Varian Baru Buat COVID-19 Melonjak Lagi, Kemenkes: Dinamika Pandemik

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan, kenaikan kasus COVID-19 merupakan bagian dari dinamika pandemik.
Meski demikian, Syahril mengakui kenaikan kasus yang terjadi sepekan terakhir dipengaruhi subvarian baru Omicron, BA.4 dan BA.5.
"Kami tetap kendalikan, jangan sampai seperti peristiwa tahun lalu, karena Delta dan Omicron (kasus) melonjak," katanya dalam dialog "Awas, Omicron Kembali Mengintai Indonesia" yang disiarkan virtual di YouTube FMB9, Kamis (16/6).
1. Lima provinsi dengan kasus COVID-19 tertinggi

Syahril mengatakan, kenaikan kasus COVID-19 mulai terjadi sejak 10 Juni 2022, sebanyak 627 kasus. Tiga hari kemudian, sempat turun, dan dua hari terakhir naik lagi hingga 1.242 kasus pada Rabu (15/6/2022).
"Ada lima provinsi dengan angka kasus tertinggi secara nasional, di antaranya Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur," terangnya.
2. Positivity rate di Indonesia masih di bawah standar WHO

Syahril menambahkan, meski angka kasus naik, namun positivity rate di Indonesia masih di bawah standar WHO, yakni 2,1 persen.
"Jadi walaupun saat ini ada kenaikan kasus, tetapi tidak terlalu menjadi lonjakan. Orang yang masuk rumah sakit itu masih rendah, kematian juga masih rendah," katanya.
3. Kenaikan kasus tidak separah varian sebelumnya

Menurut Syahril, kondisi ini menunjukan jika kenaikan kasus akibat varian baru tersebut tidak separah Omicron yang sebelumnya. Syahril mengatakan, saat ini pengendalian yang dilakukan adalah penguatan tiap individu agar tidak terinfeksi tertular.
"Apabila terinfeksi pun, tidak menjadi berat dan hanya dilakukan isolasi mandiri, sehingga kita bisa mengurangi hospitalisasi yang masuk di rumah sakit," katanya.