habibie.
Karena itu, ia meminta Fadli Zon menghormati fakta sejarah terkait pemerkosaan massal 1998 bukan malah melakukan upaya-upaya penyangkalan.
“Jadi jangan sampai fakta-fakta sejarah kemudian tidak dihargai dan dihormati,” kata Puan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
1. Pemerkosaan massal 1998 sudah dibenarkan ahli sejarah

Puan mengatakan, para ahli sejarah juga telah membenarkan ada peristiwa pemerkosaan massal dalam kerusuhan Mei 1998, yang korbannya mayoritas merupakan perempuan dari kalangan etnis China.
“Ya coba kita buka fakta-fakta sejarah itu, kita kaji kembali, kita lihat kembali,” ujar Puan.
Oleh sebab itu, kata dia bila semua ahli sejarah telah mengakui adanya pemerkosaan massal dalam kerusuhan itu, maka sebaiknya Fadli Zon jangan melakukan upaya penyangkalan yang dapat melukai keluarga para korban.
“Kalau kemudian dalam fakta-fakta sejarah itu memang dianggap ada yang kemudian tidak (diabaikan),” sambungnya.
2. Fadli Zon persoalkan dikasi massal dalam peristiwa pemerkosaan 1998

Sementara itu, Fadli Zon menyatakan tidak menyangkal adanya peristiwa pemerkosaan yang terjadi pada kerusuhan Mei 1998. Namun, ia mempersoalkan diksi "massal" dalam peristiwa ini.
Penyangkalan terhadap pemerkosaan massal pada Mei 1998 itu menurut Fadli Zon bukan bagian dari proyek penulisan ulang sejarah yang sedang digarapnya. Namun, penyangkalannya hanya merupakan pendapat pribadi.
"Saya begitu juga dengan kerusuhan Mei 1998 itu kan sesuatu kerusuhan yang telah menimbulkan banyak korban. Korban jiwa, korban harta, termasuk pemerkosaan, ya," kata Fadli Zon.
3. Alasan Fadli Zon persoalkan diksi massal

Adapun, alasan Fadli tidak setuju dengan diksi "massal" dalam peristiwa itu karena massal berarti peristiwa itu terjadi secara terstruktur dan sistematis.
"Nah, dan juga kita mengutuk saya termasuk di dalam penjelasan, karena itu sebenarnya saya tidak, bukan urusan soal penulisan sejarah itu, adalah pendapat saya pribadi. Soal itu, soal massal itu, diksi massal. Kenapa? Massal itu sangat identik dengan terstruktur yang sistematis," imbuh dia.
Fadli Zon lantas mencontohkan peristiwa pemerkosaan massal yang dilakukan tentara Jepang terhadap China. Dalam peristiwa ini korbannya mencapai 100 ribu-200 ribu orang.
Begitu juga yang dilakukan Serbia terhadap Bosnis, dimana korban yang terjadi di negara itu mencapai 30 ribu sampai 50 ribu orang. Ia pun secara pribadi mengakui peristiwa pemerkosaan pada 1998
"Saya tidak menegasikan bahwa itu terjadi dan saya mengutuk dengan keras, dan kalau ada fakta-fakta yang terkait hukum atau pendokumentasian, saya kira tidak ada masalah," kata Fadli.