Tips Jemaah Haji agar Tak Terpisah di Saudi Setelah Berlaku Sistem Syarikah

- Potensi terpisah di Tanah Suci
- Dinamika penyelenggaraan haji tahun ini
- Pengalaman jemaah haji terpisah dari rombongan
Madinah, IDN Times - Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag), Hilman Latief, mengimbau kepada jemaah haji agar pada saat mendaftar haji berbarengan. Karena ada potensi terpisah di Tanah Suci jika mendaftar secara terpisah, mengingat sekarang ini Arab Saudi menerapkan sistem syarikah atau perusahaan dalam pelayanan haji.
"Jadi saya kira nanti poinnya, meski pun dari satu KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji), satu kelompok pembimbingan ibadah, mereka memang harus kompak dari awal, pelunasannya juga bareng, prosedur pengajuan datanya juga bareng, sehingga nanti di dalam pembaketannya bisa bersama-sama," kata Hilman, usai meninjau jemaah haji di Madinah, Arab Saudi, Sabtu (21/6/2025).
1. Potensi terpisah pada saat di Tanah Suci

Hilman menegaskan ada potensi terpisah di Tanah Suci, jika jemaah sejak awal pendaftaran tidak berbarengan. Karena sekarang ini Saudi menerapkan sistem syarikah, bisa saja kelak beda syarikah maupun hotel serta tenda pada saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).
"Kalau tidak sama-sama, pada saat pelunasan maupun pada saat pengajuan namanya, pengusulannya, maka kemudian ada potensi kalau sekarang beda syarikat, kalau ke depannya mungkin saja tetap beda maktab," kata dia.
2. Dinamika penyelenggaraan haji tahun ini

Dalam kunjungan ke hotel-hotel di Madinah, Hilman sempat berbincang dengan jemaah haji terkait pengalaman haji tahun ini, khususnnya pada saat puncak haji di Armuzna. Menurut dia, ada jemaah yang pada awal terpisah dengan pasangannya namun akhirnya bergabung, dan dapat menunaikan ibadah haji dengan lancar.
"Beda maktab, karena maktab lebih kecil. Tapi alhamdulillah, jemaah tersebut dengan dinamika pada awal, mereka bisa ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina dengan lancar," kata dia.
Hilman juga mengungkapkan soal masalah yang dihadapi jemaah haji pada saat pergeseran dari Arafah menuju Muzdalifah dan Mina.
"Yang kedua tadi saya tanyakan bagaimana pergeseran ke Arafah, mereka bicara bahwa dari pagi sudah menunggu bus dan baru dijemput jam 11 malam. Saya sampaikan memang secara jadwalnya itu kita anggarkan sampai jam 12 malam," kata dia.
"Nah, ini juga catatan kita kepada jemaah harus menyampaikan, meskipun ada yang berangkat dari pagi, tidak semuanya bisa pagi, tidak semuanya bisa siang. Bahwa penjadwalan pergeseran jemaah dari Makkah ke Arafah itu sampai jam 12 sampai jam 1 malam," imbuhnya.
3. Pengalaman jemaah haji terpisah dari rombongan

Selain itu, Hilman juga menceritakan hasil perbincangan dengan jemaah haji soal pengalaman mereka di bawah sistem syarikah, yang mulai berlaku tahun ini. Jemaah merasakan perbedaan penyelenggaraan dari tahun-tahun sebelumnya.
"Saya menanyakan pengalaman mereka pada saat di Makkah, karena kebetulan ini gelombang dua, jadi mereka dari Jeddah, dari satu KBHU, ada yang terpisah delapan orang," ujar dia.
"Jadi saya tanyakan pengalaman keterpisahannya, dan mereka juga menyadari bahwa ada proses dan prosedur yang mungkin tidak sama di tahun lalu yang begitu fleksibel, tahun ini yang begitu ketat, karena beliau pembimbing juga," sambung Hilman.
Menurut Hilman, ada juga jemaah yang menceritakan pengalaman mereka yang terpisah pada saat tiba di Makkah, namun akhirnya bergabung kembali di Armuzna.
"Kemudian bagaimana ketika tiba di embarkasi, mereka sudah didesainkan atau meminta di satu pesawat-kan, tetapi ketika masuk Makkah tetap harus kembali ke hotelnya masing-masing," kata dia.
"Dan mereka mendapatkan pengalaman yang luar biasa pada saat ke Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna), yang akhirnya bisa bergabung kembali pas ke Armuzna itu," kata Hilman, menambahkan.