Sejarah Hari Bela Negara, Mengenang Dibentuknya Pemerintahan Darurat

Jakarta, IDN Times - Hari Bela Negara jatuh setiap 19 Desember. Pada 2021, Indonesia sudah 73 tahun memperingati Hari Bela Negara. Tak banyak yang tahu bahwa sejarah di balik Hari Bela Negara yakni memperingati agar Indonesia tetap menjadi negara yang diakui dunia meski penjajah Belanda masih bercokol di Tanah Air.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pertahanan pada Minggu (19/12/2021), pada 19 Desember 1948, ibu kota Indonesia dipaksa dipindahkan dari Yogyakarta ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Saat itu, Belanda melakukan agresi militer II dan menduduki Yogyakarta. Padahal, pada Agustus 1945, Indonesia sudah menyatakan sebagai negara yang merdeka dan independen.
Penjajah Belanda juga menangkap beberapa tokoh penting seperti Sukarno yang ketika itu masih menjabat sebagai Presiden, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Perdana Menteri Sutan Syahrir. Tak ingin Indonesia jatuh dua kali ke tangan penjajah, maka Sukarno memberikan mandat kepada Menteri Kemakmuran Sjafruddin Prawiranegara agar membentuk pemerintahan darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi.
Usai pemerintahan darurat dibentuk, maka pada 22 Desember 1948, beberapa tokoh pimpinan perjuangan berkumpul di Bukittinggi untuk menyusun organisasi PDRI secepatnya. Salah satu keputusan yang diambil yakni menetapkan Sjafruddin sebagai Ketua PDRI/Menteri Pertahanan/Menteri Penerangan/Menteri Luar Negeri ad interim.
Lalu, mulai kapan 19 Desember diperingati sebagai Hari Bela Negara?
1. 19 Desember ditetapkan sebagai Hari Bela Negara lewat keputusan Presiden SBY

19 Desember ditetapkan sebagai Hari Bela Negara berdasarkan Keputusan Presiden SBY nomor 28 tahun 2006. Ia menetapkan HBN tiap 19 Desember untuk mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam rangka mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang wajib menjunjung persatuan dan kesatuan. Tetapi, di dalam Kepres itu tak disebut bahwa HBN adalah hari libur.
Pemerintah kemudian juga membangun Monumen Nasional Bela Negara tepat di area pernah dibentuknya PDRI tepatnya di Jorong Sungai Siriah, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro ikut meninjau langsung pembangunan Monumen Nasional Bela Negara tersebut.
2. Tema hari Bela Negara 2021 "semangat bela negaraku, Indonesia tangguh Indonesia tumbuh"

Sementara, Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada tahun ini menetapkan tema HBN 2021 yaitu "Semangat Bela Negaraku, Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh". Jokowi menyebut tema itu mengisyaratkan warga untuk terus mengobarkan dan mengimplementasikan sikap rela berkorban demi bangsa dan negara. Ia juga berharap semua warga tetap tumbuh bersama-sama dan berjuang pantang menyerah menuju Indonesia Maju.
Di dalam amanatnya, Jokowi juga berharap agar setiap warga negara tidak berhenti berkreasi, berinovasi dan mengukir prestasi di tengah pandemik COVID-19. "Kita harus buktikan ketangguhan kita. Kita harus wujudkan cita-cita luhur para pendiri bangsa dengan semangat bela negara," ungkap Jokowi di dalam amanat HBN 2021 yang diunggah di situs resmi Kemenhan.
Di bagian akhir amanatnya, Jokowi mengajak semua warga untuk ikut dalam upaya bela negara. Sebab, tugas itu tidak hanya dibebankan di pundak prajurit TNI dan personel Polri.
"Apapun pendidikan kita, profesi kita, pekerjaan kita, semua punya hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama untuk ikut membela negara," tutur dia lagi.
3. Di masa pandemik COVID-19, warga bisa ikut bela negara dengan patuhi prokes

Sementara, juru bicara Menteri Pertahanan, Dahnil Anzar menyebut di masa pandemik COVID-19, warga bisa ikut serta nyata bela negara dengan disiplin mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, bagi mereka yang belum divaksinasi agar segera disuntik vaksin.
“Memakai masker, menjaga jarak, ada pesan kemanusiaan di situ. Menjaga diri sendiri itu sama dengan menjaga lingkungan, menjaga orang lain. Itu adalah tugas kemanusiaan, tugas bela negara yang otentik,” ungkapnya dalam keterangan tertulis pada 18 Desember 2021.
Menurut Dahnil, penggunaan narasi patriotik untuk mendorong masyarakat taat prokes dan vaksinasi juga perlu dilakukan. Dengan cara ini, ia optimistis, masyarakat akan lebih optimal menerapkan prokes dan proaktif melakukan vaksinasi.
Ia juga menilai, tindakan perlawanan terhadap pandemi COVID-19 secara bersama-sama akan menumbuhkan empati, simpati, persatuan, dan solidaritas yang kuat di lingkungan masyarakat. Meski terkesan kecil, kata Dahnil, ikut vaksinasi dan taat prokes akan berdampak besar bagi negara.
“Tindakan individual (patuh prokes dan vaksinasi) akan berdampak kolektif bagi kepentingan lingkungan dan keseluruhan, itu harus selalu diingatkan,” kata dia lagi.